Find Us On Social Media :

Inilah Penjelasan Kenapa Rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur No.56 Dibongkar

By Tjahjo Widyasmoro, Kamis, 28 September 2023 | 14:51 WIB

Sejarawan Rushdy Hoesein sedang menjelaskan coret-coretan yang ada pada naskah asli Proklamasi Kemerdekaan RI di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jakarta Pusat. Acara Plesiran Tempo Doeloe Sahabat Museum, 24 September 2023

Intisari-Online - Bukan acara Plesiran Tempo Doeloe (PTD) namanya, kalau tidak ada pengungkapan fakta-fakta sejarah baru yang selama ini jarang terdengar.

Begitu pula dengan penyelenggaraan PTD ke-186 kalinya yang merupakan kerja sama dari Sahabat Museum dengan Majalah Intisari, Minggu (24/9).  

PTD kali ini mengambil lokasi di dua tempat; Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok) di Jalan Imam Bonjol, serta Tugu Proklamasi di Jalan Proklamasi, keduanya di Jakarta Pusat.

Dalam PTD kali ini, Sahabat Museum mengundang narasumber Rushdy Hoesein, seorang sejarawan senior, yang banyak mengulas seputar peristiwa seputar Proklamasi Kemerdekaan dan peristiwa-peristiwa penting lain yang mengiringinya.

Saat di Munasprok, para peserta PTD yang berjumlah 24 orang umumnya baru mengetahui alasan sebenarnya mengapa perumusan naskah Proklamasi diadakan di bekas rumah Laksamana Maeda ini.

Rupanya, semula penyusunan naskah Proklamasi sebenarnya sempat akan dilakukan di Hotel Des Indes karena para anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menginap di sana. Namun rencana itu batal, karena pihak hotel keberatan mengingat adanya aturan jam malam dari Jepang.

Acara kemudian pindah ke kediaman Laksamana Maeda yang kini menjadi Munasprok.

Terpilihnya lokasi ini, menurut Rushdy, atas permintaan Achmad Soebardjo kepada Maeda. Saat itu Soebardjo adalah staf dari Maeda.  

Kala itu, tambah Rushdy, Laksamana Maeda yang merupakan perwira penghubung Angkatan Laut Jepang, dikenal seorang perwira yang intelek dan sikapnya sangat baik kepada orang-orang Indonesia.

“Ketika ia akhirnya ditangkap Sekutu, malah Maeda menitipkan wanita simpanannya, perempuan indo, kepada Bung Karno dan kawan-kawan agar diurus,” ungkap Rushdy.

Dalam kunjungan ke Munasprok, diskusi hangat juga terjadi seputar coretan di naskah asli Proklamasi.

Seperti diketahui, ada dua kata dalam naskah yakni 'penyerahan' yang dicoret menjadi 'pemindahan', kemudian kata 'dioesahakan' yang dicoret menjadi 'diselenggarakan'.

Pencoretan itu menurut Rushdy karena memang pertimbangan kepantasan dan rasa berbahasa saja.