Find Us On Social Media :

Terinspirasi Hijrah Nabi Muhammad, Ternyata Ini Alasan Tradisi Mubeng Beteng Maujud

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 8 Juli 2024 | 16:31 WIB

Tradisi mubeng beteng maknanya tak jauh dari perjuangan hijrah Nabi Muhammad ke Madinah. Dilaksanakan sejak Sultan Hamengkubuwono II jadi raja Mataram Islam.

Tradisi mubeng beteng yang lazim dilakukan di lingkungan Keraton Yogyakarta punya makna tak jauh dari lahirnya kalender Hijriah. Dulu sangat ekslusif, kini masyarakat umum bisa mengikutinya.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Nama resminya adalah Lambang Budaya Mubeng Beteng, orang-orang awam mengenalnya Mubeng Beteng saja. Menurut catatan sejarah, tradisi ini sudah ada di lingkungan Keraton Yogyakarta sejak zaman Sultan Hamengkubuwono II.

Mubeng Beteng adalah tradisi Keraton Yogyakarta yang dilaksanakan setiap malam 1 Suro dalam kalender Jawa, yang bertepatan dengan malam tahun baru Islam dalam kalender Hijriah. Sesuai namanya, prosesi Mubeng Beteng dilakukan dengan mengelilingi benteng atau beteng Keraton Yogyakarta.

Mengutip Kompas.com, tradisi Mubeng Beteng sudah dilakukan secara turun-temurun oleh keluarga Keraton Yogyakarta selama lebih dari dua abad. Mubeng Beteng merupakan tradisi penuh makna, yang mulanya dilaksanakan oleh abdi dalem keraton saja.

Seperti disebut di awal, dulu tradisi ini berlaku eksklusif, khusus keluarga dan abdi dalam keraton saja. Tapi seiring berkembangnya zaman, masyarakat umum kini juga bisa turut serta dalam tradisi ini.

Mengutip keterangan di situs resmi Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, tradisi Mubeng Beteng sudah ada sejak era Sri Sultan Hamengkubuwono II alias Sultan Sepuh. Kenapa disebut sebagai sultan sepuh, karena dia naik takhta sebanyak tiga kali: 1792–1810, 1811–1812, dan 1826–1828.

Mulanya, Mubeng Beteng merupakan upacara resmi atau upacara kenegaraan Keraton Yogyakarta, yang dilaksanakan oleh para abdi dalem atas perintah sultan yang berkuasa. Seiring waktu, tradisi ini tidak hanya dilaksanakan oleh abdi dalem keraton, tetapi diikuti pula oleh masyarakat.

Mubeng Beteng merupakan bagian dari tirakat lampah ratri, yakni munajat atau upaya untuk mendapatkan keridaan Allah, dengan berjalan mengikuti lintasan tertentu. Prosesinya terinspirasi dari perjalanan suci hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah, yang penuh keprihatinan dan perjuangan.