Find Us On Social Media :

Jejak Kerajaan Sriwijaya, Bagaimana Kerajaan Membentuk Sejarah dan Budaya Nusantara Hingga Kekuatan Maritim

By Afif Khoirul M, Rabu, 6 Desember 2023 | 14:48 WIB

Kompleks Candi Muara Takus peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Artikel ini membahas tentang kehidupan sosial Kerajaan Sriwijaya, salah satu kerajaan besar di Nusantara yang beragam dan maju di berbagai bidang.

Intisari-online.com - Indonesia adalah negara yang kaya akan sejarah dan budaya.

Salah satu kerajaan yang pernah berjaya di nusantara adalah Kerajaan Sriwijaya, yang didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada abad ke-7 Masehi.

Kerajaan ini berpusat di Palembang, Sumatera Selatan, di tepian Sungai Musi yang menjadi jalur perdagangan utama antara India dan Cina.

Kerajaan ini memiliki pengaruh yang luas di nusantara, baik secara politik, ekonomi, maupun budaya. Kerajaan ini juga dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha, khususnya aliran Mahayana dan Vajrayana. Berikut adalah beberapa jejak yang dapat kita lihat dari kerajaan Sriwijaya.

Prasasti-prasasti Kerajaan Sriwijaya

Salah satu sumber sejarah yang paling penting tentang kerajaan Sriwijaya adalah prasasti-prasasti yang ditemukan di berbagai tempat.

Prasasti-prasasti ini ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta, yang menunjukkan pengaruh budaya India yang kuat.

Prasasti-prasasti ini berisi tentang riwayat hidup, kegiatan, dan prestasi raja-raja Sriwijaya, serta hubungan mereka dengan kerajaan-kerajaan lain. Beberapa prasasti yang terkenal adalah:

- Prasasti Kota Kapur, yang ditemukan di Pulau Bangka pada tahun 1892 oleh seorang peneliti Belanda, J.K. van der Meulen.

Prasasti ini berisi tentang ekspedisi militer Dapunta Hyang Sri Jayanasa, yang merupakan pendiri dan raja pertama Sriwijaya, untuk menaklukkan daerah-daerah di Sumatera bagian selatan, Bangka, Belitung, dan Lampung.

Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Dapunta Hyang mendirikan kerajaan Sriwijaya pada tahun 671 Masehi.

- Prasasti Talang Tuo, yang ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang, pada tahun 1920 oleh seorang peneliti Belanda, N.J. Krom.