Penulis
Intisari-online.com - Pasukan Mongol adalah salah satu kekuatan militer terbesar dan terkuat dalam sejarah dunia.
Mereka berhasil menaklukkan sebagian besar Asia dan Eropa pada abad ke-13 dan ke-14 M.
Pasukan Mongol dikenal dengan kavaleri yang gesit, pemanah yang jitu, dan taktik perang yang cerdik.
Mereka juga menggunakan senjata-senjata seperti pedang, tombak, busur, dan panah yang ditakuti oleh musuh-musuh mereka.
Namun, tidak semua wilayah di bawah langit bisa ditundukkan oleh pasukan Mongol.
Salah satunya adalah Jawa, sebuah pulau di Asia Tenggara yang memiliki budaya dan tradisi yang kaya.
Di pulau ini, terdapat seorang pahlawan yang berhasil mengusir pasukan Mongol dengan bermodal celurit, yaitu sejenis senjata tajam yang mirip dengan sabit.
Pahlawan itu bernama Arya Wiraraja, seorang pejabat Kerajaan Singhasari yang kemudian menjadi Raja Lamajang.
Baca Juga: Kisah Pulau Jawa Jadi Salah Satu Wilayah yang Gagal Ditaklukkan Oleh Bangsa Mongol
Arya Wiraraja adalah orang kepercayaan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit.
Ia berperan penting dalam membantu Raden Wijaya melarikan diri dari serangan Jayakatwang, Raja Kediri yang menggulingkan Singhasari.
Kemudian juga membantu Raden Wijaya mendirikan desa Majapahit dan mengalahkan Jayakatwang dengan bantuan pasukan Mongol yang datang untuk menuntut upeti dari Singhasari.
Namun, setelah Jayakatwang tewas, Raden Wijaya berbalik menyerang pasukan Mongol yang dipimpin oleh Shi-bi, seorang jenderal dari Dinasti Yuan.
Pasukan Mongol yang kaget dan kewalahan tidak bisa melawan serangan mendadak dari pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Arya Wiraraja dan anak-anaknya, yaitu Ranggalawe dan Nambi.
Arya Wiraraja dan pasukannya di Sumenep menggunakan celurit sebagai senjata utama mereka.
Celurit adalah senjata tradisional yang berasal dari Madura, tempat asal Arya Wiraraja.
Celurit memiliki bentuk yang melengkung dan tajam di salah satu sisinya.
Celurit biasanya digunakan untuk memotong rumput atau padi, tetapi juga bisa digunakan untuk berperang.
Dengan celurit, pasukan Arya Wiraraja bisa menyerang pasukan Mongol dengan cepat dan akurat.
Mereka bisa memotong leher, tangan, atau kaki musuh dengan satu ayunan.
Mereka juga bisa melempar celurit ke arah musuh yang jauh.
Pasukan Mongol yang terbiasa dengan pedang dan tombak tidak bisa menghadapi celurit yang lincah dan mematikan.
Pasukan Mongol akhirnya kalah dan mundur dari Jawa.
Mereka meninggalkan banyak korban jiwa dan harta benda.
Arya Wiraraja dan pasukannya mendapat pujian dan penghargaan dari Raden Wijaya.
Raden Wijaya juga menepati janjinya untuk membagi dua tanah Jawa dengan Arya Wiraraja.
Ia memberikan wilayah timur Jawa kepada Arya Wiraraja, yang kemudian menjadi Kerajaan Lamajang.
Demikianlah kisah Arya Wiraraja dan pasukannya yang berhasil mengusir pasukan Mongol dengan bermodal celurit.
Kisah ini menunjukkan bahwa senjata bukanlah penentu kemenangan dalam perang, tetapi keberanian, kecerdikan, dan kesetiaan.
Kisah ini juga menjadi salah satu bukti bahwa bangsa Indonesia memiliki semangat juang yang tinggi dan tidak mudah ditaklukkan oleh bangsa asing.