Penulis
Intisari-Online.com -Apakah Anda tahu asal mula Sate Maranggi?
Ternyata, Sate Maranggi memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang dan mengandung unsur budaya, agama, dan geopolitik.
Dalam artikel ini, kami akan mengulas dua versi sejarah Sate Maranggi yang berbeda.
Versi Pertama
Sate Maranggi adalah kuliner yang tercipta dari asimilasi budaya China, demikian kata Chef Haryo Pramoe kepada KompasTravel, Kamis (19/5/2016).
Haryo adalah koki yang ahli dalam kuliner Indonesia dan juga pendiri Indonesian Food Channel.
Dia menjelaskan bahwa Sate Maranggi berasal dari para imigran dari dataran China yang tinggal di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Barat atau yang berbaur dengan masyarakat Sunda.
Karena itu, katanya, Sate Maranggi pada awalnya tidak dibuat dari daging sapi atau kambing seperti saat ini, tetapi dari daging babi.
Hal ini bisa dilihat dari bumbu rempah yang dipakai Sate Maranggi yang sama dengan dendeng babi dan dendeng ayam yang populer di Hongkong, China, dan Taiwan.
Namun, Sate Maranggi mengalami transformasi.
"Terjadi asimilasi, dimana terjadi perkembangan budaya. Ajaran Islam masuk, banyak penduduk yang belajar Islam dan menjadi mualaf, dijelaskan jika babi haram kemudian berubah menjadi daging sapi. Ini adalah bentuk perkembangan kebudayaan," papar Chef Haryo yang sempat memasak Sate Maranggi di World Halal Food Festival di Ning Xia, China tahun 2014.
Baca Juga: Menikmati Lezatnya Sate Maranggi Setelah Bersepeda Sejauh 80 Km
Tidak hanya Sate Maranggi, Chef Haryo bersama para peneliti dan penulis buku juga menyebutkan bahwa banyak resep makanan di Indonesia yang terinspirasi dari resep masakan China.
Makanan-makanan ini sebenarnya menggunakan daging babi.
"Ada bakso, bakpao, bakmi, kata 'ba' sebenarnya berasal dari kata babi. Makanan itu sebenarnya sangat mudah menyerap dalam suatu budaya. Tetapi sesuai perkembangan dan ajaran agama Islam yang kuat di Indonesia, makanan juga menyesuaikan. Urusan klaim mengklaim makanan itu sebenarnya sudah berunsur geopolitik," ujar chef yang sering muncul di layar televisi.
Versi Kedua
Situskemdikbud.go.id, seperti dilansirsajiansedap.grid.id, menyatakan bahwa tidak ada kepastian kapan nama kuliner Sate Maranggi mulai dikenal.
Informan memberikan data bahwa seorang penjual Sate Maranggi yang bernama Bustomi Sukmawirdja atau biasa dipanggil Mang Udeng, sudah menjual Sate Maranggi sejak tahun 1962 di Kecamatan Plered.
Informasi ini sekaligus menepis perdebatan lokasi asal Sate Maranggi yang juga diklaim oleh Kecamatan Wanayasa.
Ternyata, angka tahun awal Sate Maranggi ada di Wanayasa lebih baru dibandingkan dengan angka tahun keberadaan Sate Maranggi di Plered, yaitu tahun 1970, atau selisih 8 tahun.
Informasi atau data awal penjual Sate di Wanayasa berasal dari seorang yang dipanggil Mak Unah.
Beliau mengatakan bahwa sekitar tahun 1970 beliau sudah menjual sate.
Beliau tidak langsung menyebutnya dengan nama Sate Maranggi.
Baca Juga: Sate Dibakar Dengan Arang Rasanya Lebih Nikmat, Kenapa Bisa Begitu?
Beliau hanya menyebutnya Sate Panggang.
Dan, beliau juga tahu bahwa di Plered sebelumnya sudah ada yang menjual sate, yaitu Mang Udeng.
Daging yang dipakai saat itu berasal dari daging sapi atau kerbau.
Mak Unah menambahkan bahwa, ia sebelumnya juga memakai bahan daging yang sama (sapi dan kerbau).
Demikianlah ulasan tentang dua versi sejarah Sate Maranggi yang berbeda. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda tentang sejarah Sate Maranggi.
Baca Juga: Sate Maranggi, Jangan Hanya Menyantapnya tapi Baca Juga Sejarahnya yang Mengejutkan