Beginilah Kondisi Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Beginilah kondisi peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.

Intisari-Online.com -Islam pernah menguasai peradaban di Barat dan di Timur sekaligus.

Di Barat oleh Dinasti Umayyah di Andalusia, sementara di Timur oleh Dinasti Abbasiyah di Baghdad.

Beginilah kondisiperadaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh keturunan dari paman Nabi Muhammad, yaitu Abbas bin Abdul Muthalib.

Selama Kekhalifahan Abbasiyah berlangsung, dunia Islam mengalami kemajuan yang signifikan pada beberapa bidang, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, Islam mencapai kejayaan di berbagai bidang, salah satunya bidang ilmu pengetahuan.

Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan kegiatan menerjemahkan naskah-naskah asing, terutama dari bahasa Yunani ke bahasa Arab.

Tak hanya itu, gerakan itu lalu disusul dengandidirikannya pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan.

Namanya Baitul Hikmah.

Seiring dengan itu, terbentuklahmazhab-mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan.

Zaman keemasan Dinasti Abbasiyah diperoleh saat diperintah olehKhalifah Harun al-Rasyid (786-809).

Sang khalifah mendirikan berbagai bangunan untuk keperluan sosial, seperti rumah sakit, lembaga pendidikan, dan farmasi.

Di bidang sastra, Kota Bagdad dikenal memiliki hasil karya yang indah dan banyak digandrungi masyarakat setempat, di antaranya adalah Alf Lailah wa Lailah atau Kisah 1001 Malam.

Di Kota Bagdad pula, lahir para ilmuwan, ulama, filsuf, dan sastrawan Islam ternama seperti Al-Khawarizmi (ahli astronomi dan matematika), al-Kindi (filsuf Arab pertama), dan al-Razi (filsuf, ahli fisika, dan kedokteran).

Supaya ilmu pengetahuan semakin maju, para khalifah jugamencetuskan beberapa kebijakan, yaitu:

- Menggalang penyusunan buku

- Menggalang penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa asing

- Mengaktifkan kegiatan ilmiah

- Mengembangkan pusat-pusat kegiatan ilmu pengetahuan

Tak hanya itu,pemerintah juga membangun berbagai macam infrastruktur serta lembaga, termasuk lembaga pendidikan.

Karena itulah pada masa Dinasti Abbasiyah, pendidikan dan pengajaran juga mengalami perkembangan sangat pesat.

Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa rela meninggalkan kampung halaman demi mendapatkan ilmu pengetahuan di kota.

Saat itu sebelum lembaga pendidikan formal dibangun, masjid yang difungsikan sebagai pusat pendidikan.

Selain untuk menunaikan ibadah, masjid juga dijadikan sebagai sarana belajar bagi anak-anak, pengajian dari para ulama, serta tempat untuk berdiskusi.

Berikut ini lembaga-lembaga pendidikan Islam yang berdiri pada masa Dinasti Abbasiyah.

Kuttab

Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai tempat belajar menulis dan membaca.

Pendidikan rendah di istana

Ide pendidikan rendah di istana muncul berdasarkan pemikiran akan pendidikan yang harus bisa menuntun anak didik sampai mampu melaksanakan tugas-tugasnya ketika sudah beranjak dewasa.

Dari pemikiran itu, khalifah beserta keluarganya mempersiapkan dengan sebaik mungkin pendidikan yang memadai supaya anak-anak bisa bertanggung jawab terhadap tugas yang kelak mereka emban.

Toko-toko kitab

Perkembangan pendidikan yang pesat juga didorong dengan adanya toko-toko kitab yang berfungsi sebagai tempat jual-beli kitab dari para penulis dan pembelinya.

Rumah para ulama

Selain lembaga formal, anak-anak juga bisa belajar di lembaga pendidikan non-formal, seperti rumah para ulama.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, rumah-rumah ulama dijadikan sebagai tempat untuk anak-anak belajar, salah satu rumah yang kerap digunakan untuk melakukan kegiatan ilmiah adalah milik Al-Rais bin Sina.

Majelis kesusasteraan

Majelis kesusasteraan adalah majelis khusus yang diadakan oleh khalifah untuk membahas tentang ilmu pengetahuan secara lebih dalam.

Pada masa Khalifah Harun al-Rasyid, majelis sastra berkembang sangat hebat, karena khalifah sendiri adalah seorang ahli ilmu pengetahuan yang cerdas sehingga ia juga ikut terlibat di dalamnya.

Khalifah acap kali mengadakan perlombaan ahli-ahli syair, perdebatan, dan sayembara antara ahli kesenian dan pujangga.

Badiah

Badiah adalah dusun-dusun tempat tinggal orang Arab yang terus mempertahankan keaslian dan kemurnian bahasa Arab.

Biasanya, khalifah akan mengirim anak-anak ke badiah untuk mempelajari berbagai syair sekaligus sastra Arab dari sumber aslinya.

Rumah sakit

Khalifah membangun rumah sakit yang tidak hanya digunakan sebagai pusat kesehatan, tetapi juga untuk mendidik anak-anak yang tertarik dengan dunia keperawatan dan kedokteran.

Dengan demikian, rumah sakit juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan.

Madrasah

Pada masa Dinasti Abbasiyah, madrasah mulai bermunculan, didorong dengan semakin tingginya minat belajar masyarakat sehingga dibutuhkan tempat yang bisa menampung guru dan murid lebih banyak.

Oleh sebab itu, khalifah mendirikan madrasah yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan formal.

Politik dan militer

Kemajuan yang terjadi pada masa Bani Abbasiyah juga dapat dilihat di bidang politik dan militer.

Supaya semua kebijakan militer saat itu bisa terkoordinasi dengan baik, pemerintah Dinasti Abbasiyah membentuk sebuah departemen pertahanan dan keamanan yang disebut Diwanul Jundi.

Diwanul Jundi dibentuk untuk mengatur masalah keanggotaan tentara.

Ilmu agama islam

Berkembangnya Islam pada masa ini juga didorong oleh antusiasme dari khalifah sekaligus para ulama.

Mereka memberi perhatian berat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan memajukan peradaban Islam.

Ilmu-ilmu agama Islam yang berkembang saat itu adalah ilmu hadis, ilmu tafsir, ilmu fikih dan tasawuf, dengan ulama-ulama terkenal seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal, dan masih banyak lagi.

Begitulahkondisiperadaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad, semoga bermanfaat.

Artikel Terkait