Penulis
Intisari-online.com - Nikel adalah logam yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
Nikel digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai industri, seperti baja, stainless steel, baterai, koin, katalis, dan lain-lain.
Nikel juga merupakan komponen utama untuk baterai kendaraan listrik, yang merupakan teknologi masa depan yang ramah lingkungan.
Indonesia adalah negara yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
Menurut data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2020, total neraca sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 11,88 miliar ton.
Adapun, total sumber daya logam nikel sebesar 174 juta ton.
Jumlah cadangan tersebut merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139,419 juta ton.
Indonesia menyumbang 27% dari produksi nikel dunia, mengalahkan negara-negara lain seperti Australia, Brasil, Rusia, dan Filipina.
Dengan potensi nikel yang begitu besar, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi negara maju seperti Arab Saudi.
Arab Saudi adalah negara yang kaya raya berkat cadangan minyak bumi yang melimpah.
Minyak bumi adalah sumber energi utama yang digunakan oleh dunia saat ini.
Baca Juga: Alasan Nikel Indonesia Bisa Menjadi Kunci Perdamaian di Indo-Pasifik? Ini Penjelasan Wamenlu RI
Namun, minyak bumi adalah sumber energi yang tidak terbarukan dan berdampak buruk bagi lingkungan.
Oleh karena itu, dunia mulai beralih ke sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, air, dan listrik.
Kendaraan listrik adalah salah satu contoh penerapan energi terbarukan yang semakin diminati oleh masyarakat.
Indonesia bisa memanfaatkan cadangan nikelnya untuk mengembangkan industri baterai kendaraan listrik.
Baterai kendaraan listrik membutuhkan nikel sebagai salah satu bahan bakunya.
Nikel memiliki sifat yang baik untuk menyimpan dan menghantarkan listrik.
Indonesia sudah mulai melakukan langkah-langkah untuk mengembangkan industri baterai kendaraan listrik.
Pada tahun 2020, Indonesia melarang ekspor bijih nikel mentah dan mewajibkan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai tambah dan mendorong hilirisasi industri nikel.
Pada tahun 2021, Indonesia juga menandatangani perjanjian kerjasama dengan perusahaan-perusahaan asing untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia.
Beberapa perusahaan tersebut adalah LG Chem dari Korea Selatan, CATL dari China, dan Tesla dari Amerika Serikat.
Baca Juga: Indonesia Punya Cadangan Nikel Terbanyak di Dunia Namun Terancam Sekarat Ini Penyebabnya?
Dengan demikian, Indonesia bisa menjadi produsen dan eksportir baterai kendaraan listrik terbesar di dunia.
Hal ini akan meningkatkan pendapatan negara dan kesejahteraan rakyat.
Indonesia juga bisa menjadi pelopor dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan dan berkontribusi bagi pelestarian lingkungan.
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara seperti Arab Saudi dengan memanfaatkan cadangan nikelnya.
Namun, hal ini juga membutuhkan dukungan dari pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat.
Semua pihak harus bersinergi untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju yang berkelanjutan.
Hal tersebut diungkapkan juga oleh Direktur Utama PT Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan.
Mengatakan Indonesia bisa seperti Arab Saudi sebagai negara pemasok utama atas sumber daya bahan baku di era kendaraan bermotor listrik.
Anggapan tersebut seiring dengan banyaknya cadangan miteral kritis seperti nikel di Tanah Air, membuatnya sangat diperhitungkan di kancah internasional.
Sehingga diperlukan suatu langkah agar pemanfaatan sumber daya ini bisa optimal.