Find Us On Social Media :

Yuk Kenala Dengan Von Koenigswald, Penemu Meganthropus paleojavanicus Si Manusia Purba Tertua Dari Jawa

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 6 Desember 2023 | 11:17 WIB

Penemu Meganthropus paleojavanicus adalah G.H.R von Koenigswald atau biasa dikenal sebagai Von Koenigswald saja.

Intisari-Online.com - Salah satu penemuan arkeologi terpenting abad 20 adalah penemuan fosil Meganthropus paleojavanicus di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.

Karena itilah kalangan ilmuan juga menyebutnya sebagai Manusia Sangiran.

Penemu Meganthropus paleojavanicus adalah G.H.R von Koenigswald atau biasa dikenal sebagai Von Koenigswald saja.

Dianggap sebagai salah satu yang terpenting adalah karena dengan penemuan Manusia Sangiran, peneliti bisa melacak kehidupan masa prasejarah di Nusantara.

Nama lengkapnya Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald.

Belakangan dia lebih dikenal sebagai G.H.R. von Koenigswald atau von Koenigswald saja.

Dia adalah seorang paleontolog dan geolog asal Jerman.

Von Koenigswald dikenal sebagai seorang ilmuwan yang menemukan fosil Meganthropus paleojavanicus di sangiran pada 1941.

Selain itu, Von Koenigswald juga melakukan penelitian terkait fosil lainnya di Asia Tenggara dan menjadi salah satu paleoantropologi terpenting abad ke-20.

Von Koenigswald lahir di Berlin pada 13 November 1902 dan meninggal di Bad Homburg, Jerman pada 10 Juli 1982.

Ia adalah putra dari Gustav A von Koenigswald, seorang pakar etnologi dari Jerman.

Ketika beranjak dewasa, Von Koenigswald belajar geologi dan paleontologi di Universitas Humboldt Berlin, Universitas Tuebingen, Universitas Muenchen, dan Universitas Koeln.

Saat kuliah, dia berada di bawah bimbingan Rudolf Martin, seorang antropolog yang berasal dari Swiss.

Pada 1928, Von Koenigswald berhasil menyelesaikan disertasinya dari Universitas Muenchen.

Setelah menyelesaikan studinya, dia mengawali karier dengan bekerja sebagai asisten di lembaga geologi di Kota Muenchen.

Pada 1931, Von Koenigswald mendapat tawaran untuk bekerja sebagai ahli paleoantropologi mamalia untuk Dinas Pertambangan Hindia Belanda (Dienst van Mijnbouw van Nederlands Indië) dalam sebuah proyek geologi Belanda di Jawa.

Dia pun menerima tawaran itu dan segera bertolak ke Jawa.

Tugas pertamanya dalam proyek ini adalah melakukan pemetaan lithostratigrafi atau pemetaan lapangan berdasarkan penampakan batuan, komposisi, struktur geologi, dan mineralnya.

Proyek ini dilakukan di Ngandong, Blora, Jawa Tengah, di mana dalam prosesnya ditemukan sebelas tengkorak hominid atau kera besar.

Namun, Von Koenigswald tidak terlibat langsung dalam penemuan hominid tersebut karena penggalian saat itu dipimpin oleh Carel ter Haar.

Setelah berjalan sekitar tiga tahun, proyek yang dibiayai oleh Belanda itu harus terhenti pada 1934.

Kendati demikian, Von Koenigswald memutuskan untuk tidak kembali ke Eropa dan tetap di Jawa untuk melanjutkan pekerjaannya.

Von Koenigswald tinggal di Bandung untuk melanjutkan pekerjaannya dan menyusun penelitian, di mana ia mendapat akses untuk menggunakan peralatan serta perpustakaan.

Dia pun terus berupaya untuk mencari orang yang mau membiayai penelitiannya di Jawa.

Setelah sekian lama, usahanya membuahkan hasil.

Von Koenigswald akhirnya mendapat dukungan dana dari sebuah yayasan Belanda untuk melanjutkan pekerjaan dan penelitiannya selama di Jawa terkait penggalian fosil.

Setelah mendapatkan sokongan dana, Von Koenigswald melakukan berbagai penelitian di sejumlah daerah di Jawa, seperti di Ngandong, tepi Sungai Bengawan Solo, Ngawi, Sragen, dan Pacitan.

Dia memulai penelitian dengan melakukan penggalian atau ekskavasi di Sangiran, Sragen, pada 1934.

Dengan berbekal buku Van Es, Von Koenigswald mencermati endapan-endapan purba Sangiran, hingga menemukan alat-alat serpih.

Alat-alat serpih berwarna kuning kemerahan dari batuan kalsedon yang ditemukan ini kemudian menjadi sangat terkenal dengan sebutan alat serpih Sangiran.

Pada 1936, Von Koenigswald mendapat temuan yang menakjubkan berupa fosil tempurung kepala manusia purba yang sejenis dengan temuan Eugene Dubois di Trinil.

Oleh karena itu, temuan ini kemudian dinamai Pithecanthropus II.

Berkat temuannya ini, sebagian teka-teki seputar keberadaan manusia Jawa mulai terjawab.

Tak hanya itu, Von Koenigswald juga berhasil menemukan fosil penting lainnya yang berupa tengkorak dan rahang bawah.

Temuannya ini kemudian dinamai sebagai Meganthropus paleojavanicus.

Von Koenigswald menemukan fosil Meganthropus paleojavanicus pada tahun 1941.

Selama penelitian dan ekskavasi di Sangiran, Von Koenigswald berhasil mengumpulkan sekitar 60 fosil untuk diteliti, di mana sebagian di antaranya diteliti di Jerman.

Von Koenigswald juga melakukan penelitiannya di Pacitan, dan berhasil menemukan hasil kebudayaan Zaman Batu Tua atau Zaman Paleolithikum.

Hasil kebudayaan itu ditemukan pada tahun 1935 di Sungai Baksoka, dekat Punung, Pacitan yang kemudian dikenal dengan Kebudayaan Pacitan.

Penemuan itu berupa hasil teknologi bebatuan atau alat-alat dari batu yang masih kasar dengan bentuk menyerupai kapak, tetapi tidak bertangkai sehingga penggunaannya digenggam dengan ujungnya berbentuk agak runcing.

Dari penelitian itu, Von Koenigswald menemukan kapak genggam, kapak perimbas, dan alat-alat serpih (flakes).

Pada akhirnya, Von Koenigswald harus mengakhiri penelitiannya sejalan dengan perubahan politik di Indonesia saat itu.

Belanda yang menyerah kepada Jepang pada akhir 1941 membuat Von Koenigswald dipenjara dan baru dibebaskan pada 1945.

Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, hampir seluruh hasil penelitian Von Koenigswald selamat dari penyitaan.

Hasil penelitian itu disembunyikan oleh teman dan koleganya yang disimpan di Survei Geologi.

Hanya beberapa tengkorak Ngandong yang diambil oleh militer Jepang dan dibawa ke koleksi Kekaisaran di Tokyo.

Setelah bebas dari penjara, Von Koenigswald meninggalkan Jawa untuk menuju New York pada tahun 1946.

Setelah sampai di New York, Von Koenigswald sempat bekerja di American Museum of Natural History, New York.

Dua tahun tinggal dan bekerja di New York, ia memutuskan kembali ke Eropa dan menjadi profesor di Universität Utrecht, Belanda, sampai 1968.

Beberapa tahun di Belanda, Von Koenigswald memutuskan kembali ke Jerman dan menetap di Frankfurt.

Di Frankfurt, dia mendirikan seksi Pelontropologi di Lembaga Penelitian Senckenberg dan bekerja di sana hingga akhir hayatnya.

Von Koenigswald meninggal di Frankfurt pada 1982 di usia 80 tahun.

Itulah riwayat hidup Von Koenigswald, penemu Meganthropus paleojavanicus Si Manusia Purba Tertua Dari Jawa atau Manusia Sangiran