Lebih Dahsyat Dari Letusan Tambora Dan Krakatau, Letusan Gunung Samalas Kubur Kerajaan Lombok

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Letusan Gunung Samalas disebut lebih hebat dibanding Krakatau dan Tambora. Mengubur ibukota Kerajaan Lombok.

Letusan Gunung Samalas disebut lebih hebat dibanding Krakatau dan Tambora. Mengubur ibukota Kerajaan Lombok.

Intisari-Online.com -Letusan Gunung Tambora pada 1815 benar-benar membuat dunia geger.

Pun begitu ketika Gunung Krakatau meletus pada 1883 yang disebut-sebut bisa mengubah suhu bumi.

Tapi ada yang lebih dahsya dari letusan keduanya, yaitu letusan Gunung Samalas yang terjadie pada abad ke-13.

Letusan Samalas, selain membuat perubahan signifikan terhadap suhu bumi, juga mengubur ibu kota kerajaan Lombok, Pamatan.

Pada abad ke-13, terjadi erupsi misterius.

Dan, Gunung Samalas di Lombok, Nusa Tenggara Barat, disebut-sebut sebagai biang keroknya.

Para pakar berhasil mengaitkan jejak sulfur dan debu yang didapat dari kutub dengan data dari Lombok.

Para pakar kemudian menyimpulkan, Gunung Samalas adalah penyebabnya, seperti yang tertuang di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

Dari catatan yang ditemukan dari zaman Eropa abad pertengahan, erupsi pada tahun 1257 itu mengakibatkan pendinginan cuaca secara mendadak.

Bahkan panen yang digadang-gadang menjadi gagal begitu saja.

Sebelum menentukan Samalas sebagai “si biang kerok”, beberapa nama gunung sempat dicatut dan dikaitkan-kaitkan dengan peristiwa ini.

Di antaranya adalah gunung api Okataina di Selandia Baru dan El Chichon di Meksiko.

Akan tetapi, keduanya gagal memenuhi kriteria lantaran gagal dalam penanggalan radiokarbon dan jejak geokimia.

Saat ini gunung Samalas hanya menyisakan danau kawah yang besar.

Orang-orang mengenalnya dengan Segara Anakan.

Soal erupsi terdahsyat di Indonesia, orang lebih mengenal Krakatau yang meletus pada 1883.

Demikian juga dengan Gunung Tambora pada 1815 yang masuk kategori ledakan termega.

Tapi ternyata, Gunung Samalas di Lombok memiliki ledakan delapan kali lipat lebih besar dibanding dua gunung tersebut.

Abu akibat letusannya diperkirakan menyebar sampai ke dua kutub, selatan dan utara.

Studi Oppenheimer di Lombok menunjukkan sebanyak 40 km kubik batuan dan abu terlempar dari gunung api tersebut.

Tingginya mencapai 40 km ke atas atau lebih.

Meletusnya Gunung Samalas juga dikaitkan dengan hancurnya Pamatan, ibu kota kerajaan setempat.

Teks yang tertulis dalam Babad Lombok menceritakan tentang kematian ribuan orang oleh abu vulkanik dan aliran piroklastik.

Meski tidak ada tanggal pasti, tapi para arkeolog menduga itu terjadi sebelum akhir abad ke-13, sesuai dengan bukti sains dan erupsi.

Salah satu sumber yang menulis tentang letusan Gunung Samalas adalah Babad Lombok.

Di situ tertulis bagaimanadesa-desa di Lombok luluh-lantak akibat aliran abu, gas, dan lahar pada sekitar abad ke-13.

Naskah babad lain yang kemungkinan merujuk pada letusan ini adalah Babad Sembalun dan Babad Suwung.

Dari naskah-naskah ini pulalah nama "Samalas" didapatkan.

Kota Pamatan, sebuah pusat pemerintahan kerajaan di Lombok, hancur dan hilang dari catatan sejarah akibat letusan ini.

Meski begitu, naskah babad menyebut bahwa keluarga kerajaan berhasil selamat.

Dan tidak ada bukti yang jelas mengenai apakah kerajaan tersebut sepenuhnya hancur akibat letusan.

Ribuan orang diperkirakan meninggal dalam letusan ini walaupun sebagian penduduk Lombok kemungkinan mengungsi sebelum erupsi terjadi.

Di Bali, jumlah prasasti yang dikeluarkan penguasa setempat menurun setelah letusan.

Bali dan Lombok diperkirakan mengalami penurunan penduduk yang mungkin berlangsung selama beberapa generasi.

Sehingga mempermudah Raja Kertanegara dari Singhasari untuk menaklukkan Bali pada 1284 tanpa perlawanan berarti.

Kawasan pantai barat Sumbawa mengalami depopulasi dan tetap sepi penduduk hingga saat ini.

Penduduk setempat kala itu kemungkinan melarang kawasan terdampak letusan untuk ditinggali, dan ingatan akan larangan tersebut terus bertahan hingga akhir-akhir ini.

Artikel Terkait