Pertempuran Surabaya, Perlawanan Heroik Rakyat Indonesia Melawan Agresi Belanda.

Afif Khoirul M

Penulis

Pertempuran surabaya.

Intisari-online.com - Pertempuran Surabaya adalah salah satu peristiwa bersejarah yang menunjukkan semangat juang rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda yang ingin merebut kembali Indonesia setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada Perang Dunia II.

Pertempuran ini terjadi pada 27 Oktober hingga 20 November 1945 di kota Surabaya, Jawa Timur, dan melibatkan pasukan Republik Indonesia yang dipimpin oleh Bung Tomo, serta pasukan Kekaisaran Britania dan Angkatan Darat India Britania yang mendapat dukungan dari tentara Belanda.

Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Latar belakang pertempuran ini adalah

ketidaksepakatan antara pihak Indonesia dan pihak Sekutu mengenai status kemerdekaan Indonesia.

Pihak Sekutu menganggap bahwa Indonesia masih berada di bawah kekuasaan Belanda, sedangkan pihak Indonesia menolak untuk tunduk kepada Belanda lagi.

Pihak Sekutu juga ingin mengambil alih senjata-senjata yang ditinggalkan oleh Jepang, sedangkan pihak Indonesia ingin mempertahankan senjata-senjata tersebut untuk mempertahankan kemerdekaan mereka.

Pertempuran ini dimulai ketika pasukan Britania mendarat di Surabaya pada akhir Oktober 1945 dan mencoba untuk mengambil alih kota tersebut.

Pada 27 Oktober 1945, terjadi bentrokan antara pasukan Britania dan pasukan Indonesia di Jembatan Merah, yang mengakibatkan korban jiwa dari kedua belah pihak.

Pada 28 Oktober 1945, terjadi perundingan antara komandan pasukan Britania, Brigadir A.W.S. Mallaby, dan perwakilan pemerintah Indonesia, Moehammad Jasin.

Namun, perundingan ini gagal mencapai kesepakatan, karena pihak Britania menuntut agar pihak Indonesia menyerahkan senjata-senjata mereka, sedangkan pihak Indonesia menolak untuk melakukannya.

Baca Juga: Apa Akar Masalah Hingga Muncul Peristiwa G30S PKI pada Tahun 1965?

Pada 30 Oktober 1945, terjadi peristiwa yang memicu eskalasi pertempuran, yaitu pembunuhan Mallaby oleh seorang pemuda yang tidak diketahui identitasnya.

Pihak Britania menganggap bahwa pembunuhan ini adalah tindakan terorisme yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), sedangkan pihak Indonesia mengklaim bahwa pembunuhan ini adalah akibat dari kesalahpahaman dan ketegangan yang tinggi.

Pihak Britania kemudian meminta bantuan dari pasukan India Britania dan kapal-kapal perang untuk melakukan serangan balasan terhadap Surabaya.

Puncak pertempuran terjadi pada 10 November 1945, ketika pasukan Britania dan India Britania melancarkan serangan besar-besaran terhadap Surabaya dengan bantuan dari pesawat-pesawat tempur.

Pasukan Indonesia yang minim persenjataan dan perlengkapan berjuang dengan gigih untuk mempertahankan kota mereka.

Mereka menggunakan senjata-senjata sederhana seperti bambu runcing, bom molotov, dan granat buatan sendiri.

Mereka juga mendapat dukungan dari rakyat sipil yang ikut berperang atau membantu dengan cara lain, seperti menyediakan makanan, obat-obatan, dan informasi.

Bung Tomo menjadi pemimpin moral bagi pasukan dan rakyat Indonesia dengan pidato-pidatonya yang mengobarkan semangat juang melalui radio.

Meskipun berjuang dengan heroik, pasukan Indonesia akhirnya tidak mampu menahan serbuan pasukan asing yang lebih kuat dan lebih banyak.

Pasukan Britania berhasil menduduki sebagian besar kota dalam tiga hari, dan pasukan Indonesia terpaksa mundur ke pinggiran kota atau ke pedesaan.

Pertempuran ini berakhir pada 20 November 1945, ketika pasukan Indonesia menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan pasukan Britania.

Baca Juga: 1 September 1939, Peristiwa yang Mengubah Sejarah Dunia dengan Meletusnya Perang Dunia II

Perjanjian ini mengakui kewenangan pemerintah Indonesia di Jawa Timur, tetapi juga mengharuskan pasukan Indonesia untuk menyerahkan senjata-senjata mereka kepada pasukan Britania.

Dampak dari pertempuran ini adalah sangat besar bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pertempuran ini menunjukkan kepada dunia bahwa rakyat Indonesia bersatu dan berani melawan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan mereka.

Pertempuran ini juga membuat pihak Britania sadar bahwa mereka tidak bisa mengembalikan Indonesia kepada Belanda tanpa perlawanan yang sengit dari rakyat Indonesia.

Pihak Britania kemudian berhenti membantu Belanda mendirikan kembali koloninya di Indonesia dan menjadi netral.

Pihak Britania bahkan mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia di forum internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pertempuran Surabaya juga meninggalkan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak.

Diperkirakan bahwa sekitar 6.000 hingga 16.000 pejuang Indonesia tewas dalam pertempuran ini, dan lebih dari 20.000 lainnya luka-luka.

Sementara itu, pasukan Britania dan India Britania kehilangan sekitar 295 prajurit tewas dan paling sedikit 210 prajurit terluka.

Selain itu, banyak juga warga sipil yang menjadi korban akibat pertempuran ini, baik yang tewas, luka-luka, maupun mengungsi.

Pertempuran Surabaya adalah salah satu peristiwa yang paling berpengaruh dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia.

Pertempuran ini menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme.

Pertempuran ini juga menjadi inspirasi bagi generasi-generasi selanjutnya untuk terus berjuang demi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia.

Untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang gugur dalam pertempuran ini, tanggal 10 November diperingati setiap tahun sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.

Artikel Terkait