Find Us On Social Media :

Kado Kotak Kosong

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 8 Maret 2016 | 19:00 WIB

Kado Kotak Kosong

Intisari-Online.com – Pada suatu hari, seorang ayah membeli beberapa gulung kertas kado. Putrinya yang masih balita, meminta satu gulung.

“Untuk apa?” tanya sang ayah.

“Untuk bungkus kado, saya mau kasih hadiah,” jawab si kecil.

“Jangan dibuang-buang, ya,” pesan sang ayah, sambil memberikan satu gulungan kecil.

Pagi harinya si kecil sudah bangun dan membangunkan ayahnya, “Ayah, ada hadiah untuk Ayah.”

Sang ayah yang masih bermalas-malasan, menjawab, “Sudahlah nanti saja.”

Tetapi si kecil panjang menyerah, “Ayah, bangun, sudah siang.”

“Ah, kamu ini gimana sih, pagi-pagi sudah bangunin Ayah.” Ia mengenali kertas kado yang pernah diberikan kepada anaknya itu. “Hadiah apa nih?”

“Hadiah untuk ayah. Buka dong, Yah, buka sekarang,” kata putri kecilnya itu.

Sang ayah pun membuka kado dari putri kecilnya itu. Ternyada di dalamnya hanya sebuah kotak kosong. Tidak berisi suatu apapun juga.

“Ah, kamu bisa aja. Bingkisannya kok kosong. Buang-buang keras kado Ayah saja, ‘kan mahal..”

Putri kecilnya itu menjawab, “Nggak kok Yah, itu nggak kosong. Tadi, aku masukin begitu banyak ciuman untuk Ayah.”

Sang ayah merasa terharu. Ia mengangkat anaknya. Dipeluknya, diciuminya. Katanya, “Putri, Ayah belum pernah menerima hadiah seindah ini. Ayah akan selalu menyimpan kotak ini. Ayah akan membawanya ke kantor dan sekali-sekali kalau perlu ciuman Putri, Ayah akan mengambil satu. Nanti kalau kosong diisi lagi, ya.”

Kendati kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata sang ayah, di mata orang lain tetap tidak memiliki nilai apapun. Orang lain akan tetap menganggapnya kotak kosong. 

Kosong bagi seseorang bisa dianggap penuh oleh orang lain. Sebaliknya, penuh bagi seseorang bisa dianggap kosong oleh orang lain. Kosong dan penuh, keduanya merupakan produk dari “pikiran” kita sendiri.

Sebagaimana kita memandang hidup, demikianlah kehidupan kita. Hidup menjadi berarti, bermakna, karena kita memberikan arti kepadanya, memberikan makna kepada kehidupan ini. Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, hidup ini ibarat lembaran kertas yang kosong. Bukankah demikian?