Intisari-Online.com -Kota Solo kembali menggelar Grebeg Sudiro dalam rangka menyambut Hari Raya Imlek 2024.
Tahun ini, Grebeg Sudiro dimulai pada 4 Februari 2024.
Dalam perayaan iniakan mempertunjukkan iring-iringan kesenian di sepanjang rute jalan yang dilalui.
Rute Grebeg Sudiro ini dimulai dari Bundaran Pasar Gede ke utara menuju Jalan Jenderal Sudirman.
Lalu lewat Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan RE Martadinata, Jalan Cut Nyak Dien, Jalan Ir Juanda, Jalan Urip Sumoharjo, dan kembali ke Pasar Gede.
Meski Grebeg Sudiro digelar untuk menyambut Tahun Baru Imlek, pertunjukan yang ditampilkan tidak hanya budaya Tiongkok melainkan juga budaya Nusantara.
Mengutiplaman surakarta.go.id, Grebeg Sudiro berasal dari pengembangan tradisi Buk Teko yang berlangsung di Kampung Balong, Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Kota Solo.
Kampung Balong merupakan permukiman pertama yang dihuni oleh warga keturunan Tionghoa di Kota Solo.
Buk Teko berasal dari istilah setempat yaitu Buk berupa tempat duduk dari semen di tepi jembatan atau di depan rumah, dan Teko yang bermakna poci, tempat air, atau tempat teh.
Dimulai pada tahun 2017, warga di Kampung Balong mencetuskan ide untuk mengembangkan dan memelihara tradisi menjelang Imlek yang sudah berlangsung sejak masa Paku Buwono X berkuasa tersebut.
Istilah Grebeg Sudiro juga memiliki arti tersendiri.
Adapun nama Grebeg Sudiro diambil dari istilah Grebeg atau gumrebeg yang artinya riuh atau keramain.
Yang juga dimaknai sebagai iring-iringan atau perayaan.
Sedangkan Sudiro, diambil dari nama kelurahan lokasi Kampung Balong yang mayoritas dihuni warga keturunan Tionghoa yakni Sudiroprajan.
Grebeg Sudiro menjadi tradisi Imlek di Indonesia yang terbilang cukup menarik dan unik.
Hal ini karena adanya proses akulturasi yang harmonis antara budaya Jawa dengan budaya masyarakat Tionghoa.
Dilansir laman indonesia.travel, salah satu wujud akulturasi tersebut hadir dalam bentuk gunungan.
Apabila biasanya gunungan berisi hasil bumi, maka gunungan pada tradisi Grebeg Sudiro akan berisi kue keranjang, penganan khas dalam tradisi Imlek.
Ada pula gunungan kecil yang berisi kue tradisional lain mulai dari cakwe, janglut, bakpao, onde-onde, gembukan, keleman, dan lain sebagainya.
Gunungan ini dan beberapa gunungan lainnya biasanya akan diarak bersamaan dengan parade kesenian dan budaya Tionghoa dan budaya Jawa, untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Selain itu, jalanan di sekitar Pasar Gede juga biasanya akan dihias dengan lentera khas Imlek yang akan semakin membuat semarak suasana.
Kemeriahan Grebeg Sudiro memang menjadi ciri khas perayaan Imlek di Kota Solo yang mampu menjadi daya tarik wisatawan.
Grebeg Sudiro merupakan perayaan grebeg yang menggabungkan budaya Jawa dan budaya Tionghoa di Sudiroprajan.
Perayaan ini awalnya dilakukan untuk tradisi Islam seperti Maulid Nabi Muhammad, Muharram, Idul Fitri dan Idul Adha.
Tradisi ini kemudian berkembang menjadi acara kampung yang dilaksanakan menjelang Imlek yang acara utamanya adalah karnaval dan gulungan.
Tema utama dalam perayaan Grebeg Sudiro adalah keberagaman dan kebhinekaan.
Masyarakat Tionghoa, Jawa dan etnis lainnya turut serta dalam penyelenggaraan Grebeg Sudiro yang menjadi acara tahunan Kota Surakarta.
Ornamen yang ditampilkan selama perayaan sangat beragam.
Grebeg Sudiro dirintis oleh Oei Bengki, Sarjono Lelono Putro, dan Kamajaya dengan persetujuan dari Lurah Sudiroprajan beserta jajaran aparatnya.
Perintisannya juga mendapat dukungan para budayawan, tokoh masyarakat serta Lembaga Swadaya Masyarakat di Kota Surakarta.
Rangkaian acaranya yaitu Sedekah Bumi dan Kirab Budaya.
Sedekah Bumi dilaksanakan 7 hari sebelum Kirab Budaya.
Pelaksanaannya dilakukan di dekat Prasasti Bok Teko, Sudiroprajan.
Kirab Budaya diikuti oleh masyarakat Sudiroprajan dengan pameran budaya sambil berkeliling.
Awalnya, Grebeg Sudiro hanya dilakukan untuk memperingati ulang tahun Pasar Gede.
Kirab Budaya pada Grebeg Sudiro baru dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 2008 dengan warga Sudiroprajan sebagai pesertanya.
Pada 2009, warga Tionghoa turut serta dalam Grebeg Sudiro.
Pada 2010, pemerintah Kota Surakarta menetapkan Grebeg Sudiro sebagai acara tahunan Kota Surakarta.
Setiap tahun, Grebeg Sudiro dilakukan sekali dengan Pasar Gede sebagai pusat acara.
Itulah sekilas tentang Grebeg Sudiro perayaan alat Keraton Solo menyambut Hari Raya Imlek.