Penulis
Intisari-online.com - Pada era Perang Dingin, semua wilayah di dunia memiliki potensi bahaya, bahkan di tempat yang seharusnya tidak dianggap berbahaya.
Titik panas bermunculan di seluruh dunia, tempat uang dan senjata AS dan Uni Soviet mengalir. Dalam hal ini Asia Tenggara salah satunya.
Namun, Barat memandang wilayah ini tak boleh jatuh ke tangan Komunisme sehingga berbagai upaya pun dilakukan AS.
Sosok Presiden Soekarno menjadi orang yang paling diwaspadai kala itu, oleh beberapa negara Barat.
_________________________________________________________________
Indonesia adalah negara gerakan non-blok, yang berarti kepentingannya tidak memihak negara adidaya manapun.
Dengan memilih menjaga netralitas itu, Presiden Soekarno justru dianggap sebagai orang yang diwaspadai oleh Amerika Serikat.
Hal ini membuat AS khawatir, karena Soekarno yang dianggap condong ke arah komunisme, dengan pengaruh Soviet yang semakin meningkat.
Allen Dulles direktur CIA yang kala itu menjabat, kemudian memutuskan untuk segera bertindak.
Serta saudaranya, Menteri Luar Negeri AS John Dulles, memainkan peran penting dalam peristiwa ini.
Bung Besar, dianggap sebagai orang yang memiliki dua sisi ia dekat dengan Amerika tetapi juga memiliki hubungan baik dengan Uni Soviet.
Baca Juga: Ideologi Soekarno dan Sejarah Komunisme Berkembang di Indonesia
Sebagai seorang pejuang kemerdekaan Indonesia, Presiden Soekarno tak ingin menjadi budak AS atau Uni Soviet.
Dulles bersaudara pun kemudian mewaspadai presiden Soekarno yang kala itu memproklamirkan diri sebagai pemimpin negara yang netral.
Namun, di tengah panasnya Perang Dingin, saudara John dan Allen tidak dapat menerima gagasan bahwa siapa pun bisa tetap netral.
Apalagi dalam pidatonya, Soekarno kerap mengutarakan ideologi sayap kiri dan aktif menjalin kerja sama dengan Uni Soviet.
Tentu saja Soekarno juga bekerja sama dengan Amerika.
Namun Dulles bersaudara menduga itu hanyalah tipuan, rencana Si Bung Besar adalah untuk merugikan kepentingan Amerika.
Dulles bersaudara itumemutuskan untuk menggulingkan Sukarno untuk mengangkat seorang tokoh pro-Amerika sebagai Presiden, yang dapat mengizinkan perusahaan-perusahaan Amerika untuk mengeksploitasi minyak Indonesia dan memulai perlawanan terhadap ideologi komunis di negara tersebut.
Bahkan pembicaraan pribadi Soekarno dengan John Dulles gagal meyakinkan John Dulles bahwa sang Presiden Indonesia itu tidak menimbulkan ancaman terhadap kepentingan Amerika.
Akibatnya, karena marah dengan tekanan Amerika, seolah-olah sebagai balas dendam.
Soekarno beralih ke kerja sama yang lebih erat dengan Uni Soviet. Kemudian peristiwa mulai berkembang lebih cepat.
Baca Juga: Apa Sajakah Perubahan Naskah Proklamasi Hasil Tulisan Tangan Ir. Soekarno?
Usai tindakan Si Bung Besar,CIA menerima instruksi untuk secara langsung menangani masalah Soekarno.
Penyelidikan elemen kiri yang mencurigakan seperti yang dikomentari Presiden AS Eisenhower.
Kemudian, CIA diizinkan menggunakan metode dan cara apapun, asalkan operasinya berhasil.
Untuk mengonfirmasi hal itu, sejumlah besar uang ditransfer ke rekening rahasia.
Dalam waktu singkat, CIA menggelontorkan dana sekitar satu juta dolar kepada pihak oposisi di Indonesia, namun sebagian besar dana tersebut disalahgunakan.
Informasi ini sampai ke telinga para pemimpin Soviet, setelah itu Soekarno meminjam 100 juta dollar AS dari Moskow, yang tentu saja Si Bung tidak berniat membayarnya kembali.
Meski Uni Soviet masih mengalami banyak kesulitan, pasca negaranya baru saja pulih dari luka pasca Perang Dunia II.
Namun menurut ajaran Lenin, kepemimpinan Soviet menganggap tugas "pembebasan rakyat Asia" adalah prioritas utama.
Rakyat Soviet menunjukkan semangat proletar mereka dan terus mengencangkan ikat pinggang, membantu Indonesia.
Sementara itu, Soekarno mulai mengisyaratkan kemungkinan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Texaco, Chevron dan Mobil, sesuatu yang tidak bisa diizinkan oleh Amerika Serikat.
Ellison, duta besar AS di Jakarta yang berusaha membuktikan bahwa Soekarno sama sekali bukan musuh AS, dipecat, dan agen CIA mendapat perintah untuk bertindak.
Pada tanggal 1 Agustus 1957, rencana penggulingan Soekarno mulai dilakukan.
*