Penulis
Intisari-Online.com -Keputusan Anies Baswedan merangsek ke media sosial TikTok ternyata berbuah manis.
Calon Presiden nomor urut 01 itu bahkan menjadi primadona dalam sekejap di media sosial yang identik dengan Gen Z itu.
Belum lama ini Anies Baswedan live TikTok bareng Thomas Lembong atau Tom Lembong, dan nama kedua itu langsung viral.
Siapa sebenarnya Tom Lembong?
Nama lengkapnya Thomas Lembong.
Pria yang berprofesi sebagai pengusaha itu resmiditunjuk sebagaico-captain Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) untuk Pilpres 2024.
Tom Lembongdiumumkan langsung oleh Anies.
Dia dan 11 co-captain lainnya akan membantu kerja Ketua Timnas AMIN Marsekal Madya TNI (Purn) Muhammad Syaugi Alaydrus.
Thomas Lembong merupakan Menteri Perdagangan periode 2015-2016.
Namanya banyak dikenal sebagai pengusaha sekaligus seorang kawakan pengelola dana investasi.
Thomas Lembong merupakan jebolan dari Harvard University pada 1994 lalu.
Dia juga sempat terpilih menjadi Young Global Leader (YGL) oleh World Economic Forum (WEF) pada 2008 lalu.
Berdasarkan beberapa referensi, pria yang akrab disapa Tom Lembong ini sempat mengecap pengalaman bekerja di Deutsche Bank, dan Morgan Stanley.
Kemudian setelah lama berkarier di luar negeri, ia pulang ke Indonesia dan sempat menjabat Division Head dan Senior Vice-President dari Indonesian Bank Restructuring Agency atau Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Kala itu, BPPN berada di bawah Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI), yang bertugas untuk merekapitalisasi dan merestrukturisasi sektor perbankan Indonesia usai mengalami krisis keuangan pada 1998.
Selepas dari BPPN, ia kemudian bergabung di Farindo Investments.
Ia juga tercatat sempat menjabat CEO dan Managing Partner dari perusahaan investasi, yaitu Quvat Capital.
Sosoknya juga dikaitkan dengan kepemilikan salah satu jaringan bioskop terbesar di Indonesia, PT Graha Layar Prima atau Blitz Megaplex, lantaran dirinya pernah menjabat sebagai presiden komisaris.
Jadi menteri Jokowi Nama Thomas Lembong baru mulai dikenal dan menghiasai pemberitaan nasional sejak dirinya didapuk Presiden Jokowi sebagai Menteri Perdagangan pada 2015-2016.
Jabatan sebagai Mendag memang hanya bertahan 2 tahun, di mana pada 2016 ia terkena reshuffle kabinet namun tetap menjadi pembantu presiden.
Jabatan Thomas Lembong beralih menjadi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada 2016-2019, yang kini berganti nama menjadi Kementerian Investasi.
Selain sebagai menteri, ia adalah sosok penting di balik layar yang banyak menulis teks pidato Presiden Jokowi.
Salah satu yang paling ikonik adalah pidato berjudul "Game of Throne" yang disampaikan Jokowi saat pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali pada 2018.
Tom Lembong adalah keponakan Eddie Lembong, dia bukan sosok sembarangan terutama di bidang farmasi di Indonesia.
Eddie adalahlulusan ITBjurusan Farmasi.
Pada 1971 dia mendirikan PT Pharos Indonesia, yang kemudian menjadi salah satu pabrik obat terkemuka.
Setelah masa reformasi, Eddie lebih dikenal sebagai sosok yang peduli dengan masalah-masalah kebangsaan, khususnya yang terkait dengan etnis Tionghoa serta penguatan karakter bangsa.
Eddie dilahirkan di desa Palasa, Tinombo, Gorontalo, 30 September 1936 silam dari pasangan Joseph dan Maria Lembong.
Eddie beserta sembilan saudaranya dibesarkan dalam suasana kampung halaman yang multi etnis dan menjunjung tinggi kebhinekaan.
Pendidikan awal dan menengah Eddie agak kacau, karena pengaruh perang dan pergantian penguasa.
Tapi dengan perjuangan keras, si “anak kampung” ini mampu berkuliah di ITB --salah satu perguruan tinggi terkemuka-- pada tahun 1957, hingga lulus pada Mei 1965.
Masa perkuliahan dengan rekan-rekan dari berbagai penjuru tanah air---yang diisinya dengan ikut aktif di dalam organisasi kemahasiswaan--- semakin meneguhkan sikap kebhinekaan serta memperkuat jiwa kepemimpinan dalam dirinya.
Aktivitas Eddie Lembong di bidang farmasi di masa Orde Baru—baik di bidang organisasi Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia maupun bisnis-- membuatnya menerima penghargaan.
Salah satunya, FAPA Ishidate Award (1996), suatu penghargaan bergengsi di bidang farmasi internasional.
Kiprahnya tersebut mendapat perhatian dari peneliti seperti Andew Macintyre, dalam bukunya Business and Politics in Indonesia (1991) dan William Muraskin, War Against Hepatitis B (1995).
Lahirnya era Reformasi dan ramainya partisipasi etnis Tionghoa ke dalam ranah organisasi, membuat Eddie Lembong semakin sibuk dengan urusan kemasyarakatan.
Dia sempat sejenak menjadi wakil ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) sebelum akhirnya menjadi salah satu pendiri dan Ketua Umum pertama Perhimpunan Indonesia-Tionghoa (INTI), yang dideklarasikan 10 April 1999.
Pemilihan nama “Indonesia-Tionghoa” ini menunjukkan sikap politik Eddie dan rekan-rekannya, yang pertama-tama dengan tegas menyatakan bahwa mereka adalah orang Indonesia.
Dalam masa enam tahun memimpin INTI (1999-2005), Eddie berkeliling Indonesia dan menjalin kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah, organisasi massa dan keagamaan, serta perguruan tinggi.
Eddie juga mendirikan Yayasan Nation Building (Nabil) yang lahir dengan awal yang sederhana pada tanggal 30 September 2006.
Organisasi nirlaba tersebut memfokuskan kegiatannya pada dua hal.
Pertama, memperkuat karakter bangsa. Untuk itu Nabil menawarkan gagasan “Penyerbukan Silang Antarbudaya” (Cross Cultural Fertilization).
Intinya, unsur-unsur budaya lokal yang berkualitas dan memiliki nilai dorong kemajuan dapat saling diserbuksilangkan.
Di samping itu, kita juga harus terbuka untuk menyerbukkan budaya kita dengan budaya-budaya unggul yang berasal dari bangsa lain.
Eddie Lembong meninggal dunia pada 2017 lalu.
Itulah artikel tentang Tom Lembong yang baru-baru ini viral setelah live TikTok bersama Anies Baswedan.