Find Us On Social Media :

Ada Campuran Budaya Arab hingga Tiongkok, Ini Asal-Usul Pakaian Adat Kebaya Jawa

By Afif Khoirul M, Selasa, 15 Agustus 2023 | 16:15 WIB

Artis Maudy Ayunda mengenakan pakaian kebaya yang merupakan pakaian khas Jawa.

Intisari-online.com - Ternyata pakaian adat Jawa kebaya memiliki campuran budaya Arab hingga Tiongkok.

Kebaya adalah salah satu pakaian adat yang menjadi ciri khas wanita Indonesia, khususnya di pulau Jawa.

Kebaya memiliki bentuk atasan yang terbuka di bagian depan dan dibuat dari bahan tipis seperti brokat, katun, kasa, renda, atau voile.

Kebaya biasanya dipadukan dengan kain batik, sarung, atau songket sebagai bawahan dan dihiasi dengan kancing, pin, atau bros.

Kebaya juga memiliki berbagai macam model, warna, dan motif sesuai dengan daerah asalnya.

Namun, tahukah Anda bahwa kebaya bukanlah asli dari Indonesia?

Sejarah kebaya ternyata sangat panjang dan melibatkan berbagai pengaruh budaya dari luar negeri.

Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang asal-usul pakaian adat kebaya Jawa.

1. Kata kebaya berasal dari bahasa Arab abaya yang berarti pakaian.

Istilah ini kemudian diperkenalkan ke Nusantara melalui kata serapan dari bahasa Portugis, cabaya.

Di Arab, abaya umumnya berbentuk sederhana mirip jubah yang menutupi seluruh tubuh.

Baca Juga: Rambu Solo, Tradisi Pemakaman Toraja Yang Sudah Ada Sebelum Masuknya Islam Dan Kristen Di Indonesia

2. Kebaya diyakini berasal dari Tiongkok pada tahun 1300-1600 sebelum Masehi.

Bentuk pakaian kebaya berupa baju tunik yang umumnya digunakan oleh wanita Tionghoa di pemerintahan Dinasti Ming.

Lalu persebaran kebaya pun tertuju ke daerah Jawa, Bali, Sumatra, hingga Sulawesi setelah mengalami akulturasi budaya selama ratusan tahun.

3. Kebaya mulai dikenakan oleh wanita Indonesia pada abad ke-15 dan 16 saat bangsa Portugis pertama kali mendarat di Indonesia.

Kebaya saat itu hanya dipakai oleh wanita bangsawan sebagai simbol status sosial.

Kebaya terbuat dari bahan sutera, beludru, atau brokat yang mewah dan indah.

4. Kebaya mengalami perubahan pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1800-an.

Kebaya saat itu diterapkan menurut kelas sosial.

Untuk keluarga keraton dan bangsawan wajib mengenakan kebaya yang terbuat dari bahan sutera, beludru, atau brokat.

Untuk wanita Belanda atau keturunan bangsa asing memakai kebaya yang terbuat dari bahan katun dengan model lengan pendek.

Sedangkan untuk wanita pribumi atau istri petani memakai kebaya yang terbuat dari bahan tipis dan aksen peniti pada bagian depan.

Baca Juga: Kisah Suku Lingon, Jejak Misterius Orang Eropa di Hutan Halmahera

5. Kebaya menjadi simbol emansipasi wanita pada masa pergerakan nasional Indonesia pada awal abad ke-20.

Salah satu tokoh yang terkenal dengan pakaian adat ini adalah Raden Ajeng Kartini yang selalu mengenakan kebaya di aktivitas kesehariannya.

Kebaya saat itu menjadi lambang perlawanan terhadap penjajahan dan diskriminasi terhadap wanita.

6. Kebaya resmi diakui sebagai pakaian nasional dan ikon busana Indonesia pada tahun 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kebaya saat ini tidak hanya dipakai oleh wanita Jawa, tetapi juga oleh wanita dari berbagai suku dan daerah di Indonesia.

Kebaya juga menjadi seragam untuk pramugari perempuan beberapa maskapai penerbangan berbendera Asia Tenggara seperti Singapore Airlines, Malaysia Airlines, Royal Brunei Airlines dan Garuda Indonesia.

7. Kebaya mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan kemajuan zaman dan tren fashion.

Kebaya saat ini tidak lagi terlihat kaku dan monoton, tetapi lebih modern dan variatif.

Banyak desainer ternama yang menciptakan model kebaya yang sesuai dengan selera dan gaya wanita masa kini.

Kebaya juga tidak hanya dipakai dalam acara formal atau adat, tetapi juga dalam keseharian.

Itulah beberapa fakta menarik tentang asal-usul pakaian adat kebaya Jawa.

Kebaya merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan agar tidak hilang ditelan zaman.

Kebaya juga merupakan simbol keindahan dan kebudayaan Nusantara yang patut dibanggakan.