Penulis
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan artikel terbaru kami di sini
___
Intisari-online.com - Tepatpada malam 1 Agustus 1933. Soekarno dtangkap oleh polisi Belanda ketika berkunjung ke rumah Mohammad Husni Thamrin.
Kala itu suasana di dalam rumah, suasana tegang menyelimuti. Soekarno, sang pemuda revolusioner, tengah bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Polisi Belanda tiba-tiba datang menyergap Soekarno dan bersiap untuk menankapnya.
"Tuan Soekarno atas nama Sri Ratu saya tangkap tuan," ujar salah satu Polisi di lokasi tersebut.Sejak beberapa waktu terakhir, pergerakan Soekarno dan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikannya telah diawasi ketat oleh pemerintah kolonial Belanda. Pidato-pidatonya yang membangkitkan semangat nasionalisme dan menentang penjajahan telah mengundang kecurigaan dan ketakutan dari penguasa.Tepat di tengah malam, suara ketukan keras menggema di pintu rumah itu. Soekarno dan para rekannya saling bertukar pandang, tahu bahwa inilah saat yang mereka tunggu. Seorang Komisaris Polisi Belanda, didampingi beberapa anak buahnya, masuk ke dalam rumah dengan membawa surat penangkapan.Soekarno tak menunjukkan rasa gentar. Dengan tenang, dia menjawab semua pertanyaan dan menyerahkan diri kepada pihak berwajib. Tanpa perlawanan, dia dibawa ke Penjara Sukamiskin, sebuah penjara tua yang terkenal kejam di Bandung.Penangkapan Soekarno merupakan babak baru dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia. Di dalam penjara, Soekarno bukannya menyerah.
Dia justru semakin aktif dalam menyebarkan ide-idenya dan menggalang dukungan dari para tahanan politik lainnya.Soekarno memanfaatkan waktu di penjara untuk belajar dan merenung. Dia membaca banyak buku tentang politik, filsafat, dan sejarah, serta memperdalam pengetahuannya tentang Islam.
Baca Juga: Batavia: Jantung Kekuasaan Kolonial VOC di Hindia Belanda
Pengalamannya di penjara semakin memperkuat keyakinannya tentang kemerdekaan Indonesia.Selama delapan bulan di Sukamiskin, Soekarno tidak hanya merenung dan belajar. Dia juga aktif dalam berbagai kegiatan, seperti mengajar, berdiskusi, dan menulis.
Dia bahkan berhasil menyelundupkan naskah pledoi pembelaannya yang berjudul "Indonesia Menggugat" ke luar penjara.Pledoi Soekarno yang penuh semangat dan visioner telah menjadi tonggak penting dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pidatonya yang berapi-api di pengadilan telah membangkitkan semangat rakyat dan mengantarkannya ke puncak popularitas sebagai pemimpin pergerakan.Meskipun Soekarno akhirnya diasingkan ke Ende, Flores, pada akhir tahun 1933, masa penahanannya di Sukamiskin telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam dirinya.
Pengalaman itu telah menempa Soekarno menjadi pemimpin yang tangguh dan berwibawa, siap untuk memimpin rakyat Indonesia menuju kemerdekaan.Kisah penangkapan dan penahanan Soekarno di Sukamiskin adalah sebuah kisah heroik yang mencerminkan semangat juang dan pantang menyerah bangsa Indonesia.
Pengalamannya di penjara telah menjadikannya seorang pemimpin yang inspiratif dan visioner, yang mengantarkan Indonesia meraih kemerdekaannya.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan artikel terbaru kami di sini
___