Find Us On Social Media :

Purbacaraka, Doktor Leiden Dan Pakar Bahasa Jawa Yang Pernah Dikira Penjaga Sepeda Oleh Mahasiswanya

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 8 Juli 2024 | 15:03 WIB

Dikenal sebagai ahli bahasa dan kebudayaan Jawa sekaligus doktor Leiden, Purbacaraka juga dikenal sebagai pengajar yang unik. Saking uniknya, bahkan ada mahasiswanya yang mengiranya dia penjaga sepeda.

Dikenal sebagai ahli bahasa dan kebudayaan Jawa sekaligus doktor Leiden, Purbacaraka juga dikenal sebagai pengajar yang unik. Saking uniknya, bahkan ada mahasiswanya yang mengiranya dia penjaga sepeda.

Pernah tayang di Majalah Intisari edisi Januari 1984

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Pada 1 Januari 1884, lahirlah seorang putra bangsa yang besar. Bayi itu diberi nama Lesya oleh orangtuanya. Belakangan kita mengenalnya sebagai Prof. Dr. Raden Mas Ngabehi Poerbacaraka (Purbacaraka).

Dia ahli bahasa dan kebudayaan Jawa yang sampai saat ini belum ada yang menandingi. Tetapi apa istimewanya?

Purbacaraka adalah seorang yang menjadikan dirinya sendiri, seorang self-made man. Seorang autodidak, dari jebolan sekolah dasar atas usahanya sendiri--tapi tidak sampai lulus--dia mencapai jenjang tertinggi dalam ilmu pengetahuan.

Teman sekolahnya calon sunan

Lesya adalah anak kedua seorang pegawai keraton Kasunan Surakarta. Menurut kebiasaan keraton, pegawai kerajaan dari waktu ke waktu dinaikkan pangkatnya. Pada saat itu pula gelarnya pun disesuaikan, kadang-kadang disertai dengan nama baru yang mencerminkan jabatan dan martabatnya.

Ayah Lesya mencapai jenjang kepangkatan tinggi dalam kalangan keraton, ia diangkat menjadi tumenggung dengan pangkat bupati anom. Dia dikenal kemudian dengan nama Raden Tumenggung Purbadipura. Tugasnya ialah memberikan pendidikan tari, karawitan dan sastra. Dia masih keturunan pujangga Yasadipura.

R.T. Purbadipura merupakan pegawai kesayangan Sunan Paku Buwana X dengan tugas sebagai penata busana, merangkap pemangkas rambut dan ahli nujum, penasihat spiritual raja. Di samping itu sang bupati berkembang menjadi seorang penyair kerajaan, yang menggubah lukisan-lukisan puitis tentang perlawatan raja ke semua daerah di Jawa.