Reog Ponorogo Tarian Pemberontak Era Majapahit yang Melegenda Hingga Masa Kini

Afif Khoirul M

Penulis

Penampilan tari reog Ponorogo di kompleks Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Jakarta, Minggu (27/8/2023). Kemenko PMK menggelar Pawai Budaya Reog Ponorogo sebagai pengenalan budaya kepada masyarakat. Pawai ini juga untuk mendukung pengusulan seni budaya

Intisari-online.com - Di tengahkehidupan yang serba modern ini, terdapat sebuah tradisi yang tetap bertahan mengakar kuat di hati masyarakat Ponorogo, Jawa Timur. Reog Ponorogo, tarian tradisional yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan sejarah, menjadi simbol kebanggaan yang tak lekang oleh waktu.

______________________________________________________________

Sejarah dan Legenda Ki Ageng Kutu

Menilik sejarah, Reog Ponorogo tidak lepas dari sosok Ki Ageng Kutu, seorang punggawa dari Kerajaan Majapahit yang hidup pada abad ke-15.

Dengan kejernihan pandangan dan keberanian hati, Ki Ageng Kutu meninggalkan istana yang tengah dilanda kemunduran untuk mencari suaka di Ponorogo. Di sana, ia mendirikan sebuah perguruan yang mengajarkan ilmu bela diri dan kebatinan kepada generasi muda, dengan harapan membangkitkan kembali kejayaan Majapahit.

Namun, tantangan terbesar bukanlah jumlah pengikut yang sedikit, melainkan bagaimana menyampaikan pesan perlawanan terhadap kemunduran moral dan politik yang terjadi di istana Majapahit. Ki Ageng Kutu pun menciptakan Reog Ponorogo sebagai media seni pertunjukan yang mengandung pesan-pesan kritis terhadap penguasa.

Reog Ponorogo: Tarian Pemberontakan yang Menjadi Identitas

Dari panggung pertunjukan hingga ke hati rakyat, Reog Ponorogo berkembang menjadi lebih dari sekadar tarian. Ia menjadi simbol perlawanan, identitas budaya, dan kekuatan supranatural yang dipercaya oleh masyarakat setempat.

Setiap gerakan dalam tarian ini tidak hanya menampilkan keindahan estetika tetapi juga mengandung makna filosofis mendalam.

Dalam setiap pertunjukan Reog Ponorogo, penonton akan disuguhkan dengan rangkaian tarian yang terdiri dari berbagai karakter unik. Salah satunya adalah Jathil, penari yang melambangkan pasukan kavaleri Majapahit dengan penampilan feminin nan anggun.

Tradisi ini telah beradaptasi dengan zaman, di mana perempuan kini turut serta memerankan karakter Jathil.

Karakter utama dalam Reog Ponorogo adalah Singa Barong, monster singa dengan bulu merak megah di kepalanya. Singa Barong bukan sekadar karakter dalam tarian; ia adalah representasi kritik sosial terhadap raja Majapahit yang tampak gagah namun dikendalikan oleh ratunya.

Penari Singa Barong memiliki tugas berat untuk menopang topeng yang bisa mencapai berat 50 kg hanya dengan giginya.

Pertunjukan sebagai Media Sosial dan Politik

Reog Ponorogo tidak hanya dipentaskan dalam acara-acara adat atau perayaan saja. Ia juga menjadi medium bagi masyarakat untuk menyampaikan pesan sosial dan politik secara halus namun tajam.

Setiap pertunjukan adalah kesempatan untuk mengingatkan akan nilai-nilai luhur dan semangat perlawanan terhadap ketidakadilan.

Di era globalisasi ini, tantangan terbesar bagi Reog Ponorogo adalah bagaimana melestarikan esensi tradisi sekaligus mengembangkannya agar tetap relevan dengan generasi masa kini.

Komunitas-komunitas seni di Ponorogo berupaya keras untuk mempertahankan autentisitas Reog sambil memberikan sentuhan modern agar lebih menarik bagi generasi muda.

Warisan Budaya yang Hidup

Reog Ponorogo bukan hanya warisan budaya; ia adalah nafas hidup yang mengalir dalam setiap denyut nadi masyarakat Ponorogo. Ia adalah cerminan dari sejarah yang kaya, semangat perlawanan yang tak pernah padam, dan kecintaan pada kebudayaan yang mendalam.

Di tengah arus modernisasi, Reog Ponorogo tetap bertahan sebagai simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Ponorogo.

Tarian ini tidak hanya dipentaskan dalam acara tradisional, tetapi juga dalam berbagai festival budaya baik di dalam maupun luar negeri, menunjukkan bahwa Reog Ponorogo telah menjadi duta budaya yang memperkenalkan Indonesia pada dunia.

Generasi muda Ponorogo diajak untuk tidak hanya menghargai tetapi juga melestarikan Reog sebagai warisan leluhur. Melalui pendidikan dan pelatihan, mereka diajarkan tentang nilai-nilai historis dan budaya yang terkandung dalam setiap gerakan tarian Reog.

Ini adalah upaya untuk memastikan bahwa Reog Ponorogo akan terus hidup dan berkembang di tangan generasi yang akan datang.

Warisan yang Terus Berkembang

Reog Ponorogo adalah lebih dari sekadar tarian; ia adalah sebuah narasi hidup yang terus berkembang seiring waktu. Setiap pertunjukan adalah perayaan dari sejarah, kebudayaan, dan identitas yang unik.

Di tengah tantangan zaman, Reog Ponorogo tetap menjadi simbol kekuatan dan keindahan yang akan terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Dengan demikian, Reog Ponorogo tidak hanya menjadi warisan budaya yang patut dibanggakan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus menghargai dan melestarikan kekayaan budaya yang kita miliki.

Sebuah tarian yang lahir dari semangat perlawanan kini telah menjadi ikon budaya yang menginspirasi banyak orang, menunjukkan bahwa seni dan budaya memiliki kekuatan untuk menghidupkan kembali sejarah dan mempersatukan masyarakat.

Melalui Reog Ponorogo, kita diajak untuk merenungkan kembali nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur kita.

Tarian ini bukan hanya hiburan; ia adalah pengingat akan pentingnya menjaga dan merawat warisan budaya agar tetap lestari dan relevan bagi generasi mendatang.

Dengan demikian, Reog Ponorogo akan terus menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi masyarakat Indonesia.

*

Artikel Terkait