Penulis
Intisari-Online.com -Pagi itu, Minggu, 26 Desember 2004, Cut Putri bersama keluarganya bersiap mengantar salah satu saudaranya menuju tempat pernikahan.
Tapi rencana itu gagal.
Pagi sekitar pukul 07.45, gempa bumi dahsyat mengguncang Aceh.
Berbekal pengetahuan mitigasi yang dia punya, Cut Putri mengajak keluarganya naik ke lantai dua rumahnya yang ada di Aceh.
Tak lama tsunami setinggi hampir 30 meter datang menggulung Aceh.
Dan dari lantai dua rumahnya itulah dia merekam kengerian yang terjadi pagi itu.
Nantinya, video yang direkam oleh Cut Putri kemudian viral dan dilihat di seluruh dunia.
Bagaimana cerita lengkapnya?
Tsunami Aceh 26 Desember 2004 lalu meninggalkan luka yang mendalam bagi rakyat Aceh.
Kejadian pada hari Minggu pagi itu membuat para korbannya masih mengingat jelas bagaimana gelombang tsunami Aceh meluluhlantakkan rumah hingga ratusan ribu korban jiwa meninggal dunia.
Salah satu penyintas korban Tsunami Aceh adalah Cut Putri.
Dia bahkan menyaksikan hingga merekam detik-detik gelombang tsunami Aceh yang pada saat itu air tsunami melewati kediamannya yang berlokasi di Gampong Lamjamee, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh.
Cut Putri, wanita berdarah Aceh yang kala itu menetap di Jakarta datang mengunjungi Aceh.
Dia datang bersama keluarga besarnya ke Banda Aceh untuk menghadiri pernikahan sepupu.
Satu hari sebelum bencana besar itu tiba, Cut Putri bersama keluarga besarnya sempat mengunjungi beberapa lokasi wisata di Aceh.
Dia pun mengabadikan momen liburannya itu dalam kamera handycam,seperti potret PLTD Apung yang masih berada di laut, pantai Lhoknga dan sebagainya.
Lalu keesokan harinya, 26 Desember 2004, pukul delapan pagi, tepat pada saat bencana Tsunami Aceh 2004 silam, gelombang air hitam pekat melewati kediamannya.
Cut Putri turut menyaksikan dan merekam betapa dahsyatnya gelombang air hitam tersebut.
Cut Putri menceritakan kisahnya itu yang kemudian diunggah melalui kanal YouTube Serambinews berjudul "Cut Putri Sosok Perekam Tsunami Aceh 2004" pada Senin (26/12/2022) lalu.
Rumah tingkat dua yang ditempatinya kini, menjadi saksi dahsyatnya tsunami Aceh.
Sebelum tsunami terjadi, Cut Putri menceritakan dirinya sempat jalan-jalan ke seputaran Kota Banda Aceh, pantai Lampuuk hingga Sabang.
"Selama berada di Aceh, saya selalu merekam segala kejadian," kata Cut Putri.
Meski 19 tahun sudah berlalu, Cut Putri masih menyimpan hasil rekaman miliknya yang memperlihatkan potret Banda Aceh sebelum tsunami.
Semua ini direkam Cut Putri sehari sebelum terjadinya tsunami Aceh.
"Sampai hari ini saya masih menyimpan dan melihat kembali bagaimana tampakan Banda Aceh sebelum tsunami, demikian juga tampaknya kota Sabang waktu itu karena sempat juga ke Sabang, bahkan saya juga sempat merekam PLTD Apung.
Jadi masih ada di laut waktu itu, lengkap dengan pemandangan laut, dengan orang-orang di sekitarnya di Ulhe Lhue saat itu," sambungnya.
Pada Minggu, 26 Desember 2004, Cut Putri menceritakan saat itu dirinya beserta keluarga tengah bersiap untuk mengantar sepupunya dalam acara Tueng Dara Baro atau mengantar pengantin wanita ke daerah Lampulo.
Namun, takdir berkata lain.
Pagi pukul 07.59 WIB, Aceh diguncang gempa bumi 9,3 skala richter dan disusul dengan gelombang besar tsunami.
Cut Putri menceritakan jika pagi itu ia melihat semua orang panik saat gempa.
Berbekal ilmu kesiapsiagaan bencana yang dimilikinya, Cut Putri langsung mengajak orang yang di sekitarnya untuk naik ke lantai dua rumahnya.
Dari balkon lantai dua rumah inilah, Cut Putri kemudian melihat dahsyatnya gelombang tsunami yang melewati depan rumahnya.
Ia lantas merekam meski beberapa kali Cut Putri sempat terpleset saat menaiki tangga.
Dalam rekaman itu, tampak puing bangunan dan air hitam mengalir deras dari depan rumahnya.
Hasil inisiatifnya, Cut Putri pun berhasil merekam dhetik-detik tsunami Aceh.
Dari hasil rekaman ini pula, video rekaman Cut Putri berhasil membuka mata dunia akan dahsyatnya gelombang tsunami.
Cut Putri juga menceritakan, banyak orang asing dan media luar yang meminta hasil rekaman tersebut untuk mengabarkan kepada seluruh dunia.
Begitulah cerita Cut Putri mengabadikan momen paling mengerikan yang pernah terjadi bumi Serambi Makkah.