Penulis
Intisari-Online.com -Selalu ada hikmah ketika kita belajar sejarah.
Termasuk sejarah kemajukan Islam di masa Daulah Abbasiyah.
Artikel ini akan jelaskan manfaat mempelajari sejarah pertumbuhan ilmu pada masa Daulah Abbasiyah untuk kehidupan sehari-hari.
Tapi sebelum itu, kita harus mengingat lagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa itu.
Pada masa Bani Abbasiyah umat Islam mencapai puncak kejayaan di berbagai bidang.
Ini terjadi karena perhatian yang besar dari pemerintah terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Khalifah Al-Ma’mun melakukan penerjemahan buku-buku asing dan mendirikan baitul hikmah yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan.
Kemudian muncul para ilmuwan yang memiliki akidah kuat dan menguasai ilmu agama dan sains.
Seperti Al-Khawarizmi menemukan angka nol, Al- Farazi penemu astrolabe, Imam Bukhari dan Imam Muslim yang menyusun hadis shahih yang menjadi panduan umat islam hingga saat ini.
Berdasarkan bukti sejarah tersebut, nilai keteladanan untuk memajukan ilmu pengetahuan masa kini adalah pemerintah harus berperan aktif dalam memberi penghargaan terhadap jasa para ilmuwan.
Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, pemerintah membangun berbagai infrastruktur dan lembaga, termasuk lembaga pendidikan.
Semangat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ditunjukkan para khalifah pun terlihat jelas.
Para khalifah yang memimpin turut mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dengan kebijakan-kebijakannya.
Alhasil, penduduk berduyun-duyun mendatangi tempat-tempat menuntut ilmu, sementara para ilmuwan memiliki kedudukan penting dan derajat yang tinggi.
Beberapa langkah atau kebijakan yang dikeluarkan khalifah pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah sebagai berikut.
Menggalang penyusunan buku
Penyusunan buku pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dilakukan secara besar-besaran.
Hasil penelitian para ulama kemudian disusun dalam sebuah buku sehingga dapat dengan mudah dipelajari oleh generasi penerus.
Menggalang penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa asing
Khalifah Bani Abbasiyah mendukung dan mendanai penerjemahan ilmu-ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke Bahasa Arab.
Dengan demikian, ilmu pengetahuan yang dimiliki umat Islam semakin luas dan berkembang.
Menghidupkan kegiatan-kegiatan ilmiah
Kegiatan ilmiah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi penduduk Daulah Abbasiyah.
Hampir di setiap majelis hingga tempat-tempat umum seperti pasar, para ilmuwan menyampaikan pengetahuan mereka miliki.
Mengembangkan pusat-pusat kegiatan ilmu pengetahuan
Kekhalifahan Abbasiyah gencar membangun Baitul Hikmah, atau pusat ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi perpustakaan.
Pada periode ini, perpustakaan telah berfungsi layaknya sebuah universitas di masa sekarang.
Perkembangan lembaga pendidikan ini menjadi salah satu cermin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain
Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, banyak bangsa non-Arab yang masuk Islam dan memberi warna baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Contohnya bangsa Persia berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra serta pengaruh budaya India yang terlihat pada bidang kedokteran, matematika, dan astronomi.
Gerakan penerjemahan yang berlangsung dalam tiga fase
- Fase pertama pada masa Khalifah al-Mansur hingga Harun ar-Rasyid.
- Pada periode ini yang diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantik (logika).
- Fase kedua berlangsung sejak masa Khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang diterjemahkan adalah buku dalam bidang filsafat dan kedokteran.
- Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan pun semakin beragam, mengikuti perkembangan.
Ilmu yang berkembang pada masa Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah
Ilmuwan-ilmuwan muslim beserta ilmu yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut.
Ilmu Tafsir
Pada masa Dinasti Abbasiyah, berkembang dua aliran ilmu tafsir yang terus digunakan hingga sekarang, yaitu tafsir bi al-ma’tsur yang menekankan pada penafsiran ayat-ayat Al-Quran dengan hadis dan pendapat para sahabat, dan tafsir bi ar-ra’yi yang berpijak pada logika daripada nas syariat.
Sementara tokoh ilmuwan dalam bidang tasfir adalah Ibnu Jarir at-Tabary, Ibnu Atiyah al-Andalusy, As-Suda, Mupatil bin Sulaiman, dan Muhammad bin Ishak.
Filsafat Islam
Perkembangan filsafat Islam dimulai saat penerjemahan filsafat Yunani dalam Bahasa Arab sekaligus diadakan penyesuaian dengan ajaran Islam.
Beberapa ilmuwan muslim dalam ilmu filsafat Islam adalah Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Abu Bakar Ibnu Tufail, Al-Ghazali, dan Abu Bakar Muhammad bin as-Sayig (Ibnu Bajjah).
Ilmu Hadis
Beberapa karya para ilmuwan muslim terkenal dalam bidang ilmu hadis adalah sebagai berikut.
- Sahih Bukhari, disusun oleh Imam Bukhari
- Sahih Muslim, disusun oleh Imam Muslim
- Sunan Abu Daud, disusun oleh Imam Abu Daud
- Sunan at-Tirmizi, disusun oleh Imam at-Tirmizi
- Sunan an-Nasa'i, disusun oleh Imam an-Nasa'i
Ilmu Fikih
Setelah Nabi Muhammad wafat, muncul para ulama ahli fikih yang menjadi andalan bagi umat Islam dalam menjelaskan persoalan fikih.
Beberapa di antaranya adalah Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hanbali.
Ilmu Kalam
Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas tentang ketuhanan.
Ilmuwan termasyur dalam bidang ini adalah Wasil bin Ata', Abu Hasan al-Asy'ari, Imam al-Ghazali, Abu Huzail al-Allaf, dan Ad-Dhaam.
Ilmu Tasawuf
Tasawuf adalah ilmu yang membahas tentang cara ber-taqarub dengan benar kepada Allah SWT.
Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Al Gazali, Al-Qusyairy, dan Syahabbudin.
Ilmu Tarikh (Sejarah)
Sejarah termasuk cabang ilmu yang mengalami perkembangan terus-menerus.
Para ilmuwan muslim dalam bidang ilmu tarikh adalah Ibnu Jarir at-Tabary, Khatib Bagdadi, Ibnu Hayyan, Ibnu Batutah, dan Ibnu Khaldun.
Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran dalam Islam dikenal dengan nama at-Tib.
Orang-orang Barat bahkan juga menuntut ilmu di universitas milik umat Islam.
Para dokter muslim yang terkenal adalah sebagai berikut.
- Ibnu Sina, dikenal sebagai bapak dokter Islam
- Jabir bin Hayyan dikenal sebagai bapak kimia
- Ar-Razi, karyanya berjudul al-Hawi yang membahas tentang campak dan cacar
Ilmu Geografi
Ilmu Geografi berkembang seiring dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam serta perdagangan.
Ketika itu sering diadakan perjalanan ilmiah juga perjalanan untuk pesiar, dan pengetahuan yang diperoleh akan dituangkan ke dalam kitab.
Beberapa ilmuwan dalam bidang geografi adalah Al-Muqaddasy, Yaqut al-Hamawy, dan Ibnu Khardazabah.
Ilmu Bahasa
Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, Bahasa Arab ditetapkan sebagai bahasa resmi negara. Ilmu bahasa yang berkembang meliputi ilmu nahwu, saraf, ma'ani, bayan, dan badi.
Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Sibawaihi, Muaz al-Harra', dan Al-Kisai.
Ilmu Astronomi
Ilmu Astronomi atau falak adalah ilmu yang memelajari tentang matahari, bulan, bintang, dan planet-planet.
Beberapa contoh ilmuwan dari bidang ini adalah sebagai berikut.
- Ibnu Haitam, ilmuwan muslim pertama yang mengubah konfigurasi Ptolomeus
- Abu Ishaq az-Zarqali, menemukan bahwa orbit planet adalah edaran eliptik, bukan sirkular
- Ibnu Rusyid, ilmuwan yang menentang paham astronomi oleh Ptolomeus
- Ibnu Bajjah, yang mengemukakan gagasan adanya galaksi Bimasakti
Ilmu Matematika
Ilmu matematika juga berkembang pesat dan melahirkan tokoh-tokoh sebagai berikut.
- Al-Khawarizmi, penemu angka nol dan dikenal sebagai Bapak Aljabar
- Umar bin Farukhan
- Banu Musa
Hikmah
Salah satuhikmah belajar sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di masa Daulah Abbasiyah adakan kita jadi tahu bahwa Islam pada masanya pernah sejaya itu.
Ada beberapa hal yang perlu kita garis bawahi:
1. Penelitian Ilmu Pengetahuan Dilakukan oleh Umat Muslim
Dinasti Abbasiyah dapat menjadi pusat peradaban Islam karena berbagai macam penelitian dan kajian tentang ilmu pengetahuan dilakukan sendiri oleh umat muslim.
2. Melakukan Kegiatan Penerjemahan Buku Berbahasa Asing
Kegiatan penerjemahan buku berbahasa asing, seperti Yunani, Mesir, Persia, India, dan lain-lain ke dalam bahasa Arab dilakukan dengan sangat gencar.
Buku-buku yang diterjemahkan di antaranya tentang ilmu kedokteran, kimia, ilmu alam, logika, ilmu falak, filsafat, matematika, hingga seni.
Penerjemahan tersebut dilaksanakan dari generasi ke generasi pada masa kekhaIifahan Abu Ja’far, Harun ar-Rasyid, aI-Makmum, dan Mahdi.
3. Mendirikan Lembaga Baitul Hikmah
Pendirian lembaga ilmu pengetahuan yang diberi nama “Baitul Hikmah” sebagai pusat penerjemahan, penelitian, dan pengkajian ilmu perpustakaan, serta lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi) oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.
Lembaga itumembuat umat muslim dapat mempelajari berbagai ilmu dalam bahasa Arab. Hasilnya, bermunculan sarjana-sarjana besar muslim dari berbagai disiplin ilmu yang sangat terkenal.
Selain itu, menghasilkan ulama-ulama besar yang sangat tersohor, seperti Imam Abu Hanafi, Imam Malik, Imam Syafei, Imam Hambali, Imam Bukhari, dan Imam Muslim.
4. Para Khalifah Membuka Peluang Sebesar-besarnya untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan pembesar lainnya membuka peluang sebesar-besarnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Para khalifah sendiri pada umumnya adalah ulama-ulama yang mencintai ilmu, menghormati para sarjana, dan memuliakan para pujangga.
Sementara itu, berbagai hikmah dalam mempelajari sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut.
- Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
- Menumbuhkan semangat menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu dunia seperti yang telah dicontohkan oleh para cendekiawan Islam.
- Mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam.
- Membina rasa kesatuan dan persatuan umat Islam dan kerukunan beragama di seluruh dunia yang tidak membeda-bedakan suku, bangsa, negara, warna kulit, dan lain sebagainya.
Begitulah artikel yangjelaskan manfaat mempelajari sejarah pertumbuhan ilmu pada masa Daulah Abbasiyah untuk kehidupan sehari-hari.