Mengungkap Misteri Kerajaan Medang, Dari Mataram Kuno hingga Majapahit

Afif Khoirul M

Penulis

Antara fakta dan mitos, keberadaan kerajaan Medang Kamulan masih menjadi perdebatan hingga sekarang. Diduga berada di sekitar Grobogan.

Intisari-online.com - Kerajaan Medang didirikan oleh Sanjaya, seorang penguasa dari Wangsa Sanjaya, yang mengalahkan Sailendra, seorang penguasa dari Wangsa Sailendra, pada tahun 732 M.

Hal ini diketahui dari Prasasti Canggal, yang merupakan prasasti tertua yang berasal dari Kerajaan Medang.

Prasasti ini berisi tentang kemenangan Sanjaya atas Sailendra dan pendirian sebuah candi Siwa di Gunung Wukir.

Prasasti ini juga menyebutkan nama kerajaan sebagai Mataram, yang berasal dari kata "matah" yang berarti "mata" atau "pusat".

Lokasi Ibu Kota Kerajaan Medang

Kerajaan Medang mengalami dua periode sejarah, yaitu periode Jawa Tengah (750-929 M) dan periode Jawa Timur (929-1006 M).

Pada periode Jawa Tengah, ibu kota kerajaan berada di daerah sekitar Kedu dan Kewu, di Jawa Tengah.

Di sini, kerajaan ini membangun banyak candi-candi megah, seperti Borobudur, Prambanan, Sewu, Plaosan, dan Kalasan.

Pada periode Jawa Timur, ibu kota kerajaan dipindahkan ke daerah sekitar Brantas dan Kahuripan, di Jawa Timur.

Perpindahan ini dilakukan oleh Mpu Sindok, seorang keturunan Wangsa Sanjaya yang mendirikan Wangsa Isyana.

Alasan perpindahan ini masih diperdebatkan oleh para sejarawan, namun ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh, seperti perebutan kekuasaan, bencana alam (letusan Gunung Merapi), dan faktor ekonomi (perdagangan maritim).

Baca Juga: Kerajaan Sunda Galuh, Sejarah Perkembangan dan Persatuan Dua Kerajaan di Tanah Pasundan

Hubungan Kerajaan Medang dengan Singasari dan Majapahit

Kerajaan Medang periode Jawa Timur menjadi leluhur dari kerajaan-kerajaan besar selanjutnya di Jawa, yaitu Singasari dan Majapahit.

Hal ini dapat dilihat dari silsilah raja-raja yang memerintah di ketiga kerajaan tersebut.

Misalnya, Ken Arok, pendiri Singasari, adalah keturunan dari Mahisa Campaka, raja terakhir Wangsa Isyana.

Begitu juga dengan Raden Wijaya, pendiri Majapahit, adalah menantu dari Kertanegara, raja terakhir Singasari.

Selain itu, hubungan antara ketiga kerajaan tersebut juga dapat dilihat dari kesamaan budaya dan agama yang mereka anut.

Ketiga kerajaan tersebut menganut agama Hindu-Buddha dengan pengaruh lokal.

Mereka juga membangun banyak candi-candi sebagai tempat ibadah dan simbol kekuasaan mereka.

Beberapa contoh candi-candi yang dibangun oleh ketiga kerajaan tersebut adalah Candi Penataran (Medang), Candi Singosari (Singasari), dan Candi Panataran (Majapahit).

Artikel Terkait