Find Us On Social Media :

Jalan-jalan di Pakistan: Suguhan Sop Hangat Daun Ganja dan Obat Flu yang Dibayar dengan Batu Mulia

By Ade Sulaeman, Kamis, 5 November 2015 | 15:30 WIB

Jalan-jalan di Pakistan: Suguhan Sop Hangat Daun Ganja dan Obat Flu yang Dibayar dengan Batu Mulia

Dirasa waktu delapan hari cukup untuk menjelajahi daerah Hunza, perjalan menjelajahi Karakoram Highway kembali diteruskan.

Persinggahan selanjutnya adalah Gilgit Batistan. Di sini merupakan jalur masuk ke Fairy Meadows, desa terakhir menuju jalur pendakian ke Gunung Nanga Parbat yang juga memiliki ketinggian tepatnya 8125 mdpl .

Di sinilah pada tahun 2013 lalu terjadi aksi penembakan yang mengakibatkan sembilan wisatawan tewas, tetapi saat ini kondisi di sana telah aman.

Karena daerah yang masuk kawasan Pakistan utara ini ini benar‑benar terpencil, maka di Fairy Meadows fasilitas kesehatan belum terlalu tersedia dengan baik.

Di penginapan, dirinya mendapati pegawai penginapan yang sudah tiga hari terkulai akibat flu berat. Ia pun mencoba membantunya dengan memberi beberapa obat yang dibawa dari Indonesia.

Bahkan sebagian besar obat‑obatan yang dibawa Yosep diberikan kepada para pencari batu. Sebagai ucapan terimakasih para pencari batu dirinya diberi batu jenis quartz.

Turun dari Fairy Meadows rute selanjutnya menuju Skardu. Inilah pintu gerbang pendakian Gunung Karakoram yang memiliki ketinggian 8611 mdpl dan merupakan gunung tertinggi kedua di dunia.

Selain keindahan alam dan tantangan jalur perjalanan, satu hal yang paling berkesan selama dirinya berada di Pakistan, adalah keramahannya.

Selain itu, penduduk Pakistan juga sangat menghormati warga Indonesia dan penasaran dengan Indonesia karena merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.

Di Hunza dan Skardu hampir semua orang menawari cha (teh khas Pakistan yang disajikan dengan susu) dan mengajak ngobrol.

Keramahan warga Pakistan juga sangat kentara saat Yosep sampai di Lahore. Ia mengisahkan, pemilik tempat penginapan yang ia singgahi sangat terkesan dengan Yosep sebagai orang Indonesia.

Di hari terakhir ia menginap, pemilik penginapan tersebut mengajak Yosep ke sebuah toko roti dan mempersilakannya mengambil apapun yang diinginkan.

"Rupanya mereka punya kebanggan tersendiri ada orang Indonesia yang menginap di penginapannya," kata Yosep.

(Hamim Thohari/tribunnews.com)