Find Us On Social Media :

Sejarah Panjang Sengketa Blok Ambalat Indonesia dan Malaysia: Perebutan Kekayaan Bawah Laut di Perairan Celebes

By Afif Khoirul M, Kamis, 20 Juni 2024 | 15:15 WIB

Penyelesaian Blok Ambalat jika perundingan gagal.

Intisari-online.com - Bagai bara yang memendam api, sengketa Blok Ambalat antara Indonesia dan Malaysia bagaikan duri dalam hubungan kedua negara serumpun.

Perebutan wilayah maritim kaya sumber daya ini telah mewarnai sejarah interaksi kedua negara selama lebih dari lima dekade, menjadi pengingat pahit akan potensi konflik di balik kekayaan alam yang melimpah.

Akar sengketa ini tertanam pada tahun 1969, ketika Indonesia dan Malaysia memulai penelitian untuk memetakan landas kontinen dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) mereka. Awalnya, kedua negara sepakat untuk menggunakan garis median sebagai batas maritim, namun perbedaan interpretasi atas perjanjian 1967 tentang Tapal Batas Landas Kontinen memicu perselisihan.

Pada tahun 1979, Malaysia menerbitkan peta yang memicu ketegangan. Peta tersebut memasukkan Blok Ambalat, area seluas 14.300 kilometer persegi di Laut Celebes, ke dalam wilayah mereka.

Indonesia melayangkan protes keras, menegaskan kedaulatannya berdasarkan Deklarasi Djuanda 1957 dan UU No. 1 Tahun 1973 tentang Perairan Indonesia.

Ketegangan kian memuncak pada tahun 2005, ketika kapal patroli Indonesia dan Malaysia saling berhadapan di Blok Ambalat. Insiden ini memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik, mendorong kedua negara untuk mencari solusi damai.

Sejak saat itu, berbagai upaya diplomasi telah dilakukan untuk menyelesaikan sengketa ini. Pertemuan bilateral, lokakarya bersama, dan pembahasan di forum internasional seperti ASEAN dan PBB menjadi saksi bisu usaha kedua negara untuk meredakan ketegangan dan mencapai kesepakatan.

Pada tahun 2012, Indonesia dan Malaysia sepakat untuk melakukan survei bersama di Blok Ambalat. Upaya ini diharapkan dapat menghasilkan data ilmiah yang akurat untuk mendukung penyelesaian sengketa.

Namun, kemajuannya terhambat oleh berbagai faktor, termasuk perbedaan metodologi dan interpretasi data.

Di tengah jalan buntu, insiden penangkapan nelayan dan kapal oleh kedua negara sesekali terjadi, memicu protes dan kecaman publik. Hal ini menunjukkan bahwa sengketa Ambalat bukan hanya masalah diplomatik, tetapi juga menyentuh langsung kehidupan masyarakat di wilayah tersebut.

Sengketa Ambalat bagaikan ujian bagi hubungan Indonesia dan Malaysia. Di satu sisi, kedua negara memiliki ikatan sejarah dan budaya yang erat.

Di sisi lain, perebutan sumber daya alam yang berharga dapat menguji komitmen mereka untuk menyelesaikan masalah secara damai dan saling menghormati.

Mencari solusi yang adil dan permanen atas sengketa Ambalat membutuhkan komitmen politik yang kuat dan kedewasaan dari kedua negara. Dialog yang konstruktif, saling menghormati kedaulatan, dan semangat untuk mencari solusi win-win menjadi kunci utama untuk membuka jalan perdamaian dan kerjasama di kawasan maritim yang kaya ini.

Masa depan Blok Ambalat masih diselimuti ketidakpastian. Akankah sengketa ini terus berlarut dan memicu konflik, ataukah kedua negara mampu menemukan solusi yang adil dan mengantarkan mereka ke era kerjasama dan kemakmuran bersama?

Jawabannya terletak pada kebijaksanaan dan komitmen pemimpin kedua negara untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi rakyatnya dan kawasan.

Sengketa Ambalat adalah pengingat bahwa kekayaan alam yang melimpah dapat menjadi sumber berkah sekaligus kutukan.

Mengelola sumber daya maritim secara berkelanjutan dan bertanggung jawab, dengan menghormati norma-norma internasional dan kedaulatan negara lain, adalah kunci untuk memastikan perdamaian dan kemakmuran di kawasan.

Baca Juga: Dasar Hukum Indonesia dalam Sengketa Blok Ambalat

Penyelesian Sengketa Malaysia-Indonesia

Menyelesaikan sengketa Ambalat membutuhkan komitmen politik yang kuat dan kedewasaan dari kedua negara. Dialog yang konstruktif, saling menghormati kedaulatan, dan semangat mencari solusi win-win menjadi kunci utama.

Beberapa alternatif solusi telah diusulkan, seperti:

Penentuan Zona Ekonomi Bersama: Wilayah sengketa dikelola bersama untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, dengan pembagian keuntungan yang adil.

Arbitrase Internasional: Menyerahkan penyelesaian sengketa kepada pihak ketiga yang netral, seperti Mahkamah Internasional.

Status Quo: Mempertahankan situasi saat ini, dengan masing-masing negara mengelola wilayah yang diklaim.

Menjembatani Kesenjangan dan Membangun Masa Depan Bersama

Memilih solusi terbaik bukan perkara mudah. Diperlukan pertimbangan matang dan kompromi dari kedua pihak.

Penting untuk diingat bahwa sengketa Ambalat bukan hanya tentang perebutan wilayah, tetapi juga tentang masa depan hubungan kedua negara. Menyelesaikan sengketa ini secara damai dan adil akan membuka peluang kerjasama yang lebih luas di berbagai bidang, seperti ekonomi, maritim, dan keamanan.

Masa depan Blok Ambalat masih diselimuti ketidakpastian.

Sengketa Ambalat adalah ujian bagi komitmen Indonesia dan Malaysia untuk menyelesaikan masalah secara damai dan saling menghormati.

Menemukan solusi yang adil dan permanen membutuhkan dialog yang konstruktif, saling menghormati kedaulatan, dan semangat untuk mencari solusi win-win.

Masa depan hubungan kedua negara dan potensi kerjasama di berbagai bidang bergantung pada kebijaksanaan dan komitmen pemimpin kedua negara untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi rakyatnya dan kawasan.