Find Us On Social Media :

Contoh Penerapan Asesmen dalam Kurikulum Merdeka yang Tepat: Mewujudkan Pembelajaran yang Holistik dan Berpusat pada Peserta Didik

By Afif Khoirul M, Senin, 1 Juli 2024 | 13:00 WIB

Ilustrasi - Desain alur pembelajaran proyek profil ini berbeda dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang selama ini lazim dilakukan.

Intisari-online.com - Kurikulum Merdeka hadir sebagai angin segar dalam dunia pendidikan Indonesia, membawa paradigma baru yang berfokus pada pengembangan karakter dan profil Pancasila.

Asesmen, sebagai elemen penting dalam proses pembelajaran, turut mengalami transformasi untuk mendukung tujuan tersebut.

Artikel ini akan mengupas beberapa contoh penerapan asesmen dalam Kurikulum Merdeka yang tepat, mengantarkan pembaca pada pemahaman mendalam mengenai asesmen holistik dan berpusat pada peserta didik.

1. Observasi Berkelanjutan: Menangkap Kemajuan Nyata Peserta Didik

Salah satu contoh penerapan asesmen yang tepat dalam Kurikulum Merdeka adalah observasi berkelanjutan.

Berbeda dengan pencatatan tradisional yang kaku, observasi ini dilakukan secara fleksibel dan dinamis, memungkinkan guru untuk mengamati berbagai aspek perkembangan peserta didik dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.

Contoh penerapannya:

Guru mengamati bagaimana peserta didik berkolaborasi dalam proyek kelompok, mencatat interaksi, kepemimpinan, dan kontribusi individu.

Guru mencatat partisipasi aktif peserta didik dalam diskusi kelas, menganalisis kualitas pertanyaan dan ide yang mereka sampaikan.

Guru mengamati keterlibatan peserta didik dalam kegiatan praktikum, menilai kemampuan mereka dalam menerapkan konsep dan menyelesaikan masalah.

Informasi yang kaya dari observasi berkelanjutan ini kemudian diolah dan diubah menjadi umpan balik yang berharga bagi peserta didik. Guru dapat memberikan arahan yang tepat untuk membantu mereka mengembangkan potensi diri secara menyeluruh.

Baca Juga: Bagaimana Pandangan Ibu/Bapak Terhadap Pendidikan Seksual Sejak Dini?

2. Portofolio: Bukti Nyata Kemampuan dan Kreativitas

Kurikulum Merdeka mendorong peserta didik untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka melalui berbagai kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Portofolio menjadi alat asesmen yang tepat untuk mengukur capaian dan kemajuan peserta didik dalam proyek tersebut.

Contoh penerapannya:

Peserta didik mengumpulkan berbagai dokumentasi terkait proses dan hasil proyek P5 mereka, seperti foto, video, karya tulis, dan refleksi diri.

Guru menilai portofolio dengan memperhatikan aspek kreativitas, ketelitian, kerja sama, dan kemampuan dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari.

Portofolio menjadi dasar diskusi antara guru dan peserta didik untuk mengevaluasi pencapaian dan merumuskan langkah pengembangan selanjutnya.

3. Penilaian Diri dan Teman Sebaya: Mendorong Refleksi dan Kemampuan Berkomunikasi

Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya pengembangan karakter dan kemandirian peserta didik. Penilaian diri dan teman sebaya menjadi contoh penerapan asesmen yang tepat untuk mendorong refleksi dan kemampuan berkomunikasi.

Contoh penerapannya:

Peserta didik melakukan penilaian diri secara berkala, mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan area yang perlu ditingkatkan dalam proses belajar mereka.

Guru memfasilitasi diskusi kelompok di mana peserta didik saling memberikan penilaian dan umpan balik terhadap kinerja satu sama lain.

Penilaian diri dan teman sebaya membantu peserta didik untuk lebih memahami diri sendiri, menghargai orang lain, dan membangun komunikasi yang efektif.

Baca Juga: Sejarah Kebun Raya Bogor Tak Mungkin Dilepaskan Dari Orang Inggris Ini