Find Us On Social Media :

Mengapa Dalam Peralihan Tahapan Siklus Hidup Manusia Perlu Dilakukan Upacara?

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 31 Januari 2024 | 10:17 WIB

Acara mitoni anak artis Aurel Hermansyah. Mengapa dalam peralihan tahapan siklus hidup manusia perlu dilakukan upacara?

Maka merupakan suatu hal yang wajar, jika upacara daur hidup tidak sedikit yang mengandung unsur-unsur penolak bahaya gaib.

Dalam antropologi, upacara-upacara seperti biasanya disebut crisis rites (upacara masa kritis) atau rites de passage (upacara peralihan).

Pada banyak bangsa, upacara masa hamil, upacara kelahiran, upacara pemberian nama, upacara potong rambut, upacara melubangi telinga, upacara merajah (tattoo, atau tatuase), upacara mengasah gigi, upacara pada haid pertama, ataupun upacara khitanan, dilaksanakan sebagai upaya untuk menolak bahaya gaib yang dapat timbul ketika seseorang beralih dari satu tingkat hidup ke tingkat hidup yang lain.

Di samping itu, upacara-upacara seperti itu juga memiliki fungsi sosial yang penting.

Antara lain untuk memberitakan kepada khalayak ramai mengenai perubahan tingkat hidup yang telah dicapai itu.

Demikian pula upacara inisiasi merupakan upacara yang dilangsungkan sewaktu seseorang memasuki golongan atau status sosial tertentu.

Dan karena itu mengandung unsur-unsur upacara untuk saat-saat kritis dalam kehidupan orang.

Dalam banyak kebudayaan di dunia, daur kehidupan dimulai sejak seseorang masih berada dalam kandungan ibunya.

Penyelenggaraan ritus tersebut biasanya dilaksanakan pada usia kandungan empat atau tujuh bulan.

Masyarakat Jawa menggunakan istilah tingkeban atau mitoni (karena diselenggarakan pada usia kandungan tujuh bulan).

Ritus tingkeban ini pun juga dihubungan dengan masalah krisis dalam kehidupan individu.

Kehamilan memang suatu kondisi yang dianggap serba tidak menentu dan tidak pasti.