Intisari-Online.com – Sayuran yang tidak ditemukan di Jakarta ini selalu saya santap setiap kali pulang kampung ke Yogyakarta. Ibu mertua bahkan selalu mencarikan di kebun untuk dimasak sendiri menjadi pecel kembang turi. Pecel kembang turi ini banyak dijajakan di depan Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Sayuran yang dipakai bersama kembang turi biasanya kecipir, kenikir, daun pepaya, daun singkong, kacang panjang, dan taoge. Semuanya dikukus atau diseduh, dan ditambahkan bumbu pecel.
Di depan Pasar Beringharjo, para penjaja makanan menyediakan pecel sayuran ini bersama aneka gorengan tahu, tempe, risoles, pastel, bacem ayam, tahu, tempe, plus bihun goreng. Sepanjang hari mereka setia melayani para pembeli lokal yang mampir ke pasar tersebut atau para wisatawan yang berkunjung ke Pasar Beringharjo.
Pohon turi (Sesbania grandiflora syn. Aeschynomene grandiflora) merupakan pohon kecil sebagai pohon peneduh jalan atau pekarangan, tingginya bisa mencapai 10 meter. Daun dan bunganya bisa disayur. Bunga inilah yang sering digunakan campuran pecel. Kulit batang turi berkhasiat sebagai obat radang usus, obat seriawan, dan obat kudis.
Kembang turi juga mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh. Dalam setiap 100 g kembang turi mengandung energi 51 kkal, protein sebanyak 1,8 gram, 0,8 gram lemak, karbohidrat 9,6 gram, kalsium 23 miligram, fosfor 29 miligram, zat besi 0,9 miligram, serta kandungan serat kasarnya 10,9%.
Bagi yang tidak biasa menyantap kembang turi, mungkin merasakan sedikit rasa pahit. Memang demikianlah adanya, tapi tidak sepahit daun pepaya. Untuk mengurangi rasa pahit, saat membersihkan kembang turi, putik bunganya harus dibuang. Itulah yang membuat kembang turi ini berasa pahit.
Beberapa restoran di Jakarta, yang menyajikan masakan dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, biasanya menyertakan masakan pecel kembang turi selain pecel madiun. Kalau pecel madiun, salah satu campuran sayurannya memakai petai cina/lamtoro. Sayangnya, kembang turi tidak mudah didapatkan di Jakarta, jadi harus dipasok dari daerah Jawa.