Penulis
Intisari-Online.com -Aparat keamanan berhasil membongkar dan menangkap sindikat pemasok senjata api ke KKB Egianus Kogoya.
Yang terbaru,Satgas Humas Damai Cartenz berhasil menangkap Epson Nigiri.
Epson adalah anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Egianus Kogoya.
Epson merupakan sosok pemasok senjata api dan amunisi ke kelompok yang terafiliasi dengan Gerakan Papua Merdeka itu.
Kasatgas Humas Damai Cartenz AKBP Bayu Suseno mengungkapkan, peran Epson Nirigi terungkap dari keterangan mantan Kepala Distrik Kenyam Musianus Mijile.
Mijile ditangkap pada 30 April 2023 usai mengaku menyerahkan uang Rp30 juta untuk membeli amunisi yang akan diberikan untuk Egianus.
"Keterangan itu diperkuat anggota KKB Yomse Lokbere yang ditangkap tanggal 6 April 2023," kata Bayu, Rabu (21/2), dilansir Kompas.com.
Adapun dari Musianus Mijile dan Yomse Lokbere, saat itu polisi menyita satu senjata api laras panjang.
Kemudian senjata api pelontar, senjata api pistol masing-masing satu pucuk, 10 magasin CAL 5.56, satu magasin Cal 7.62,3, tiga buah magasin pistol, 412 butir amunisi berbagai kaliber dan lima teropong.
"Saat ini Musianus Mijele dan Yomse Lokbere tengah menjalani hukuman," kata dia.
Sebelum menangkap Epson Nirigi, Satgas Damai Cartenz juga menangkap anggota KKB Alenus Tabuni di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Minggu (18/2/2024).
Alenus sebelumnya merupakan bagian dari KKB pimpinan Goliath Tabuni.
Namun saat ini dia bergabung dengan KKB pimpinan Numbuk Telenggen.
"Alenus Tabuni alias Kobuter terlibat dan memiliki peran penting dalam sejumlah aksi kriminal di wilayah Puncak," kata Kasatgas Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadhani.
Perbedaan OPM dan KKB
Apa perbedaan OPM dan KKB?
Kita tahu, pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok separatis di Papua memang kerap dikaitkan dengan keberadaan KKB dan OPM.
Hal ini karena teror yang dilakukan kelompok tersebut telah menimbulkan banyak korban baik dari penduduk sipil maupun militer.
Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua ternyata memiliki perbedaan.
Hal ini dituturkan oleh tokoh pemuda Papua Ali Kabiay, seperti dilansir dari Tribunjateng.com (29/4/2021).
Ali Kabiay menuturkan bahwa Organisasi Papua Merdeka (OPM) saat ini sudah punah, sementara mereka yang melakukan tindak kekerasan di Papua adalah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di pegunungan.
Sebagai catatan, Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah istilah umum bagi gerakan pro-kemerdekaan Papua yang dipicu atas sikap pemerintah Indonesia sejak tahun 1963.
Muncul juga keberadaan Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua yang dikenal sebagai Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM).
Oleh TNI, TPN-OPM ini juga disebut sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Kelompok Separatis Bersenjata (KSB).
Sebagai gerakan separatis, OPM kerap dicap sebagai organisasi yang kerap melakukan aksi kriminal.
Oleh karena itu, istilah OPM kemudian diganti menjadi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), dengan maksud jika ada salah satu kelompok KKB Papua yang tertangkap, mereka akan langsung ditahan karena alasan kriminalitas.
Lebih lanjut, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar mengatakan bahwa Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua sebagai kelompok teroris.
Menurutnya KKB Papua telah banyak merugikan masyarakat dengan berbagai tindakannya, seperti melakukan pembunuhan, dan merusak fasilitas publik.
“Jadi itu adalah sebuah tindakan aksi kekerasan, yang sudah sangat masuk delik tindak pidana terorisme,” ungkap dia.
Dilansir dari laman Tribun-Papua.com (15/11/2021), Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah organisasi yang berdiri sejak tahun 1965.
Tujuan berdirinya Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah untuk mengakhiri pemerintahan Irian Jaya dan memisahkan diri dari Indonesia.
Mulanya OPM menempuh jalur diplomatik, serta mengadakan aksi pengibaran bendera Bintang Kejora, serta aksi militan yang kemudian berkembang menjadi konflik Papua.
Diketahui bahwa bendera Bintang Kejora menjadi simbol lain dari kesatuan Papua yang akan dikibarkan oleh kelompok separatis setiap tanggal 1 Desember yang dianggap sebagai hari kemerdekaan Papua.
Adapun lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang negara, yang telah diadopsi sejak periode 1961 sampai pemerintahan di bawah Republik Indonesia dimulai pada Mei 1963.
Berlanjut pada tanggal 1 Juli 1971, Seth Roemkorem dan Jacob Prai mendeklarasikan Republik Papua Barat dan segera merancang konstitusinya.
Selanjutnya pada 26 Maret 1973, dibentuk Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) sebagai Tentara Papua Barat berdasarkan Konstitusi Sementara Republik Papua Barat yang ditetapkan 1971.
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) adalah sayap militer dari Organisasi Papua Merdeka (OPM)
Konflik strategi antara Seth Roemkorem dan Jacob Prai kemudian berujung pada perpecahan OPM menjadi dua faksi yaitu PEMKA yang dipimpin Prai dan TPN yang dipimpin Roemkorem.
Sebelum pemisahan ini, TPN/OPM adalah satu di bawah kepemimpinan Seth Roemkorem sebagai Komandan OPM yang kemudian menjadi Presiden Pemerintahan Sementara Papua Barat dan Jacob Prai menjabat sebagai Ketua Senat.
Sejak 2012 melalui reformasi TPN, Goliath Tabuni diangkat menjadi Panglima Tinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat.
Sementara dilansir dari Tribun-Timur.com (22/6/2021), menurut peneliti kajian Papua di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), gerakan ini merupakan imbas dari perlakuan tidak adil yang diterima masyarakat Papua dari pemerintah Indonesia yang dianggap represif.
Sedangkan dari laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) yang diterbitkan 24 Agustus 2015 berjudul The Current Status of The Papuan Pro-Independence Movement menyebut organisasi ini 'terdiri dari faksi yang saling bersaing'.
Faksi ini terdiri dari tiga elemen yang salah satunya adalah kelompok bersenjata dengan kontrol teritori yang berbeda yaitu Timika, dataran tinggi, dan pantai utara.
Sebagian besar OPM bersenjata dan bermarkas di Papua, dan beberapa tinggal di pedalaman dan di perbatasan Papua Nugini.
Awalnya terdapat tiga komando sayap militer OPM yaitu Goliath Tabuni, Puron Wenda, dan Richard Hans Yoweni.
Goliath Tabuni berbasis di Tingginambut, kabupaten Puncak Jaya, yang dipandang sebagai komando sayap militer OPM paling kuat dengan cakupan teritorial yang paling luas, meliputi Puncak, Paniai dan Mimika.
Puron Wenda yang berbasis di Lanny Jaya sebagai komando sayap militer OPM yangmemisahkan diri dari Goliath sekitar tahun 2010.
Richard Hans Yoweni yang berbasis di Papua New Guinea sebagai sebagai komando sayap militer OPM yang memiliki pengaruh kuat di sepanjang Pantai Utara.
Setelah itu muncul sosok Kelly Kwalik sebagai pimpinan OPM di Mimika yang kemudian tewas dalam penyergapan polisi pada 2009.
Saat ini, nama kelompok KKB disebut dipimpin oleh Egianus Kogoya yang sebelumnya berafiliasi dengan OPM pimpinan Goliath Tabuni di Kabupaten Puncak Jaya.
Kelompok Egianus Kogoya disebut sebagai kelompok KKB yang paling agresif menebar teror kepada aparat dan masyarakat di Nduga.
Dilansir Kompas.com, Kepala Operasi Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadhani menyebut bahwa catatan kejahatan Egianus Kogoya dan kelompoknya dimulai pada Desember 2017.
"Saat itu mereka menyerang pekerja jembatan di Distrik Yigi, ada 1 pekerja tewas dan 1 anggota TNI terluka," kata Faizal di Mimika, Sabtu (11/2/2023).
Mengenai persenjataan, KKB pimpinan Egianus Kogoya diperkirakan memiliki cukup banyak senjata api hasil rampasan untuk melancarkan aksi-aksinya.
"Total ada 65 aksi kejahatan sejak Desember 2017 hingga awal 2023. Korbannya pun cukup banyak, total 46 orang tewas karena ulah mereka, 34 warga sipil dan 12 aparat keamanan," kata Faizal.
Sosok Egianus Kogoya dan kelompok KKB Papua yang dipimpinnya hingga kini jadi buronan aparat keamanan, baik polisi maupun TNI.