Ternyata Itu Nama Ejekan, Ini Alasan Jayanegara Dijuluki Kala Gemet, Raja Yang Tewas Di Tangan Tabib Sendiri

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Jayanegara mendapat julukan Kalagemet karena wataknya yang lemak dan jahat. Banyak yang tak menyukai tabiatnya.

Intisari-Online.com -Berbeda dengan sang ayah, Jayanegara memimpin Kerajaan Majapahit dengan ugal-ugalan.

Dia juga dianggap tak becus menjadi pengganti Raden Wijaya.

Selama hampir 20 tahun kepemimpinannya, Majapahit benar-benar diterpa banyak prahara dan pemberontakan.

Itulah alasan kenapa dia dijuluki Kala Gemet--yang menurut Pararaton itu adalah panggilan ejekan karena sifatnya yang lemah dan jahat.

Mengutip Kompas.com,Jayanegara merupakan raja kedua Kerajaan Majapahit.

Dia berkuasa dari 1309 hingga 1328 M, atau selama 19 tahun.

Ketika menjadi Raja Majapahit, Jayanegara diberi gelarSri Sundarapandyadewadhiswara Wikramottungadewa.

Nama Jayanegara muncul di beberapa catatan.

Di antaranya adalahKitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama.

Di Pararaton juga diketahui bahwa Jayanegara punya julukan Kala Gemet.

Itu adalah semacam nama ejekan untuk menyebut Jayanegara sebagai raja yang kurang baik dandianggap lemah sebagai penguasa.

Saat Jayanegara berkuasa,Majapahit sering mengalami pemberontakan.

Meski begitu, ada satu hal yang perlu dicatat selama pemerintahakan Jayanegara: munculnya Gajah Mada.

Nama terakhir ini muncul dan menjadi populer setelah berhasil memadamkan pemberontakan Ra Kuti.

Lahir pada 1294, Jayanegara adalah putra dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit.

Menurut Negarakertagama, Raden Wijaya menikahi empat putri Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singasari.

Empat istrinya adalah Tribhuwaneswari sebagai permaisuri, dan Narendraduhita, Jayendradewi, serta Gayatri sebagai selirnya.

Raden Wijaya juga mempunyai selir bernama Dara Petak atau Indreswari, putri dari Kerajaan Melayu.

Kedatangan Dara Petak ke Jawa Timur tidak lepas dari Ekspedisi Pamalayu yang dilancarkan oleh Raja Kertanegara.

Dari Dara Petak inilah lahir seorang putra yang kemudian diberi nama Jayanegara.

Pada 1295, Jayanegara diangkat sebagai raja muda di Daha dan setelah itu dinobatkan sebagai putra mahkota, karena permaisuri ataupun selir Raden Wijaya lainnya tidak melahirkan putra.

Jayanegara naik takhta pada 1309 setelah Raden Wijaya meninggal dunia.

Pada masa pemerintahannya terjadi berbagai pemberontakan yang merupakan kelanjutan dari pergolakan beberapa sahabat ayahnya.

Seperti contohnya Pemberontakan Gajah Biru (1314), Pemberontakan Nambi (1316), Pemberontakan Semi (1318)--sumber lain menyebut Pemberontakan Semi terjadi pada masa Raden Wijaya, dan Pemberontakan Kuti (1319).

Serangkaian pemberontakan tersebut terjadi akibat fitnah yang dilakukan oleh Mahapati, seorang pejabat istana yang licik.

Nyawa Raja Jayanegara nyaris tidak selamat ketika Pemberontakan Kuti meletus, karena ibu kota kerajaan berhasil dikuasai.

Beruntung, Gajah Mada yang kala itu masih menjadi bekel (panglima) Bayangkara, segera menyembunyikan raja dan menyusun strategi untuk menumpas pemberontakan.

Berkat siasat Gajah Mada, pemberontakan berhasil dipadamkan dan Raja Jayanegara dapat kembali ke istana untuk melanjutkan pemerintahannya.

Atas kesetiaan dan kecerdikannya, Gajah Mada kemudian diangkat menjadi patih di Kahuripan.

Setelah itu, Raja Jayanegara berusaha memajukan kerajaan dengan memulihkan hubungan dengan China.

Antara 1325-1328, raja selalu mengirim utusan ke China yang kala itu dikuasai oleh Dinasti Yuan.

Julukan Kala Gemet mengindikasikan bahwa Jayanegara adalah raja yang tak disukai.

Jayanegara dianggap sebagai rajayangmemiliki kepribadian yang kurang baik dan dianggap lemah sebagai penguasa, sehingga banyak yang memberontak.

Salah satu tindakan buruk yang dilakukannya adalah mengurung adik tirinya, Tribhuwana Tunggadewi dan Rajadewi, agar tidak dinikahi orang lain.

Hal ini dilakukan karena Raja Jayanegara ingin menikahi keduanya supaya tidak perlu khawatir akan kehilangan takhtanya.

Tapi niatnya itu ditentang oleh Gayatri, ibu Tribhuwana Tunggadewi dan Rajadewi.

Selama memerintah, sang raja juga kerap merayu istri dari para pejabat istana.

Selain itu, banyak yang tidak menyukai Raja Jayanegara karena ia bukan putra yang lahir dari permaisuri ataupun keturunan Raja Kertanegara.

Seperti diketahui, ibunya hanyalah seorang selir dan berdarah Melayu.

Melihat sikap dan sifat Jayanegara, para pejabat istana pun semakin yakin bahwa takhta Majapahit telah jatuh ke tangan orang yang salah.

Nasib Jayanegara berada di ujung tanduk ketika terjadi pemberontakan Ra Kuti.

Tapi untung saja, dia masih selamat berkat ketokohan Gajah Mada.

Meskipun setelah Pemberontakan Kuti pemerintahannya berangsur membaik, akan tetapi kekecewaan para pejabat istana terhadap sikapnya tidak dapat dihilangkan.

Pada 1328, Raja Jayanegara tewas setelah ditusuk Ra Tanca, anggota Dharmaputra yang juga bertidak sebagai seorang tabib.

Terdapat beberapa versi cerita tentang alasan sebenarnya kenapa Jayanegara dibunuh.

Beberapa sejarawan menduga bahwa aksi Ra Tanca dilatarbelakangi oleh sikap Jayanegara yang kerap menggoda istrinya.

Versi lainnya menyatakan bahwa Ra Tanca menyimpan dendam akibat kematian Ra Kuti, kawannya sesama Dharmaputra, dalam pemberontakan 1319 dan tidak senang terhadap perlakuan raja kepada Tribhuwana Tunggadewi dan Rajadewi.

Raja Jayanegara kemudian dicandikan di dalam pura, di Sila Petak, dan di Bubat, dengan arca Wisnu, serta di Sukalila sebagai Buddha jelmaan Amoghasiddhi.

Setelah kematiannya, takhta jatuh ke tangan Tribhuwana Tunggadewi, karena Jayanegara tidak memiliki keturunan.

Itulah kisah Raja Majapahit kedua, Jayanegara, yang mendapat julukan Kala Gemet karena tabiatnya yang buruk dan lemah.

Artikel Terkait