Sebutkan 5 Faktor Yang Menjadi Penyebab Para Ulama Nusantara Meraih Capaian Yang Begitu Unggul

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Artikel ini akan coba sebutkan 5 faktor yang menjadi penyebab para ulama Nusantara meraih capaian yang begitu unggul.

Intisari-Online.com -Tak hanya para tentara dan golongan terpelajar, para ulama juga punya peran penting dalam kemerdekaan Indonesia.

Para ulama Nusantara itu, tak hanya memberi sumbangsih besar untuk Indonesia, tapi mewarnai wajah dunia hingga saat ini.

Artikel ini akan coba sebutkan 5 faktor yang menjadi penyebab para ulama Nusantara meraih capaian yang begitu unggul.

Ada ulama-ulama Nusantara yang begitu dikenal di dunia.

Mereka di antaranya adalahAbu Abdul Mu’thi Nawawi al-Tanari al-Bantani, Syaikh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati al-Makasari, Abdus Samad bin Abdullah al-Jawi al-Palimbani, Nuruddin bin Ali ar-Raniri, Syekh Abdurauf bin Ali al-Singkili, Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani, dan Hamzah al-Fansuri.

Seperti disebut di awal, ada beberapa faktor yang membuat para ulama Nusantara itu begitu dikenal di seluruh dunia.

Sebagai contoh adalahAbu Abdul Mu’thi Nawawi al-Tanari al-Bantani atau Nawawi Al-bantani, ada lima hal yang menjadi faktor dia meraih capaian yang begitu unggul.

1. Kesalehan

Faktor pertama tentu saja kesalahenan Nawawi Al-bantani sebagai ulama Nusantara.

2. Riwayat Hidupnya

Faktor kedua adalah riwayat hidupnya yang begitu luar biasa.

Nama lengkapnya adalah Abu Abdul Mu’ti Muhammad bin Umar al-Tanara alJawi al-Bantani.

Ayahnya adalah Umar bin Arabi yang merupakan seorang ulama di Banten.

Dikisahkan juga, bahwa Syekh Nawawi masih keturunan dari Sunan Gunung Jati dari dari SultanBanten I, yakni Maulana Hasanuddin.

Nawawi Al-bantani juga dikabarkan masih memiliki jalur nasab dari Sayyidina Huseinr.a, salah satu cucu Rasulullah Saw.

Sebutan al-Jawi menunjukkan bahwa Nawawi Al-bantai berasal dari Pulau Jawa.

Sebab Banten menjadi bagian dari Pulau Jawa.

Tapi di seantero dunia dia diberi gelar Sayyidul Hijaz.

Kebesaran nama Nawawi Al-bantani disebut sepadan dengan Imam Syafi’i.

Nawawi Al-bantani dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten pada ahun 1815 Masehi, atau 1230 Hijriah, dan meninggal dunia pada 25 Syawal 1314 H/1897.

Dia mengembuskan nafasnya terakhir pada usia 84 tahun.

3. Kedalaman ilmunya

Di Makkah, Syekh Nawawi giat menghadiri majelis-majelis ilmu, khususnya di Masjidil Haram.

Hingga, setelah dilihat kedalaman ilmu oleh imam masjid utama tersebut, yakni Syekh Ahmad Khatib Sambas, yang juga ulama Nusantara dari Kalimantan,memintanya untuk menggantikan posisinya.

Mulailah Syekh Nawawi menjadi pengajar dan membuka majelis ilmu sendiri di Masjidil Haram.

Semakin hari, murid atau santrinya semakin banyak.

Bahkan, beberapa di antara muridnya merupakan pemuda asal Indonesia juga, yakni Hadratusy Syeikh KH. Hasyim Asy’ari sebagai pendiri Nadlatul Ulama (NU).

4. Keteladanannya

Syekh Nawawi pernah menjadi imam di Masjidil Haram, mengajar di Haramain, di Makkah dan Madinah.

Karya-karyanya juga tersebar diTimur Tengah.

Di kawasan Asia Tenggara, khususnya di dunia pesantren, karya-karyanya masih dipelajari, dikaji, dan ditelaah, bahkan sampai kini menjadi kurikulum tetap di pesantren.

Gelar Sayyidul Hijaz bukan sembarang gelar, dan itu diperoleh di wilayah Timur Tengah, tepatnya di seputar Jazirah Arab.

Dan Masjidil Haram, khususnya Ka’bah yang menjadi jantung atau pusatnya ajaran Islam.

Hal ini, menjadikan kita sebagai bangsa Indonesia, merasa bangga dan kagum atas capaian yang diperoleh olehnya.

Sebab itu, kalian sebagai generasi penerus dapat mencontoh jejak dan langkah SyekhNawawi.

5.Karya Tulisnya

Sejak tahun 1870 M, kesibukan Syekh Nawawi semakin bertambah, karena harus banyak menulis kitab.

Inisiatif menulis lebih banyak datang dari desakan sebagian koleganya dan para sahabatnya dari Jawa.

Kitab-kitab yang ditulisnya sebagian besar adalah kitab-kitab komentar (syarh) dari karya-karya ulama sebelumnya yang populer dan dianggap sulit dipahami.

Alasan menulis syarh selain karena permintaan pihak lain, Syek Nawawi juga berkeinginan untuk melestarikan karya pendahulunya yang sering mengalami perubahan (tahrif) dan pengurangan.

Saat menyusun karyanya, dia selalu berkonsultasi dengan ulama-ulama besar lainnya, termasuk sebelum naskahnya naik cetak.

Karya-karya Nawawi Al-bantani cepat tersiar ke berbagai penjuru dunia, karena karyakaryanya mudah dipahami dan mendalam isinya.

Karya tulismnya banyak yang diterbitkan di Mesir.

Dia juga sering hanya mengirimkan manuskripnya, setelah itu tidak memperdulikan lagi bagaimana penerbit menyebarkan hasil karyanya.

Termasuk hak cipta dan royaltinya.

Selanjutnya kitab-kitab Syekh Nawawi menjadi bagian dari kurikulum Pendidikan Agama di seluruh pesantren di Indonesia, bahkan Malaysia, Filipina, Thailand dan juga negara-negara di Timur Tengah.

Menurut Ray Salam T. Mangondana, peneliti di Institut Studi Islam, Universitas of Philippines, ada sekitar 40 sekolah agama tradisional di Filipina yang menggunakan karya Syekh Nawawi sebagai kurikulum belajarnya.

Selain itu Sulaiman Yasin, dosen di Fakultas Studi Islam Universitas Kebangsaan Malaysia juga menggunakan karyanya untuk mengajar di kuliahnya.

Tepat 1870 M, para ulama Universitas Al-Azhar Kairo Mesir pernah mengundang Nawai Al-bantani untuk memberikan kuliah singkat di suatu forum diskusi ilmiah.

Mereka tertarik untuk mengundangnya karena sudah dikenal di seantero dunia.

Semua karya Syekh Nawawi ditulis dalam bahasa Arab.

Itulah artikel yangsebutkan 5 faktor yang menjadi penyebab para ulama Nusantara meraih capaian yang begitu unggul, semoga bermanfaat.

Artikel Terkait