Find Us On Social Media :

Menikmati Keheningan Sempurna Danau Tamblingan

By Agus Surono, Selasa, 18 November 2014 | 08:00 WIB

Menikmati Keheningan Sempurna Danau Tamblingan

Intisari-Online.com - Berdiam tenang lestari membentang di utara Gunung Lesung, danau ini adalah titik perhentian untuk menengok panorama alam Buleleng yang memukau. Sebuah tujuan yang wajib disambangi bukan karena keindahan alamnya saja, namun juga kesempatan untuk menjelajahi pura-pura Hindu kuno di Bali. Siapa yang menengok kawasan Bedugul maka patutnya mampir ke Buyan-Tamblingan.

Pesona Gunung Lesung di Bali didukung oleh tiga danau di sekelilingnya. Ada Danau Buyan, Danau Beratan, dan Danau Tamblingan yang alamnya masih benar-benar asri. Ketiga danau merupakan sumber resapan air dan sumber penghidupan bagi masyarakat setempat. Taman Wisata Alam Buyan-Tamblingan memiliki tiga tipe ekosistem, yaitu ekosistem perairan, ekosistem hutan tanaman, dan ekosistem hutan alam.

Secara geografis Danau Tamblingan terletak di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Jika dibandingkan danau lain yang ada di Bali, danau ini terbilang kecil karena hanya memiliki luas permukaan 1,5 kilometer persegi sedangkan kedalamannya sekira 90 meter. Danau Tamblingan memang terlihat lebih bercorak karena dihiasi sebuah pura di pinggir danau. Kawasan ini sering pula digunakan untuk kegiatan fotografi dan videografi.

Nama Tamblingan berasal dari kata tamba yang artinya obat, dan kata elingang atau kemampuan spiritual. Konon pada abad ke-10 hingga ke-14 Masehi, ada empat desa sekaligus yang mengelilingi danau: Desa Munduk, Desa Gobleg, Desa Gesing, dan Desa Umejero. Seluruh warga desa sepakat untuk menjaga kesucian danau tersebut.

Akan tetapi, suatu ketika warga di keempat desa terkena wabah penyakit dan orang yang dianggap suci di antara mereka turun ke danau untuk mengambil air. Berkat doa dan kemampuan spiritual orang tersebut, penyakit dapat sembuh melalui basuhan air Danau Tambilang. Akhirnya semua warga desa pun sembuh berkat air danau itu.

Sejak saat itulah, Danau Tamblingan dikelilingi banyak pura: Pura Endek, Pura Dalem Tamblingan, Pura Sang Hyang Kawuh, Pura Ulun Danu, Pura Pengukiran, Pura Gubug, Pura Embang, Pura Batulepang, Pura Pengukusan, Pura Naga Loka, dan Pura Tirta Mengening. Dua pura lain yaitu Pura Tukang Timbang dan Pura Embang terbuat dari batuan yang merupakan peninggalan masa pra-Hindu sebelum abad ke-10 M. Seluruh pura kini membentuk lansekap yang indah bersama danau sehingga ada daya tarik tersendiri.

Berdiri di atas ketinggian lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut membuat kawasan danau begitu sejuk. Pagi hari kabut akan menyapa danau sehingga kesan mistisnya lebih kuat. Hal menarik lain menurut sejarah, ribuah tahun silam di kawasan ini pernah ada kehidupan masyarakat yang sangat teratur, baik dari segi tata pemerintahan, tata ekonomi, maupun sosial budaya.

Terdapat kera-kera yang habitatnya tidak jauh dari Danau Tamblingan, tepatnya di sekitar jalan raya dekat Danau Buyan jurusan Denpasar - Singaraja. Semakin hari jumlahnya semakin banyak sehingga kawasan ini sering disebut-sebut jungle monkey forest.

Aktivitas

Kegiatan terbaik yang dapat dilakukan di danau ini adalah tracking menyusuri Danau Buyan hingga Danau Tamblingan. Nikmati kelestarian dan ketenangan alam sekitar dengan berjalan-jalan menyusuri rerimbunan pepohonan dan pemukiman warga lokal. Siswa-siswa sekolah yang senang menyatu dengan alam juga sering menggunakan kawasan Danau Tamblingan sebagai tempat untuk berkemah.

Pemerintah Daerah melarang alat transportasi apa pun yang digerakkan oleh mesin di kawasan ini agar lingkungan tetap lestari. Itulah sebabnya mengapa kita tidak akan menemukan perahu motor atau sepeda air yang biasa ditemukan untuk menikmati danau. Apabila Anda berkeinginan turun ke danaunya maka cobalah melalui Desa Pancasari, masuk sekitar 30 menit untuk tiba di ketenangan alam yang nyaman.

Meskipun demikian, kita tetap bisa menikmati Danau Tamblingan dengan menyewa perahu tradisional yang bersandar di pinggir-pinggir danau. Perahu tersebut juga sering digunakan nelayan untuk memancing. Jangan lupa membawa kamera untuk mengambil pemandangan yang begitu menawan. Pilihan lain, kita bisa melanjutkan pertualangan dengan kegiatan bird watching mengamati aneka burung, baik itu burung darat maupun burung air.

Transportasi

Dari Bandara Ngurah Rai butuh waktu sekitar 3 jam untuk sampai di Taman Wisata Alam Buyan-Tamblingan yang terdiri atas hutan dan danau. Bisa mampir ke Kebun Raya Bedugul dulu jika mau. Tinggal sekitar 15 menit dari Kebun Raya Bedugul untuk sampai ke lokasi.

Danau Tamblingan terletak tidak jauh dari Danau Bedugul, dapat dicapai melalui pertigaan Desa Munduk dan Desa Gobleg. Ada dua jalur yang disarankan. Pertama setelah melewati Danau Bedugul, di sebelah kiri jalan akan terlihat gerbang yang bertuliskan akses menuju Danau Buyan dan Tamblingan. Dengan melewati jalur tersebut Anda dapat langsung menuju ke pinggir kedua danau ini.

Jalur kedua adalah melalui sisi atasnya. Untuk mencapai sisi ini, dari Danau Bedugul lurus terus ke arah atas hingga bertemu pertigaan. Saat tiba di pertigaan, arahkan kendaraan ke kiri. Inilah titik ketika kita dapat menikmati keindahan kedua danau ini dari atas.

Jika memilih jalur kedua, kita akan bertemu dengan sekawanan monyet yang turun ke jalan untuk mencari makan. Jalur kedua juga memiliki titik pemberhentian yang menawarkan warung-warung kopi. Istrahatkan sejenak tubuh kita di sini sambil menyeruput minuman hangat.

Selamat berlibur. (indonesia.travel)