Ikut Campurnya Belanda Dalam Urusan Internal Kerajaan Banten Mengakibatkan Apa?

Ade S

Penulis

Ilustrasi Masjid Banten Lama, Desa Karangantu, Serang, Banten oleh Rappard. Ikut campurnya Belanda dalam urusan internal Kerajaan Banten mengakibatkan apa? Simak artikel ini untuk mengetahui jawabannya.

Intisari-Online.com -Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara yang mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.

Namun, kejayaan itu tidak bertahan lama.

Ikut campurnya Belanda dalam urusan internal Kerajaan Banten mengakibatkan keruntuhan kerajaan dan penderitaan rakyatnya.

Bagaimana bisa hal itu terjadi?

Apa saja akibat-akibat yang ditimbulkan oleh campur tangan Belanda?

Dan bagaimana perlawanan rakyat Banten terhadap penjajah?

Artikel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memaparkanbeberapa akibat ikut campurnya Belanda dalam urusan internal Kerajaan Banten.

1) Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan akibat persaingan kekuasaan

Belanda campur tangan dalam urusan internal Kerajaan Banten menyebabkan persaingan kekuasaan antara Sultan Haji dan Sultan Ageng Tirtayasa.

Dengan dukungan Belanda, Sultan Haji berhasil merebut takhta Kerajaan Banten dan mengusir ayahnya sendiri.

Baca Juga: Kehidupan Politik Kerajaan Banten, Runtuh Akibat Politik Adu Domba

Sementara itu, Sultan Ageng Tirtayasa tidak hanya kehilangan kekuasaannya, tetapi juga diasingkan oleh Belanda hingga akhir hayatnya.

2) Kerajaan Banten kehilangan kedaulatannya

Kerajaan Banten harus membayar mahal atas bantuan Belanda untuk menggulingkan Sultan Ageng Tirtayasa. Belanda menuntut beberapa syarat yang sangat merugikan kerajaan.

Syarat-syarat tersebut antara lain:

* Cirebon diserahkan kepada VOC

* VOC diberi hak monopoli perdagangan lada di Banten dan pedagang lain harus diusir

* Jika perjanjian dilanggar, Banten harus membayar 600.000 ringgit kepada VOC

* Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan harus ditarik

Masa pemerintahan Sultan Haji menandai kemunduran kerajaan, bahkan dapat dikatakan Kerajaan Banten telah kehilangan kedaulatannya.

Meski Sultan Haji berstatus sebagai Sultan Banten, tetapi pengambilan keputusan tetap harus melalui persetujuan Belanda.

Dengan kata lain, Sultan Haji hanyalah simbol atau raja boneka, sementara kekuasaan yang sebenarnya dipegang oleh Belanda.

Baca Juga: 8 Peninggalan Kerajaan Banten, Ada Simbol Pengkhianatan Bangsa Sendiri

3) Memicu perlawanan rakyat Banten terhadap VOC yang dipelopori ulama

Di wilayah Kerajaan Banten, hubungan antara sultan dengan para ulama terjalin sangat harmonis.

Namun, ketika Sultan Haji naik takhta dan berada di bawah kendali Belanda, para ulama memilih bersikap nonkooperatif.

Di bawah kekuasaan Sultan Haji, penderitaan rakyat Banten semakin berat.

Dengan kondisi demikian, sangat wajar apabila pemerintahan Sultan Haji diwarnai banyak kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang.

Setelah Sultan Haji meninggal, pengangkatan sultan Banten dilakukan atas persetujuan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia.

Hal itulah yang membuat kemarahan rakyat memuncak dan menjadi penyebab perlawanan Banten terhadap VOC yang dipelopori oleh para ulama.

4) Kerajaan Banten dihapus

Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC berlangsung hingga awal abad ke-19. Perlawanan rakyat mengakibatkan ketidakstabilan pemerintahan kerajaan.

Puncaknya, Gubernur Jenderal Daendels menyatakan bahwa wilayah Kesultanan Banten dilebur ke dalam wilayah Hindia Belanda.

Pada akhirnya, Kesultanan Banten resmi dihapus oleh Inggris pada 1813.

Ikut campurnya Belanda dalam urusan internal Kerajaan Banten mengakibatkan berbagai akibat yang merugikan bagi kerajaan dan rakyatnya. Kerajaan Banten kehilangan kedaulatannya, Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan, rakyat Banten menderita, dan akhirnya kerajaan dihapus.

Baca Juga: Kehidupan Ekonomi Kerajaan Banten, Sangat Bergantung pada Perdagangan?

Artikel Terkait