Apakah Peradaban Membentuk Kepercayaan Untuk Menemukan Tuhan Dalam Kepercayaan Marapu? Atau kah Sebaliknya!

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Apakah peradaban membentuk kepercayaan untuk menemukan Tuhan dalam kepercayaan “Marapu”? Atau kah sebaliknya!

Intisari-online.com - Marapu adalah sebuah kepercayaan asli Nusantara yang dianut oleh masyarakat di Pulau Sumba.

Lantas, Apakah peradaban membentuk kepercayaan untuk menemukan Tuhan dalam kepercayaan “Marapu”? Atau kah sebaliknya!

Marapu berasal dari dua kata, yaitu "Ma" yang berarti yang dan "Rappu" yang berarti tidak disebut, satu, pemali, atau sakral.

Jadi, Marapu berarti "Yang Sakral" atau "Yang Pemali", yaitu suatu entitas seperti Tuhan yang disembah sebagai pencipta langit dan bumi.

Pemeluk kepercayaan Marapu percaya bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan bahwa setelah akhir zaman mereka akan hidup kekal di dunia roh, yaitu di surga Marapu yang dikenal sebagai Prai Marapu.

Untuk mencapai surga tersebut, mereka harus memenuhi segala nuku-hara, yaitu hukum dan tata cara yang telah ditetapkan oleh para leluhur.

Salah satu cara untuk memenuhi nuku-hara adalah dengan melakukan pemujaan kepada nenek moyang dan leluhur yang disebut perantara Marapu, yaitu "yang dipertuan" atau "yang dimuliakan".

Dalam melakukan pemujaan, pemeluk kepercayaan Marapu sering melakukan upacara-upacara keagamaan yang melibatkan penyembelihan hewan seperti kerbau dan kuda sebagai korban sembelihan.

Hewan-hewan tersebut dipersembahkan kepada roh nenek moyang yang dianggap ikut menghadiri upacara tersebut.

Roh hewan untuk roh nenek moyang dan daging atau jasad hewan dimakan oleh orang yang hidup.

Upacara-upacara keagamaan Marapu juga dilakukan untuk mengiringi berbagai sendi kehidupan, seperti kelahiran, perkawinan, kematian, panen, dan sebagainya.

Baca Juga: Inilah Kaitannya Hubungan Ajaran Kepercayaan Dengan Adat-Budaya Setempat

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kepercayaan Marapu adalah hasil dari peradaban masyarakat Sumba yang mencari Tuhan dalam kepercayaan mereka.

Peradaban masyarakat Sumba dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti geografis, sosial, budaya, sejarah, dan lain-lain.

Faktor-faktor tersebut membentuk cara pandang, nilai-nilai, dan tradisi masyarakat Sumba yang kemudian diwujudkan dalam kepercayaan Marapu.

Sebagai contoh, faktor geografis berpengaruh terhadap kepercayaan Marapu dalam hal mencintai dan menjaga alam.

Masyarakat Sumba yang hidup di pulau yang kering dan tandus harus beradaptasi dengan kondisi alam yang sulit.

Mereka harus mengelola sumber daya alam secara bijak dan tidak berlebihan. Mereka juga harus bersyukur terhadap segala kenikmatan yang diberikan oleh alam, seperti air, savana, hutan, dan kebun.

Oleh karena itu, dalam kepercayaan Marapu, alam dianggap sebagai sumber penghidupan dan tempat ibadah.

Faktor sosial juga berpengaruh terhadap kepercayaan Marapu dalam hal menghormati dan menghargai nenek moyang dan leluhur.

Masyarakat Sumba yang hidup dalam sistem marga dan klan memiliki ikatan kekerabatan yang kuat.

Mereka menganggap nenek moyang dan leluhur sebagai bagian dari keluarga mereka yang harus dihormati dan dihargai.

Mereka juga percaya bahwa nenek moyang dan leluhur memiliki peran penting dalam kehidupan mereka, baik sebagai pelindung, penolong, maupun pemberi petunjuk.

Baca Juga: Bekenalan dengan Agama Marapu di Kampung Adat Praijing di Sumba Barat

Oleh karena itu, dalam kepercayaan Marapu, nenek moyang dan leluhur dianggap sebagai perantara Marapu yang harus dipuja dan diberi sesaji.

Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa peradaban membentuk kepercayaan untuk menemukan Tuhan dalam kepercayaan Marapu.

Kepercayaan Marapu adalah cerminan dari peradaban masyarakat Sumba yang menggabungkan unsur-unsur alam, manusia, dan Tuhan dalam satu kesatuan yang harmonis.

Kepercayaan Marapu juga merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi-generasi selanjutnya.

Itulah mengapaperadaban membentuk kepercayaan untuk menemukan Tuhan dalam kepercayaan “Marapu”? Atau kah sebaliknya!

Baca Juga: Inilah Kaitannya Hubungan Ajaran Kepercayaan Dengan Adat-Budaya Setempat.

Baca Juga: Bagaimana Sistem Kepercayaan pada Masa Perundagian?

Artikel Terkait