Find Us On Social Media :

Lagi-lagi Karena Faktor Ekonomi Yang Kolaps Pasca-Perang Dunia II, Ternyata Ini Alasan Peristiwa Agresi Militer I

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 28 April 2024 | 13:15 WIB

Artikel ini akan membahas tentang alasan peristiwa Agresi Militer I yang berlangsung dari 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947.

Dalam empat hari pertama, Belanda telah berhasil Kota Cirebon.

Serangan Belanda yang berhasil menerobos pertahanan TNI ini membuat TNI tersadar, bahwa dengan strategi pertahanan dengan kondisi pasukan dan persenjataan yang kurang memadai hanya akan membuang-buang tenaga.

Akhir Agustus 1947, pasukan Siliwangi kembali menyusun kekuatan dengan memanfaatkan kondisi alam atau medan pertempuran, di mana pasukan TNI lebih menguasai medan tersebut dibanding Belanda.

Selain itu, TNI juga menyusun kekuatan pertahanan gerilya.

Serangan gerilya ini ditujukan pada sektor-sektor penting, seperti jalan-jalan penghubung, jalur logistic, dan pos Belanda.

Pada prakteiknya, serangan gerilya yang dilakukan pasukan Siliwangi di Jawa Barat mampu melumpuhkan usaha perkebunan yang merupakan sektor ekonomi penting bagi Belanda.

Kondisi ini kemudian membawa Indonesia dan Belanda bertemu dalam perundingan di bawah pengawasan Komisi Tiga Negara (KTN) yang dibentuk PBB tanggal 27 Agustus 1947.

Perundingan dilakukan di atas kapal perang Amerika US Renvile yang kemudian menghasilkan perjanjian Renville 17 Januari 1947.

Berikut beberapa latar belakang Agresi Militer Belanda I, yaitu:

- Adanya keinginan Belanda untuk menjadikan Indonesia sebagai negara jajahannya kembali.

- Pemerintah Indonesia menolak ultimatum dari Van Mook untuk menarik tentara Indonesia sejauh 10 km dari garis demarkasi.

- Belanda ingin menguasai sumber daya alam Indonesia untuk membantu perekonomian Belanda yang mengalami krisis pascaperang.