Penulis
Intisari-online.com - Tahun 1951 menjadi saksi bisu sebuah momen bersejarah bagi Indonesia.
Yaitu proses nasionalisasi De Javasche Bank, bank sentral Hindia Belanda, yang menjadi cikal bakal Bank Indonesia.
Di balik pendiriannya, terdapat kisah menegangkan penuh perjuangan dan diplomasi.
Sejak kemerdekaan, Indonesia mendambakan bank sentralnya sendiri.
De Javasche Bank, meski berkontribusi dalam stabilitas keuangan, dianggap sebagai simbol kolonialisme.
Nasionalisasi menjadi solusi untuk mewujudkan kemandirian ekonomi.
Proses pembelian saham De Javasche Bank penuh rintangan.
Belanda, pemilik bank tersebut, enggan melepasnya. Negosiasi alot pun berlangsung selama dua tahun.
Delegasi Indonesia, dipimpin oleh Menteri Keuangan Sjafruddin Prawiranegara, berhadapan dengan pihak Belanda di Amsterdam.
Indonesia menggunakan strategi cerdik untuk menekan Belanda.
Salah satunya, dengan mengancam akan mendirikan bank sentral tandingan.
Hal ini membuat Belanda khawatir akan kehilangan pengaruhnya di Indonesia.
Pada 5 Juli 1951, sejarah terukir. Indonesia berhasil membeli 99,4% saham De Javasche Bank senilai 8,9 juta gulden.
De Javasche Bank dinasionalisasi dan resmi menjadi Bank Indonesia pada 1 Juli 1953.
Dampak Positif
Pendirian Bank Indonesia membawa dampak positif bagi Indonesia, antara lain:
Kedaulatan ekonomi: Indonesia memiliki bank sentral yang bebas dari campur tangan Belanda.
Stabilitas keuangan: Bank Indonesia dapat mengatur kebijakan moneter dan menjaga stabilitas rupiah.
Pembangunan ekonomi: Bank Indonesia berperan dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional.
Penutup
Kisah pendirian Bank Indonesia merupakan contoh kegigihan dan diplomasi Indonesia dalam mencapai kemerdekaan ekonomi.
Bank Indonesia kini menjadi bank sentral yang berperan penting dalam menjaga stabilitas keuangan dan mendorong pembangunan nasional.