Penulis
Intisari-online.com - Kerajaan Makassar adalah salah satu kerajaan besar dan berpengaruh di wilayah timur Indonesia yang berdiri pada abad ke-16 Masehi.
Kerajaan ini awalnya terdiri dari dua kerajaan saudara, yaitu Gowa dan Tallo, yang kemudian bersatu di bawah pimpinan raja Gowa, Sultan Alauddin.
Kerajaan Makassar memiliki pusat pemerintahan di Sombaopu, sebuah pelabuhan strategis yang menjadi tempat singgah para pedagang dari berbagai daerah dan negara.
Kerajaan ini juga dikenal sebagai kerajaan maritim yang menguasai jalur perdagangan antara Malaka dan Maluku.
Salah satu tokoh paling terkenal dari Kerajaan Makassar adalah Sultan Hasanuddin, putra dari Sultan Malikussaid, yang memerintah pada tahun 1653-1669 Masehi.
Sultan Hasanuddin lahir di Makassar pada 12 Januari 1631 Masehi dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape.
Sejak kecil, ia menunjukkan jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keterampilan berdagang.
Ia juga mendapat pendidikan keagamaan di Masjid Bontoala dan belajar diplomasi dan strategi perang dari ayahnya dan Mangkubumi Gowa, Karaeng Pattingaloang
Sultan Hasanuddin dikenal sebagai penguasa yang berani, bijaksana, dan adil.
Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Makassar hingga mencakup sebagian besar Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan Kalimantan.
Ia juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, seperti Mataram, Banten, Aceh, Ternate, dan Banjar.
Baca Juga: Apa yang Menyebabkan Kerajaan Sriwijaya Mengalami Kemunduran?
Ia juga menghormati kebebasan beragama dan tidak memaksakan Islam kepada rakyatnya.
Sultan Hasanuddin juga dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia yang berjuang melawan penjajahan Belanda.
Ia menolak untuk tunduk kepada VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang ingin menguasai perdagangan rempah-rempah di wilayah timur Indonesia.
Ia mengobarkan perlawanan yang dikenal sebagai Perang Makassar (1666-1669) dengan dukungan dari sekutu-sekutunya.
Namun, ia menghadapi pengkhianatan dari Arung Palakka, raja Bone yang beralih pihak ke Belanda.
Akhirnya, ia terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667 Masehi yang mengakhiri perang dan membatasi kekuasaan Kerajaan Makassar.
Sultan Hasanuddin wafat pada 12 Juni 1670 Masehi di Gowa dan dimakamkan di Katangka.
Ia dijuluki sebagai "Ayam Jantan dari Timur" oleh Belanda karena keberaniannya.
Ia juga diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973 pada tanggal 6 November 1973 Masehi.
Demikian artikel yang saya buat tentang Kerajaan Makassar dan Sultan Hasanuddin.