Sejarah Rohingya Mengapa Tidak Diakui sebagai Warga Negara Myanmar?

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Sejarah Rohingya.

Intisari-online.com - Rohingya adalah kelompok etnis yang mayoritas beragama Islam dan tinggal di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Seperti apa sebenarnya sejarah Rohingya yang kini nekat menjadi pengungsi di Indonesia.

Mereka telah mengalami diskriminasi, penindasan, dan pengusiran oleh pemerintah dan masyarakat Myanmar yang mayoritas beragama Buddha.

Mengapa Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar?

Apa sejarah dan fakta di baliknya?

Artikel ini akan menjelaskan hal-hal tersebut secara singkat.

Asal Usul Rohingya

Rohingya mengklaim bahwa mereka adalah keturunan dari pedagang Arab, Persia, Turki, dan Mughal yang datang ke wilayah Rakhine (dulu Arakan) sejak abad ke-7 Masehi.

Mereka juga menganggap diri mereka sebagai etnonasi yang memiliki sejarah, budaya, dan bahasa sendiri.

Bahasa Rohingya atau Ruaingga adalah dialek yang berbeda dengan bahasa-bahasa lain yang digunakan di Myanmar.

Namun, pemerintah dan sebagian besar masyarakat Myanmar menolak klaim tersebut.

Mereka menganggap Rohingya sebagai pendatang ilegal dari Bangladesh yang datang ke Myanmar selama masa penjajahan Inggris (1824-1948).

Mereka juga menuduh Rohingya sebagai ekstremis Islam yang ingin memisahkan diri dari Myanmar.

Status Kewarganegaraan Rohingya

Baca Juga: Kisah Pengungsi Rohingya Terombang-Ambing di Lautan, 5 Negara yang Menyatakan Tidak Mampu Menampung Mereka

Rohingya tidak diakui sebagai salah satu dari 135 kelompok etnis resmi di Myanmar.

Mereka juga tidak memiliki kewarganegaraan Myanmar sejak undang-undang tahun 1982 yang mengharuskan sebuah etnis menetap di negara itu sejak sebelum tahun 1823.

Akibatnya, Rohingya tidak memiliki hak-hak sipil, politik, sosial, dan ekonomi yang sama dengan warga negara Myanmar lainnya.

Mereka juga menghadapi pembatasan dalam hal pergerakan, pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan pernikahan.

Konflik Etnis di Myanmar

Rohingya telah menjadi sasaran kekerasan dan penganiayaan oleh militer dan kelompok-kelompok Buddha radikal di Myanmar.

Konflik etnis di Myanmar memburuk sejak kudeta militer tahun 1962 yang membawa rezim otoriter yang menindas kelompok-kelompok minoritas.

Salah satu insiden paling tragis adalah pembantaian Rohingya tahun 1978 yang menewaskan ribuan orang dan mengusir ratusan ribu orang ke Bangladesh.

Konflik etnis di Myanmar kembali memanas sejak tahun 2012, ketika terjadi kerusuhan antara Rohingya dan etnis Rakhine (Buddha) yang menewaskan ratusan orang dan menghancurkan ribuan rumah.

Sejak saat itu, lebih dari 700.000 Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh dan negara-negara tetangga, termasuk Indonesia, untuk menghindari kampanye pembersihan etnis yang dilakukan oleh militer Myanmar.

PBB dan organisasi-organisasi hak asasi manusia telah mengutuk tindakan-tindakan kejam yang dilakukan oleh pihak Myanmar terhadap Rohingya dan menyerukan perlindungan dan solusi bagi mereka.

Rohingya adalah kelompok etnis yang menghadapi diskriminasi, penindasan, dan pengusiran di Myanmar.

Baca Juga: Sejarah Rohingya Diusir dari Myanmar, Dimulai oleh Polah Inggris?

Mereka tidak diakui sebagai warga negara Myanmar karena alasan sejarah, politik, dan agama.

Itulah sejarah Rohingnya, mereka juga menjadi korban konflik etnis yang berkepanjangan di Myanmar.

Mereka membutuhkan bantuan dan dukungan dari komunitas internasional untuk mendapatkan hak-hak dan keadilan yang mereka layak dapatkan.

Artikel Terkait