Find Us On Social Media :

Mengungkap Kehidupan Sosial Kerajaan Gowa-Tallo Dibagi Menjadi 4 Kelas

By Afif Khoirul M, Jumat, 3 Mei 2024 | 15:53 WIB

Ilustrasi - Berikut ini adalah kehidupan sosial kerajaan Gowa-Tallo yang terbagi menjadi 4 kelas sosial.

Intisari-online.com - Kerajaan Gowa-Tallo, yang terletak di Sulawesi Selatan, merupakan salah satu kerajaan maritim terkuat di Nusantara pada abad ke-16 hingga ke-17.

Kehidupan sosial masyarakatnya pun mencerminkan kejayaan dan kekayaan kerajaan tersebut.

Berikut ini adalah kehidupan sosial kerajaan Gowa-Tallo yang terbagi menjadi 4 tahapan.

Struktur Masyarakat

Masyarakat Gowa-Tallo dibagi menjadi beberapa kelas sosial, yaitu:

Karaeng: Raja atau bangsawan yang memerintah kerajaan.

Anak Karaeng: Keluarga dekat raja.

Abdi: Rakyat biasa yang bekerja untuk kerajaan.

Budak: Golongan terendah dalam masyarakat, biasanya tawanan perang atau orang yang dijual.

Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan di Gowa-Tallo bersifat patrilineal, yaitu garis keturunan dihitung melalui ayah. Hal ini berarti bahwa anak-anak mengikuti marga ayahnya.

Kehidupan Sehari-hari

Baca Juga: Mengenal Contoh 5 Kerajaan Islam yang Berdiri di Pulau Jawa

Masyarakat Gowa-Tallo hidup dengan bercocok tanam, berdagang, dan melaut.

Mereka juga mahir dalam membuat perhiasan, kain tenun, dan kapal.

Agama

Agama mayoritas di Gowa-Tallo adalah Islam. Agama ini dibawa oleh para pedagang dari Sumatera dan Jawa pada abad ke-16.

Pendidikan

Pendidikan di Gowa-Tallo hanya tersedia bagi kalangan bangsawan dan anak-anak ulama.

Mereka diajari tentang agama, bahasa, dan ilmu pengetahuan lainnya.

Kesenian

Masyarakat Gowa-Tallo memiliki berbagai macam kesenian, seperti tari, musik, dan wayang.

Kesenian ini biasanya ditampilkan dalam berbagai acara, seperti pernikahan, festival, dan upacara adat.

Hubungan dengan Kerajaan Lain

Baca Juga: Berikut Ini 4 Faktor Menjadi Penyebab Keruntuhan Kerajaan Banten?

Kerajaan Gowa-Tallo memiliki hubungan yang erat dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, seperti Ternate, Tidore, dan Banten.

Mereka juga menjalin hubungan dagang dengan bangsa-bangsa Eropa, seperti Portugis, Belanda, dan Inggris.

Kejatuhan Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan Gowa-Tallo mengalami kemunduran pada abad ke-18 akibat peperangan dengan VOC.

Pada tahun 1667, Benteng Somba Opu, ibukota kerajaan, dihancurkan oleh VOC.

Hal ini menandai berakhirnya kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo.

Kesimpulan

Kehidupan sosial Kerajaan Gowa-Tallo mencerminkan kejayaan dan kekayaan kerajaan tersebut.

Masyarakatnya dibagi menjadi beberapa kelas sosial, dan mereka hidup dengan bercocok tanam, berdagang, dan melaut.

Agama Islam merupakan agama mayoritas, dan pendidikan hanya tersedia bagi kalangan bangsawan dan anak-anak ulama.

Kerajaan Gowa-Tallo memiliki berbagai macam kesenian, dan mereka menjalin hubungan yang erat dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara serta bangsa-bangsa Eropa.

Namun, kerajaan ini mengalami kemunduran pada abad ke-18 akibat peperangan dengan VOC dan akhirnya runtuh.