Dulu Penjaga Gawang Timnas Sekarang Jualan Emping, Kurnia Meiga Ternyata Mengidap Penyakit Papilledema, Apa Itu?

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Kurnia Meiga kini berjualan emping di TikTok, berbagai cara dia lakukan setelah pensiun dari sepakbola usai didiagnosis Papilledema, penyakit pembengkakan saraf mata.

Intisari-Online.com -Beragam cara dilakukan mantan kiper timnas Indonesia, Kurnia Mega, untuk bertahan hidup usai memutuskan pensiun.

Selain menjual medali-medali kejuarannya, mantan Arema Indonesia itu kini mencoba jualan emping di TikTok.

Lewat unggahan di akun TikTok @kurniameiga_1, Meiga menjajakan dagangannya yakni kerupuk emping.

Diketahui, nama Kurnia Meiga sempat menjadi perbincangan publik karena penyakit yang dideritanya.

Kurnia Meiga mengalami penyakit mata bernama Papilledema selama tujuh tahun terakhir.

Adapun, di kolom komentar, Kurnia Meiga mendapatkan sejumlah ucapan semangat dari para warganet.

Banyak yang mendoakan kesehatan kiper yang pernah menjadi Penjaga Gawang Terbaik Piala AFF 2016 tersebut.

Banyak yang bertanya-tanya dan penasaran dengan sakit yang diderita oleh penjaga gawang timnas Indonesia pada Sea Games 2011 itu.

Kurnia Meiga didiaognosis menderita Papilledema, penyakit apa itu?

Meiga disebut menderita penyekit tersebut sejak 2017 lalu.

Papiledema merupakan penyakit pembengkakan saraf mata.

Direktur Rumah Sakit Mata Permana Sari dr Hadien Subardi, Sp.M mengatakan, Papilledema adalah pembengkakan saraf mata yang disebabkan kenaikan tekanan intrakanial.

Normalnya tekanan Intrakanial berkisar antara 100-200mmH2O.

Tekanan itu tidak tergantung pada berat badan dan tinggi badan.

Kemudian sedikit lebih tinggi apabila batuk, bersin, mengejan dan menahan napas.

Kenaikan tekanan intrakanial dapat disebabkan tumor otak, abses otak, pendarahan subdural, hidrosefalus, malformasi arteriovenosa, dan hipertensi maligna.

Kenaikan tekanan intrakanial dapat terjadi melalui enam mekanisme.

Pertama, kenaikan jumlah total jaringan intrakanial oleh lesi desak ruang.

Kedua, Kenaikan volume jaringan intrakanial karena edema otak tifus atau lokal.

Ketiga, pengurangan volume total pada kubah tengkorak akibat penebalan tulang tengkorak.

Keempat, sumbatan aliran cairan serebrsopinalis di sistem ventrikel (hidrosefalus obstruktif atau nonkomunikans) atau pada granulasio arakhnoid (hidrosefalus nonobstruktif atau komunikus).

Kelima, pengurangan penyerapan cairan serebrospinalis karena sumbatan atau gangguan aliran keluar venosa baik intrakanial maupun ekstrakanial.

Terakhir, kenaikan produksi cairan serebrosinalis atau tumor intrakanial sehingga absorbsinya tidak cukup untuk mempertahankan intrakanial yang normal.

Kemungkinan urutan kejadian yang menyebabkan papiledema pada pasien yang mengalami intrakanial adalah kenaikan tekanan cairan serebrospinal subarahnoid intrakanial, kenaikan tekanan cairan serebrospinal pada selubung nervus optikus.

Urutan lainnya kenaikan tekanan jaringan nervus optikus, stasis aliran aksoplasma, pembengkakan serabut saraf didiskus optikus, perubahan vaskular yang tampak pada oftalmoskopi.

"Papiledema akan menyebabkan gangguan transport akson, dan gangguan ini tergantung pada beratnya papieldema. Jika terjadi berkepanjangan, papieldema akan menyebabkan kematian sel-sel ganglion," ujar dr Hadien.

Terkait gejala atau tanda terkena Papiledema ia menyampaikan ada enam. Pertama, biasanya bersifat bilateral yaitu keterlibatan dua mata.

Kedua, pada awalnya visus biasanya normal tetapi lama kelamaan visus akan turun.

Ketiga, terjadi serangan serangan obsurkasi yaitu kekaburan yang lebih berat saat tekanan intrakanial tinggi, yang biasanya terjadi dipagi hari.

Imbasnya, pasien merasakan kekaburan yang lebih berat yang akan berkurang pada saat dia bangun. Keempat, kelainan lapang pandangan berupa peleburan bintik buta.

Selain itu apabila papiledema terus berlangsung dan memberat, dapat terjadi berbagai bentuk kelainan lapang pandang seperti skotom arkuata, nasal step, konstriksi, sisa temporal, dan bahkan kebutaan total.

Kelima, pada pemeriksaan oftalmoskopis, didapatkan papil yang menonjol karena membengkak.

Pembengkakannya (elevasi) biasanya lebih besar dari tiga dioptri, disertai pembuluh darah yang berkelok kelok dan pendarahan papil, serta kelainan ini adalah bilateral.

Keenam, kalau papiledema berlangsung lama, maka akan terjadi atrofi papil yang pucat dan kabur.

Atrofi papil sekunder ini disebabkan adanya proliferasi sel sel glia yaitu astrosit yang berlebihan.

Waktu yang diperlukan dari papiledema menjadi atrofi papil tergantung beratnya dan menetapnya kenaikan tekanan intrakanial.

Penderita Tidak Menyadari

Papiledema bisa terkena dari bayi hingga dewasa, tergantung penyebabnya.

Namun mirisnya kebanyakan, penderita papiledema tidak menyadari kalau ia sedang menderita penyakit itu.

dr Rani Himayani Sp.M dari Lampung Eye Center mengatakan, para penderita itu baru menyadari terkena papiledema saat sudah mencapai tahap kronik.

Saat sudah sadar mereka baru datang ke dokter untuk berobat.

Penderita Papiledema yang terjadi pada usia produktif dan tidak mendapat penanganan segera akan berdampak turunnya kinerja dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Papiledema tersebut lambat disadari penderita karena peningkatan tekanan intrakanial yang disebabkan adanya tumor atau non tumor seperti infeksi, cedera kepala yang menyebabkan perdarahan otak karena kecelakaan.

"Penderita tidak menyadari kalau adanya massa tumor atau cedera kepala juga bisa menyebabkan peningkatan tekanan intrakanial yang memicu papiledema".

"Pasien baru tahu setelah papiledema sudah sampai tahap kronik dan penglihatan sudah buruk" kata dr Rani.

Dokter yang juga dosen Fakultas Kedokteran Unila itu sangat menyarankan masyarakat untuk dan memahami gejala papiledema.

Kenali juga penyebab papiledema yakni, tumor otak, hidrosefalus, meningitis, pendarahan otak akibat cedera kepala, dan tekanan darah yang terlalu tinggi.

"Jika memahami gejala dan mengenali penyebabnya, pengobatan papiledema bisa dilakukan lebih cepat, karena jika papiledema dibiarkan 6 sampai 8 minggu bisa menjadi atrofi papil yang bisa menyebabkan kebutaan permanen".

"Jika sudah atrofi maka tidak bisa dikembalikan lagi penglihatannya," ujarnya.

Terhadap pasien Papiledema, dokter akan melakukan pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan lapang pandang, pemeriksaan warna dan sensitivitas kontras, bagian depan mata.

Setelah itu dilanjutkan pemeriksaan bagian belakang mata untuk melihat papil saraf mata.

Dokter juga akan melakukan CT Scan/MRI kepala untuk mengindentifikasi penyebab papiledema.

Misal, tumor otak, hidrosefalus, atau penyebab lain.

Setelah dilakukan pemeriksaan dokter akan melakukan pengobatan.

Caranya, mengurangi peningkatan tekanan intrakanial yang dilakukan dokter bedah.

Contoh peningkatan tekanan intrakanial karena tumor otak, maka tumor dioperasi.

Contoh lain jika peningkatan tekanan intrakanial karena hidrosefalus maka dikurangi cairannya.

Sementara itu dokter mata akan memberikan obat obatan radang berupa suntikan atau minum untuk mempertahankan penglihatan yang masih ada.

Sehingga diharapkan penglihatan itu masih ada walaupun fungsinya sudah tidak normal lagi.

Tujuan pengobatan itu juga dilakukan untuk mengurangi kerusakan saraf mata semakin luas karena pembengkakan papil tersebut.

Tetapi untuk saraf mata yang sudah terlanjur rusak, tidak bisa dikembalikan menjadi normal.

Setelah pengobatan dilakukan, pasien harus melakukan kontrol berkala tergantung dengan perkembangan dari pengobatan papiledemanya.

Kontrol dilakukan minimal satu minggu sekali, dua minggu sekali, atau satu bulan sekali.

Menurut dr Rani Papiledema tidak bisa dianggap remeh, karena penyakit ini mengganggu penglihatan penderitanya.

Ada yang penglihatannya turun ringan tapi ada yang langsung tiba-tiba penglihatannya gelap. Dan juga terdapat gangguan persepsi warna serta sensitivitas kontras saat diperiksa.

"Biasanya saat pemeriksaan terdapat gangguan persepsi warna terlihat saat dilakukan tes buta warna".

"Selain itu, ada juga yang hanya melihat seperti ada lingkaran hitam ketika pandangan lurus kedepan atau skotoma. Bahkan ada yang mengeluh penglihatannya ganda," ujar dr Rani.

Artikel Terkait