Penulis
Intisari-online.com- Kerajaan Tidore adalah salah satu kerajaan Islam tertua dan terbesar di Indonesia Timur.
Kerajaan ini berdiri sejak abad ke-11 dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 hingga abad ke-18.
Kerajaan Tidore berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara, yang terletak di sebelah selatan Pulau Ternate.
Kerajaan ini memiliki hubungan baik dengan Spanyol dan menolak pengaruh VOC yang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Kerajaan Tidore memiliki wilayah kekuasaan yang luas, meliputi sebagian besar Pulau Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua Barat.
Kerajaan ini juga mengklaim sebagai penguasa atas Papua Barat, yang disebut sebagai Onin atau Tanah Besar oleh masyarakat Tidore.
Kerajaan Tidore berhasil mempertahankan kedaulatan dan otonomi Papua Barat dari campur tangan bangsa-bangsa Eropa, terutama Belanda dan Portugal.
Salah satu tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Tidore adalah Sultan Nuku, yang memerintah pada tahun 1780-1805.
Sultan Nuku dikenal sebagai pahlawan nasional yang membawa kerajaan ini ke puncak keemasan.
Ia berhasil menyatukan Tidore dan Ternate untuk melawan Belanda yang dibantu Inggris.
Ia juga memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencapai Papua Barat, Raja Ampat, dan Kepulauan Aru.
Baca Juga: Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya, Pemilik Kekuatan Maritim Terbesar di Nusantara
Sultan Nuku diberi gelar Al-Mansur Amiruddin oleh Kesultanan Utsmaniyah sebagai penghargaan atas perjuangannya melawan penjajahan.
Kerajaan Tidore memiliki budaya yang kaya dan beragam, yang dipengaruhi oleh agama Islam dan tradisi lokal.
Salah satu ciri khas budaya Tidore adalah rumah adat yang disebut Rumah Mod Aki Aksa atau Rumah Kaki Seribu.
Rumah ini memiliki bentuk persegi panjang dengan tiang-tiang kayu yang menjulang tinggi.
Rumah ini digunakan sebagai tempat tinggal sultan dan keluarganya, serta sebagai pusat pemerintahan dan keagamaan.
Kerajaan Tidore juga memiliki seni tari yang indah dan unik, seperti Tari Tumbu Tanah, Tari Cakalele, dan Tari Soya-Soya.
Tari-tari ini biasanya dipentaskan dalam upacara-upacara adat atau perayaan-perayaan besar, seperti pernikahan, khitanan, atau hari raya.
Tari-tari ini menggambarkan semangat juang, keberanian, kesetiaan, dan keharmonisan masyarakat Tidore.
Kerajaan Tidore merupakan salah satu warisan sejarah dan budaya bangsa Indonesia yang patut dibanggakan dan dilestarikan.
Kerajaan ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia Timur memiliki peradaban yang maju dan beradab, serta mampu berdiri tegak di tengah gempuran kolonialisme.
Kerajaan ini juga menjadi saksi bisu dari hubungan persaudaraan antara masyarakat Maluku dan Papua Barat, yang terjalin sejak zaman dahulu kala.