Penulis
Intisari-Online.com -Salah satu gunung aktif di Indonesia, Gurung Marapi, baru saja meletus pada Minggu (3/12) sore.
Karena erupsi tersebut, 11 pendaki dikabarkan meninggal dunia, belasan lainnya masih dalam pencairan.
Di luar itu, banyak yang menganggap Gunung Marapi sama dengan Gunung Merapi yang ada di Jawa.
Gunung Marapi sendiri berada di kawasan Sumatera Barat.
Jadi, Gunung Marapi dan Gunung Merapi adalah dua gunung yang berbeda.
Kesamaannya, keduanya sama-sama aktif.
Setidaknya ada sejumlah perbedaan yang membedakan dua gunung tersebut.
Lokasi
Gunung Marapi merupakan gunung aktif yang terletak di antara Kabupaten Tanah datar, Kabupaten Agam dan Kotamadya Padang Panjang, Sumatera Barat.
Secara administrasi, gunung Marapi berada dalam kawasan Kabupaten Agam.
Sementara Gunung Merapi, merupakan gunung api aktif yang membentang di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Lereng sisi selatan gunung Merapi masuk dalam administrasi Kabupaten Sleman, Yogykarta.
Sementara sisanya, masuk ke dalam wilayah Jawa Tengah, yakni sisi barat wilayah Kabupaten Magelang, sisi utara dan timur wilayah Kabupaten Boyolali, dan sisi tenggara wilayah Kabupaten Klaten.
Ketinggian
Dari sisi ukuran, gunung Marapi memiliki ketinggian mencapai 2.891 meter di atas permukaan laut (Mdpl).
Adapun gunung Merapi, berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), memiliki ketinggian 2.968 Mdpl.
Pengelolaan
Terkait pengelolaan, gunung Marapi berada di bawah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat.
Sementara Gunung Merapi, dikelola oleh Taman Nasional Gunung Merapi yang terbagi menjadi dua pengelolaan.
Partama, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I membawahi wilayah di Kabupaten Magelang dan Kabupaten Sleman.
Kedua, seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II membawahi wilayah di Kabupaten Klaten dan Boyolali.
Status
Saat ini tingkat aktivitas gunung Marapi berada di level II (Waspada) sejak Agustus 2011, sedangkan status gunung Merapi, berada di level III (Siaga) sejak 5 November 2020.
Gunung Marapi meletus tiba-tiba
Minggu (3/12) sore, Gunung Marapi tiba-tiba meletus.
Letusan tidak hanya menimbulkan suara letusan dan hujan abu, tetapi juga menewaskan 11 pendaki.
Dilansir Kompas.com, Senin (4/12/2032), terdapat 75 orang yang sedang mendaki ketika Gunung Marapi meletus.
Letusan gunung setinggi 2.891 meter itu disebut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tidak didahului oleh peningkatan gempa vulkanik yang signifikan.
Hal tersebut disampaikan PVMBG dalam keterangan resminya pada Minggu terkait update letusan Gunung Marapi.
PVMBG juga mengatakan, meletusnya Gunung Marapi menyebabkan kolom abu setinggi 5.891 meter di atas permukaan laut.
Ketua Pos Pengamatan Gunungapi Marapi Ahmad Rifandi buka suara soal letusan Gunung Marapi yang disebut terjadi secara tiba-tiba.
Dia menjelaskan, erupsi gunung api terkadang juga dipicu oleh kondisi bawah permukaan yang terjadi secara tiba-tiba.
Contohnya adalah masuknya air tanah secara tiba tiba ke kantung magma dangkal atau terpicu oleh gempa tektonik lokal.
Khusus letusan Gunung Marapi, pemicu erupsi yang sudah dipastikan saat ini adalah akumulasi tekanan sangat dangkal.
"Karena tidak terdeteksi peningkatan gempa VA (Gempa Vulkanik-Dalam) secara signifikan dan yang kedua tiltmeter yang bereaksi adalah tiltmeter puncak," jelas Ahmad kepada Kompas.com, Senin.
"Jadi dari tiltmeter terjadi peningkatan tekanan di kedalaman dangkal, namun pemicu pelepasan tekanan itu belum bisa kita tentukan karena dari data kegempaan tidak ada indikasinya," tambahnya.
Lebih lanjut, Ahmad menerangkan bahwa Gunung Marapi memiliki tipe letusan freatik yang dipengaruhi oleh gas sehingga erupsi bisa terjadi secara tiba-tiba.
Karena alasan itulah dibuatkan imbauan agar masyarakat tidak boleh memasuki radius tiga kilometer dari puncak Gunung Marapi.
"Untuk erupsi susulan masih terjadi," kata Ahmad.