Find Us On Social Media :

Kauman, Kampung Batik Yang Awalnya Permukiman Ulama Keraton Solo

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 6 Juni 2024 | 14:50 WIB

Ada dua kampung batik di Solo, Jawa Tengah. Kampung Laweyan dan Kampung Kauman. Surga batik ada di dua tempat ini.

Beberapa pengusaha batik Kauman juga memiliki museum-museum pribadi yang dapat Anda kunjungi secara gratis. Di dalamnya dipamerkan batik khas Kauman dan batik-batik khas Surakarta. Seorang pemandu akan menemani Anda melihat koleksi museum dan menjelaskan kepada Anda soal motif dan makna motif itu, bahan, tahun pembuatan, serta penggunaannya.

Baca Juga: Inilah Jawabannya, Kenapa Tanggal 2 Oktober Diperingati Sebagai Hari Batik Nasional

Kampung Laweyan

Kampung Laweyan dulu adalah bagian Kerajaan Pajang (1546), berada di bagian barat daya Surakarta. Kampung seluas 24 ha ini berada di Kecamatan Laweyan, Surakarta. Dalam sejarah Surakarta, kampung yang semula merupakan perkampungan tenun ini mempunyai andil terhadap perkembangan batik di Solo.

"Batik di sini, batik berbasis masyarakat. Karenanya, pada masa lalu banyak pembatik Laweyan yang ditawari menjadi pembatik di keraton," jelas Ir. Alpha Febela Priyatmono, MT., saat itu Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, kepada Intisari 2009.

Pada masa lalu, kampung ini memang dipersiapkan sebagai kawasan industri. Di sini rumahnya besar-besar, ada halamannya, dan ada pabriknya sebagai tempat produksi. Tiap rumah itu dikelilingi pagar tembok tinggi.

"Tapi antarrumah ada (semacam) connecting door, baik di dalam tanah maupun di atas tanah," ungkap Alpha.

Setelah sempat tak terdengar lagi namanya sejak tahun 1960-an, pada 2004 Laweyan kembali hidup sebagai kampung batik. Perkampungannya ditata. Di lima jalan masuknya dari Jalan Dr. Rajiman, dipasang papan nama "Kampoeng Batik Laweyan". Jalan-jalan diperbaiki. Juga dibuatkan pa-pan penunjuk arah.

Khusus di perempatan jalan di dekat bekas Pasar Laweyan, dibuatkan Tugu Batik. Tak ketinggalan, di beberapa tempat dibuatkan shelter becak wisata yang siap mengantarkan pengunjung keliling Laweyan. Showroom pun bermunculan. Saat ini setidaknya ada 15 gerai batik. Produk yang dijual meliputi pakaian, tas, dompet, dsb.

"Sebelum tahun 2004, di sini tidak ada showroom," ujar pemilik gerai Batik Mahkota ini.

Menurut Alpha, di Kampung Laweyan hingga awal Februari 2009 terdapat 56 perusahaan batik berbagai kelas, dari yang kecil hingga besar. Beberapa di antaranya memiliki gerai untuk menjual produknya sendiri. Bahkan tak sedikit pula yang memiliki museum batik pribadi.

"Kami hams belajar dari pengalaman dulu. Kami memperlakukan batik tidak hanya sebagai suatu produk sandang, tetapi juga sebagai produk budaya, sehingga sisi budayanya betul-betul digali. Karena itu kawasan ini dikembangkan menjadi kawasan wisata yang terintegrasi," jelasnya.