Allen Pope: Pilot CIA yang Terlibat Pemberontakan Permesta di Indonesia

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Sosok pilot CIA Allen Pope yang ditangkap oleh Indonesia.
Sosok pilot CIA Allen Pope yang ditangkap oleh Indonesia.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan artikel terbaru kami di sini

___

Intisari-online.com - Allen Lawrence Pope lahir di Miami, Florida, Amerika Serikat pada tanggal 20 Oktober 1928. Sejak muda, Pope sudah menunjukkan minat pada dunia penerbangan.

Ia berhenti kuliah di Universitas Florida untuk mengikuti pelatihan penerbangan di Texas. Setelah menyelesaikan pelatihan, Pope bekerja sebagai pilot pesawat angkut.

Pada tahun 1951, Pope bergabung dengan Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF). Ia bertugas sebagai pilot selama Perang Korea dan menerbangkan pesawat pengebom B-26 Invader.

Setelah perang, Pope keluar dari USAF dan bergabung dengan CIA (Central Intelligence Agency) pada tahun 1955.

Keterlibatan dalam Pemberontakan Permesta

Allen Pope, seorang pilot berpengalaman dengan rekam jejak panjang dalam operasi rahasia, direkrut oleh CIA pada tahun 1955. Keahliannya dalam menerbangkan pesawat tempur dan semangat anti-komunisnya membuatnya menjadi aset berharga bagi agensi intelijen Amerika Serikat tersebut.

Pada tahun 1957, Indonesia dilanda pemberontakan yang dikenal dengan nama Permesta (Piagam Perjuangan Semesta). Pemberontakan ini berpusat di Sulawesi dan dipimpin oleh beberapa perwira militer yang menentang pemerintahan Presiden Soekarno.

CIA, yang memandang Sukarno sebagai komunis, mendukung Permesta dan memberikan bantuan dana, senjata, dan pelatihan kepada para pemberontak.

Melihat potensi Permesta untuk melemahkan pengaruh komunis di Indonesia, CIA memutuskan untuk melibatkan Pope dalam operasi rahasia untuk mendukung pemberontak.

Pope ditugaskan untuk menerbangkan pesawat tempur B-26 Invader dan melakukan serangan udara terhadap sasaran pemerintah Indonesia.

Saat itu tahun1957, Indonesia dilanda pemberontakan yang dikenal dengan nama Permesta (Piagam Perjuangan Semesta). Pemberontakan ini berpusat di Sulawesi dan dipimpin oleh beberapa perwira militer yang menentang pemerintahan Presiden Sukarno.

CIA, yang memandang Sukarno sebagai komunis, mendukung Permesta. Mereka memberikan bantuan dana, senjata, dan pelatihan kepada para pemberontak. Salah satu agen CIA yang ditugaskan untuk membantu Permesta adalah Allen Pope.

Pope tiba di Sulawesi pada bulan April 1958 dan bergabung dengan Angkatan Udara Revolusioner (AUREV), yaitu pasukan udara Permesta. Ia menerbangkan pesawat B-26 Invader untuk melakukan serangan udara terhadap sasaran pemerintah Indonesia.

Baca Juga: Kisah Uang 6,5 Gulden Sumbangan Raja Yogyakarta ke Indonesia

Penangkapan dan Kematian

Allen Pope, seorang pilot CIA yang berpengalaman, tiba di Sulawesi, Indonesia pada April 1958. Ia membawa misi rahasia untuk mendukung pemberontakan Permesta, gerakan separatis yang menentang pemerintahan Presiden Soekarno.

Pope bergabung dengan Angkatan Udara Revolusioner (AUREV), pasukan udara Permesta, dan menerbangkan pesawat B-26 Invader untuk melakukan serangan udara terhadap sasaran pemerintah Indonesia.

Pada tanggal 18 Mei 1958, Pope menerbangkan B-26 Invader untuk menyerang Pangkalan Udara Pattimura di Ambon. Serangan ini bertujuan untuk melumpuhkan kekuatan udara AURI di wilayah tersebut.

Namun, serangan tersebut gagal. Pesawat Pope ditembak jatuh oleh tembakan anti-pesawat AURI.

Pope berhasil menyelamatkan diri dengan parasut dan mendarat di hutan. Ia berusaha untuk melarikan diri, namun ia terluka dan kelelahan. Pada tanggal 20 Mei 1958, Pope ditemukan oleh pasukan TNI Angkatan Darat dan ditangkap.

Penangkapan Pope merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Hal ini menjadi bukti keterlibatan langsung Amerika Serikat dalam pemberontakan Permesta dan menyebabkan ketegangan diplomatik antara kedua negara.

Pope diinterogasi oleh TNI dan mengakui keterlibatannya dalam CIA dan AUREV. Ia juga mengungkapkan informasi tentang operasi rahasia CIA di Indonesia.

Informasi ini menjadi bahan berharga bagi pemerintah Indonesia untuk memahami strategi dan tujuan CIA dalam mendukung pemberontakan Permesta.

Pada bulan Desember 1959, Pope diadili oleh pengadilan militer di Jakarta. Ia didakwa dengan tuduhan spionase dan melakukan tindakan permusuhan terhadap negara. Pope dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati.

Hukuman mati Pope memicu reaksi keras dari Amerika Serikat. Pemerintah AS melobi pemerintah Indonesia untuk membebaskan Pope. Negosiasi diplomatik yang alot pun dilakukan antara kedua negara.

Pada tahun 1962, setelah dua tahun bernegosiasi, tercapailah kesepakatan pertukaran tahanan. Pope dibebaskan dan dikembalikan ke Amerika Serikat, dengan imbalan pembebasan beberapa pilot Indonesia yang ditahan oleh Permesta.

Setelah dibebaskan, Pope kembali ke Amerika Serikat dan hidup dalam pengasingan selama beberapa tahun. Ia tidak pernah berbicara secara terbuka tentang keterlibatannya dalam CIA dan pemberontakan Permesta.

Pope meninggal dunia pada tanggal 4 April 2020 di usia 91 tahun. Kisah hidupnya menjadi pengingat tentang bahaya intervensi asing dalam urusan internal suatu negara dan konsekuensi yang harus ditanggung oleh individu yang terlibat dalam operasi rahasia.

Warisan

Allen Pope merupakan salah satu contoh keterlibatan CIA dalam operasi rahasia di negara-negara lain selama Perang Dingin. Keterlibatannya dalam pemberontakan Permesta merupakan salah satu episode kelam dalam sejarah hubungan antara Amerika Serikat dan Indonesia.

Kisah Pope juga menjadi pengingat tentang bahaya intervensi asing dalam urusan internal suatu negara. Intervensi tersebut dapat menyebabkan konflik dan penderitaan bagi rakyat yang tidak bersalah.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan artikel terbaru kami di sini

___

Artikel Terkait