Penulis
Intisari-Online.com -Tragis benar nasib Sultan Hamengkubuwono V.
Selain tewas di tangan selirnya sendiri, Sultan Yogyakarta yang naik takhta sejak usia 3 tahun itu tidak punya penerus dari darah dagingnya.
Yang bikin tragis lagi, putra satu-satunya lahir 13 hari setelah kematiannya.
Sang ibu, permaisuri HB V, GKR Ratu Kedaton, pernah meminta hak takhta untuk putranya.
Tapi permintaan itu ditolak oleh Gusti Raden Mas Mustojo, adik HB V, yang kelak naik takhta dengan gelar Sultan Hamengkubuwono VI.
Bagaimana cerita HB V tewas ditikam selirnya sendiri?
Sultan Hamengkubuwono V meninggal dunia pada 1955, dia tewas di tangan selir tercintanya.
Sri Sultan Hamengkubuwono V (1820-1855) adalah sultan kelima Kesultanan Yogyakarta yang mengalami banyak liku-liku dalam hidupnya.
Dia naik takhta sejak usia tiga tahun, sempat digantikan oleh kakeknya, hingga berhadapan dengan pemberontakan Diponegoro.
Namun, di balik semua kesulitan itu, ia memiliki seorang istri yang sangat dicintainya, yaitu Kanjeng Mas Hemawati.
Sayangnya, kisah cinta mereka berakhir dengan tragedi yang menggemparkan.
Pada tanggal 5 Juni 1855, Sultan HB V ditemukan tewas di salah satu ruangan istana.
Siapa pembunuhnya?
Ternyata, selirnya sendiri, Kanjeng Mas Hemawati.
Mengapa ia melakukan hal itu?
Apa motif di balik pembunuhan itu?
Bagaimana nasib Kanjeng Mas Hemawati setelah peristiwa itu?
Hamengkubuwana V merupakan putra mahkota dari Sultan Hamengkubuwana IV yang meninggal secara mendadak diduga karena diracun.
Karena masih di bawah umur, dia dibantu oleh beberapa wali raja, di antaranya neneknya Ratu Ageng, ibunya Ratu Kencono, saudara kakeknya Pangeran Mangkubumi, dan saudara ayahnya Pangeran Diponegoro.
Namun, pada tahun 1826, dia diturunkan dari singgasananya oleh Belanda yang ingin memecah belah kraton dan rakyat Yogyakarta yang sedang berperang melawan Pangeran Diponegoro.
Belanda mengangkat kembali Sultan Hamengkubuwana II yang sudah tua dan pernah menjadi raja sebelumnya.
Hamengkubuwono V baru bisa naik takhta lagi pada tahun 1828 setelah Sultan Hamengkubuwono II meninggal.
Sayangnya, pemerintahan HB V tidak mendapat dukungan penuh dari internal keraton maupun sebagian rakyat Yogyakarta.
Dia dianggap terlalu lemah dan tunduk pada kepentingan Belanda.
Ia juga harus menghadapi persaingan dari adik-adiknya yang ingin merebut takhtanya.
Salah satu adiknya, Pangeran Notokusumo, bahkan pernah berusaha membunuhnya dengan racun.
Di tengah situasi yang sulit itu, Hamengkubuwana V mencari penghiburan dalam cinta.
Ia memiliki banyak istri dan selir, tetapi yang paling disayanginya adalah Kanjeng Mas Hemawati, istri kelima yang cantik jelita.
Kanjeng Mas Hemawati adalah putri dari Raden Tumenggung Wiroguno, seorang bupati di daerah Pati.
Ia dinikahkan dengan Hamengkubuwana V pada tahun 1842 ketika ia berusia 16 tahun.
Kanjeng Mas Hemawati sangat dicintai oleh Hamengkubuwana V dan sering mendapat perlakuan istimewa dari sang sultan.
Ia juga diberi gelar Kangjeng Ratu Kencana yang artinya ratu bunga emas.
Namun, di balik kecantikan dan kelembutan Kanjeng Mas Hemawati, tersimpan sebuah misteri yang mengguncang sejarah kraton Yogyakarta.
Pada tanggal 5 Juni 1855, Hamengkubuwana V ditemukan tewas dengan keris terhunus di salah satu ruangan istana.
Ternyata, pembunuhnya adalah Kanjeng Mas Hemawati sendiri yang menikamnya dari belakang dengan keris.
Alasan Kanjeng Mas Hemawati melakukan tindakan tersebut sampai sekarang tidak diketahui pasti.
Ada beberapa spekulasi yang beredar, seperti cemburu buta, dendam politik, atau pengaruh gaib.
Pihak keraton menutup rapat-rapat segala hal tentang kasus pembunuhan Sultan Hamengkubuwana V oleh Kanjeng Mas Hemawati.
Tidak ada informasi resmi tentang apa yang terjadi dengan Kanjeng Mas Hemawati setelah ia melakukan tindakan nekat itu.
Apakah ia dihukum mati, dipenjara, diasingkan, atau dibiarkan hidup dengan rasa bersalah?
Begitulah kisah tragis Hamengkubuwono V yang tewas di tangah selir terkasihnya dan tak punya penerus.
Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News