Find Us On Social Media :

Saking Kayanya Pulau Banda Sampai Ditukar Dengan Pulau Manhattan

By Afif Khoirul M, Sabtu, 8 Juni 2024 | 09:15 WIB

Pulau Banda pernah menjadi rebutan Eropa hingga Belanda rela menukarnya dengan Manhattan.

Saat ini Intisari hadir di WhatsApp Channel, ikuti kami di sini

Intisari-online.com - Pada tahun 1677, dalam sebuah pertukaran yang menandai sejarah, Belanda menyerahkan wilayah Manhattan kepada Inggris. Tindakan ini dilakukan untuk mengamankan hak atas salah satu pulau kecil di Banda, yang kala itu merupakan sumber utama pala di dunia.

Pala, yang sangat berharga di Eropa Barat karena dianggap dapat menyembuhkan berbagai penyakit, membuat Belanda rela mengorbankan Manhattan demi monopoli atas rempah ini.

______________________________________________________________

Belanda telah berusaha keras untuk mendominasi perdagangan pala, bahkan sampai melakukan genosida terhadap penduduk asli Banda yang menolak bekerja sama pada tahun 1621, dan memperbudak yang bertahan hidup.

Manhattan, yang dulu hanya sebuah wilayah perdagangan, berkembang menjadi pusat perdagangan yang penting, sedangkan Banda berubah menjadi ekonomi perkebunan yang bergantung pada tenaga budak.

Namun, ketika nilai pala merosot, ekonomi Banda pun ikut runtuh.

Kisah pulau-pulau Banda dan penduduknya, yang sempat menjadi sorotan dunia karena kekayaan alamnya dan kemudian lenyap akibat kolonisasi Eropa, sering dijadikan contoh dalam artikel-artikel sejarah.

Kisah ini bagi ekonom merupakan perumpamaan yang kuat, sementara bagi sejarawan makanan, memberikan sedikit bumbu pada narasi mereka. Namun, banyak sejarawan yang mengabaikan wilayah ini, lebih memilih untuk fokus pada persaingan antar negara-negara Eropa, seperti yang diungkapkan oleh Timo Kaartinen, seorang akademisi Finlandia.

Namun, narasi sederhana ini tidak sepenuhnya benar. Masyarakat Banda sebenarnya adalah pedagang ulung yang menguasai pasar pala. Mereka berhasil menahan dan mengganggu penjajah Eropa selama lebih dari satu abad.

Meskipun mereka terpuruk akibat kampanye genosida, orang-orang Banda tetap bertahan di pinggiran kekuasaan Belanda, menjalankan perdagangan baru dan menyelundupkan pala.

Dominasi mereka dalam perdagangan regional bertahan lebih lama dari demam pala kolonial. Hingga kini, setidaknya ada dua desa di Banda yang masih bertahan, melanjutkan tradisi lama di Kepulauan Kei.