Find Us On Social Media :

Dampak Dari Monopoli yang Dilakukan oleh Belanda di Maluku

By Afif Khoirul M, Senin, 29 Januari 2024 | 15:15 WIB

Ilustrasi - Bagaimana dampak dari monopoli yang dilakukan oleh Belanda di Maluku.

Intisari-online.com - Maluku, atau yang juga dikenal sebagai The Spicy Island, adalah wilayah yang kaya akan rempah-rempah.

Rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan fuli menjadi komoditas yang sangat diminati oleh bangsa Eropa pada abad ke-16 dan ke-17.

Lalu, bagaimana dampak dari monopoli yang dilakukan oleh Belanda di Maluku.

Salah satu bangsa Eropa yang tertarik untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku adalah Belanda.

Belanda, melalui perusahaan dagangnya yang bernama VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), berhasil mengusir Portugis yang lebih dulu hadir di Maluku pada tahun 1605.

Setelah itu, VOC menerapkan sistem monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku dengan berbagai cara, seperti:

- Hongi tochten, yaitu pelayaran pantai yang dilengkapi angkatan perang untuk mengawasi dan menghancurkan tanaman rempah-rempah milik rakyat Maluku yang tidak mau menjualnya kepada VOC.

- Kontrak eksklusif, yaitu perjanjian yang mengikat para penguasa lokal untuk hanya menjual rempah-rempah kepada VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC.

- Pembatasan produksi, yaitu kebijakan yang membatasi jumlah rempah-rempah yang boleh diproduksi dan diekspor oleh rakyat Maluku agar harga tetap tinggi di pasar internasional.

Sistem monopoli yang dilakukan oleh Belanda di Maluku ini tentu saja membawa dampak yang besar bagi rakyat Maluku, baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, maupun politik.

Berikut adalah beberapa dampak yang dapat diidentifikasi:

Baca Juga: Jalur Rempah Kerajaan Sriwijaya: Penguasa Lautan dan Perdagangan Rempah di Asia Tenggara