Find Us On Social Media :

Di Simpang Lima Yu Sri Menanti Sampai Dini Hari

By Agus Surono, Minggu, 18 Desember 2016 | 07:03 WIB

Di Simpang Lima Yu Sri Menanti Sampai Dini Hari

Intisari-Online.com - Eits ... jangan berpikiran negatif dulu. Simpang Lima sekarang sudah berubah dibandingkan beberapa tahun silam. Kesan negative sudah lenyap seiring dengan penataan kawasan ini menjadi kawasan titik temu banyak kalangan. Juga menjadi surge kuliner di malam hari. Salah satunya adalah pecel Yu Sri, yang mangkal di depan Toko Roti Brilian, di sisi jalan menuju ke Jalan Erlangga dan Kampus Undip.

(Siapa Sangka, Sistem Pengkaderan di Warung Tegal dan Warung Pecel Lele Sangat Kompleks)

Sesaknya pengunjung di jam-jam makan malam sudah berbicara kualitas nasi pecel racikan Yu Sri. Jika sudah keburu mau mencicipi ya silakan antri. Akan tetapi jika mau menunggu, tak usah takut bakalan kehabisan. Soalnya, "Kalau habis ya kami ambil lagi. Pokoknya selalu ada nasi pecel sampai kami tutup sekitar pukul 02.00 atau 03.00," kata Rantini yang merupakan adik kandung Yu Sri. Pemilik nama warung ini sendiri sudah jarang melayani pengunjung karena usia tuanya. Sekarang ini, pengelolaan nasi pecel Yu Sri dilakukan oleh para kerabat dengan sistem bergiliran.

Secara penampilan tak ada yang istimewa dari nasi pecel Yu Sri. Sayuran yang digunakan sama seperti pecel kebanyakan. Ada kol, kobis, bayam, tauge, juga bunga turi. Dulu masih ada kenikir, cuma ternyata pengunjung banyak yang tak suka dengan rasanya yang sengar. Akhirnya tak dipakai lagi. Sayuran itu ditata sedemikian rupa sehingga saat pembeli datang, penjual tinggal mengambilnya secara berurutan dan ditaruh di atas pincuk, tempat makan dari daun pisang yang disatukan dengan sunduk (lidi yang dibuat runcing di ujungnya). Jangan kaget melihat cara mengambil sayuran-sayuran ke pincuk. Pakai tangan telanjang. Namun, menurut Rantini, selama ini tidak ada yang protes dengan cara itu. Setelah lengkap baru ditaburi bumbu pecelnya. Di atasnya baru ditaburi remasan karak.

(Pical, Pecel Minang dengan Jantung Pisang)

Sebagai teman pecel ada beragam lauk. Mulai dari tahu dan tempe bacem sampai jerohan dan bermacam-macam sate yang unik, seperti sate keong. Untuk lauk yang berukuran besar akan dipotong-potong dulu di talenan yang diletakkan di atas tumpukan sayur-sayuran. Sedangkan untuk sate-satean tinggal ambil sendiri. Silakan memilih tempat duduk yang kosong. Di warung seluas sekitar 12 m2 itu ada sembilan bangku yang bisa menampung 25-an pengunjung.

Begitu mencicipinya langsung terasa kenikmatan nasi pecel Yu Sri. Terutama bumbunya yang bertekstur kasar alias tidak dihaluskan sempurna. Bahkan terkadang masih ada bongkahan kacangnya. Tingkat kepedasannya normal. Untuk minumannya tersedia minuman botol. Bisa ambil sendiri dari dua lemari pendingin di pojok warung atau minta diambilkan. Porsi nasinya sebenarnya cukup untuk mengganjal perut di malam hari. Akan tetapi kalau mau nambah tidak masalah. Sekali lagi, stok dagangan melimpah.

Kalau dilihat secara kasat mata, tidak ada yang istimewa dalam sajian pecel Yu Sri, tapi setelah kita ratakan bumbu kacangnya, dan kita cicipi sendok pertama, barulah kita paham mengapa orang-orang selalu memadati tenda ini. Bumbu kacang yang disiramkan di atas sayur, sengaja tidak dihaluskan dengan sempurna. Karena justru itulah karakter pecel yang membedakan dengan bumbu gado-gado. Kalau Anda coba mengapresiasi rasa bumbu pecel di tempat Yu Sri akan terasa manis sedikit gurih. Rasa pedasnya "sopan," tidak bakal membuat mulut Anda terbakar.

Tempat makan yang mulai buka tahun 90-an ini sangat layak dinobatkan sebagai tempat kuliner favorit di Semarang. Bahkan tak jarang kita bertemu dengan teman di sini. Seperti saat saya berkunjung ke sana tak sengaja bertemu dengan teman yang juga ke Semarang. Padahal kami tidak janjian. Alhasil, kami pun ngobrol ngalor ngidul. Teman saya kemudian pamit duluan sambil menenteng pecel pesanan temannya.

Jika Anda jeli, di tenda warung ada tulisan, "ojo neko-neko, ojo leno, ojo nakal". Artinya jangan macam-macam, jangan lengah, jangan nakal. Silakan mengartikan sendiri. Jika berpikiran negatif, bisa saja tulisan itu untuk mengingatkan agar jujur dalam membayar makanan. Kalau berpikir positif, maksud kalimat itu untuk mengingatkan kita agar waspada. (Foto: Agung R)