Find Us On Social Media :

Lulusan Terbaik Akmil, Sosok Komandan Cakrabirawa Ini Justru Jadi Pesakitan Di Akhir Hayatnya Gegara Peristiwa G30S

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 12 September 2023 | 12:17 WIB

Letkol Untung adalah lulusan terbaik Akmil. Tapi di akhir hayatnya, dia menjadi pesakitan setelah terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965

Letkol Untung adalah lulusan terbaik Akmil. Tapi di akhir hayatnya, dia menjadi pesakitan setelah terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965

Intisari-Online.com - Letkol Untung merupakan salah satu antagonis paling populer dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Dia adalah sosok yang dianggap paling bertanggung jawab atas peristiwa yang menewaskan tujuh jenderal Pahlawan Revolusi itu.

Di akhir hayatnya, Letkol Untung menjadi pesakitan.

Padahal, pria kelahiran Kebumen 1926 itu adalah lulusan terbaik Akademi Militer (Akmil).

Nama lengkapnya Untung Syamsuri, sementara nama kecilnya adalah Kusman.

Letnan Kolonel Untung merupakan Komandan Batalyon I Cakrabirawa yang memimpin Gerakan 30 September pada tahun 1965.

Dia lahir di Desa Sruni, Kedungbajul, Kebumen, Jawa Tengah, pada 3 Juli 1926.

Untung meninggal di Cimahi, Jawa Barat pada 1966.

Untung merupakan bekas anak buah Soeharto ketika berdinas di Komandan Resimen 15, di Solo.

Untung merupakan Komandan Kompi Batalyon 454 dan pernah mendapat didikan politik dari tokoh PKI, Alimin.

Semasa perang kemerdekaan, Untung bergabung dengan Batalyon Sudigdo yang berada di Wonogiri, dekat Solo.

Selanjutnya, Gubernur Militer Kolonel Gatot Soebroto memerintahkan agar Batalyon Sudigdo dipindahkan ke Cepogo, di lereng Gunung Merbabu.

Kemudian, Kusman pergi ke Madiun dan bergabung dengan teman-temannya.

Pendidikan militer

Setelah peristiwa Madiun, Kusman berganti nama menjadi Untung Sutopo dan masuk TNI melalui Akademi Militer di Semarang.

Letkol Untung, tokoh kunci Gerakan 30 September 1965 merupakan satu di antara lulusan terbaik Akademi Militer.

Pada masa pendidikan, dia bersaing dengan Benny Moerdani, perwira muda yang sangat menonjol dalam lingkup RPKAD.

Mereka berdua sama-sama bertugas dalam operasi perebutan Irian Barat.

Untung merupakan salah satu anak buah Soeharto yang dipercaya menjadi Panglima Mandala.

Untung dan Benny tidak lebih satu bulan berada di Irian Barat, karena gencatan senjata pada 1962.

Sebelum ditarik ke Resimen Cakrabirawa, Untung pernah menjadi Komandan Batalyon 454/Banteng Raiders yang berbasis di Srondol, Semarang.

Batalyon ini memiliki kualitas dan tingkat legenda yang setara dengan Yonif Linud 330/Kujang dan Yonif Linud 328/Kujang II.

Kelak, dalam peristiwa G30S yang dikait-kaitkan dengan PKI, Banteng Raiders akan berhadapan dengan pasukan elite RPKAD di bawah komando Sarwo Edhie Wibowo.

Setelah G30S meletus dan gagal dalam operasinya, Untung melarikan diri dan menghilang beberapa bulan lamanya.

Sebelum kemudian tertangkap secara tidak sengaja oleh dua orang anggota Armed di Brebes, Jawa Tengah.

Ketika tertangkap, Untung tidak mengaku bernama Untung.

Anggota Armed yang menangkapnya pun tidak menyangka bahwa tangkapannya adalah mantan Komando Operasional G30S.

Setelah mengalami pemeriksaan di markas CPM Tegal, barulah diketahui bahwa yang bersangkutan bernama Untung.

Setelah melalui sidang Mahmillub yang kilat, Untung pun dieksekusi di Cimahi, Jawa Barat pada 1966, setahun setelah G 30S meletus.