Find Us On Social Media :

Cerita di Balik Kapal Perang Raksasa Uni Soviet Diserahkan ke Indonesia

By Afif Khoirul M, Kamis, 6 Juni 2024 | 16:54 WIB

Kapal perang raksasa Ordzhonikidze milik Uni Soviet pernah diserahkan ke Indonesia untuk melawan Belanda.

Saat ini Intisari hadir di WhatsApp Channel, ikuti kami di sini

Intisari-online.com - Di era 1960-an, Indonesia, yang masih terbilang negara baru, giat memperkuat diri. Presiden Sukarno, dengan ambisi besar, berupaya mengakhiri pengaruh Inggris dan Belanda di kawasan.

Isu mendesak yang dihadapi adalah perebutan Papua Barat, yang masih di bawah kendali Belanda. Indonesia saat itu belum memiliki kekuatan militer yang memadai, dengan tentara dan angkatan laut yang hanya bersenjatakan sisa-sisa peralatan dari bekas penjajah dan sekutu mereka.

_____________________________________________________________

Soekarno kemudian menoleh ke utara, mencari dukungan dari Uni Soviet yang tengah bersitegang dengan Barat. Uni Soviet, yang ingin memperluas pengaruhnya, menyambut Indonesia ke dalam blok sosialis.

Dengan lebih dari sekadar ucapan selamat datang, Uni Soviet bersedia mempersenjatai Indonesia dengan peralatan militer terkini, termasuk pesawat angkatan laut, rudal anti-kapal, dan kapal selam, untuk menantang Belanda. Indonesia pun menerima kapal penjelajah ringan Proyek 68-bis (tipe Sverdlov), yaitu Ordzhonikidze.

Mengutip situs Warpost.ru, kapal penjelajah ini merupakan evolusi dari Proyek 68 pra-perang, yang diperbarui berdasarkan pengalaman Perang Dunia II. Dengan konstruksi yang lebih ringan dan murah, dilengkapi radar modern dan artileri utama yang canggih, kapal ini ideal di atas kertas dan relatif mudah dibuat, memainkan peran kunci dalam pemulihan armada Soviet pasca-perang. Namun, pada akhir 1950-an, kapal seperti ini sudah dianggap usang oleh Uni Soviet dan siap dijual kepada sekutu.

Ordzhonikidze, yang dibangun di Leningrad antara tahun 1949-1952, telah mengabdi di Armada Baltik selama hampir sembilan tahun di bawah bendera Soviet. Kapal ini juga terlibat dalam beberapa kunjungan resmi dan bahkan menjadi bintang dalam sebuah film thriller mata-mata.

Pada April 1956, kapal ini membawa delegasi tingkat tinggi Uni Soviet, termasuk N.S. Khrushchev dan N.A. Bulganin, serta ilmuwan terkemuka seperti I.S. Kurchatov dan A.N. Tupolev. Intelijen Inggris, dalam upaya spionase, merekrut Lionell Crabbe untuk menyelidiki kapal tersebut.

Namun, misi tersebut gagal dan Crabbe tidak pernah terlihat lagi, meninggalkan misteri yang belum terpecahkan. Kisah ini mungkin mempengaruhi keputusan penjualan kapal penjelajah tersebut. Pada 14 Februari 1961, Ordzhonikidze tiba di Sevastopol untuk perbaikan besar.

Di sisi lain, calon awak kapal penjelajah Indonesia, dipimpin oleh Kolonel Frits Sua, tiba di Uni Soviet untuk pelatihan. Sua, yang sebelumnya memimpin KRI Dewaruci, membawa personel terbaik TNI-AL yang fasih berbahasa Rusia. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi menteri di Indonesia.

Ada perbedaan data tentang jumlah WNI yang datang ke Eropa untuk pelatihan. Meskipun secara resmi dikatakan bahwa kapal tersebut seharusnya diawaki penuh oleh orang Indonesia, saksi mata pelaut Soviet mengatakan hanya seperempat yang hadir saat penyerahan. Ada juga informasi bahwa pelatihan dilakukan di Polandia, bukan di Uni Soviet.