Kudungga, Raja Pertama Kerajaan Kutai, Belum Terpengaruh Hindu

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Silsilan raja-raja Kerajaan Kutai dijelaskan dalam prasasti Yupa, termasuk Kudungga, raja pertama kerajaan Kutai.
Silsilan raja-raja Kerajaan Kutai dijelaskan dalam prasasti Yupa, termasuk Kudungga, raja pertama kerajaan Kutai.

Silsilan raja-raja Kerajaan Kutai dijelaskan dalam prasasti Yupa, termasuk Kudungga, raja pertama kerajaan Kutai.

Intisari-Online.com -Tidak banyak raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai Martapura yang berada di tepian Sungai Maham, Kalimantan Timur.

Dari sedikit itu, raja pertama Kutai dipercaya bernama Kudungga--yang sekaligus dipercaya sebagai pendiri kerajaan tersebut.

Kudungga mendirikan Kerajaan Kutai di daerah Muara Kaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, pada sekitar abad ke-4.

Kerajaan Kutai disebut-sebut sebagai kerajaan bercorak Hindu pertama di Indonesia.

Keberadaan Kerajaan Kutai diketahui berdasarkan tujuh Prasasti Yupa yang ditemukan menjelang akhir abad ke-19.

Prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dan Bahasa Sanskerta ini diduga dibuat pada awal abad ke-5, yakni pada masa pemerintahan Mulawarman, cucu Kudungga.

Dari salah satu Yupa, berhasil diketahui tiga angkatan pertama penguasa Kerajaan Kutai.

Prasasti tersebut menyebut bahwa Sang Maharaja Kudungga yang mulia mempunyai putra bernama Aswawarman.

Aswawarman memiliki tiga orang putra, salah satunya bernama Mulawarman, yang menjadi raja ketiga Kerajaan Kutai.

Dari temuan informasi yang terpahat pada Yupa, para peneliti menafsirkan bahwa Kudungga adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Kutai.

Kudungga adalah orang Indonesia asli, karena namanya tidak berbau India sama sekali.

Nama Kudungga memiliki kemiripan dengan nama Bugis, yakni Kadungga.

Para sejarawan meyakini bahwa kedudukan Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku.

Dia kemudian mendirikan kerajaan dan menobatkan dirinya sebagai raja.

Kudungga diperkirakan telah mendapatkan pengaruh budaya Hindu dari India, tetapi belum menerapkannya di kerajaan.

Sistem pemerintahan yang dijalankan Kudungga pun belum teratur dan sistematis.

Meski dikenal sebagai raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Kutai, Kudungga tidak dianggap sebagai wangsakarta atau pendiri dinasti.

Menurut prasasti peninggalan Kerajaan Kutai, putra Kudungga, yakni Aswawarman yang dianggap sebagai wangsakarta.

Ketika menjadi raja, Kudungga masih tetap mempertahankan ciri-ciri keindonesiannya.

Sedangkan pengertian anggota dinasti pada masa itu terbatas pada keluarga kerajaan yang telah menyerap budaya India dalam kehidupan sehari-harinya.

Penyerapan budaya India baru terlihat pada masa Aswawarman.

Nama Aswawarman menunjukkan telah masuknya pengaruh Hindu dalam Kerajaan Kutai.

Sebab, kata warman pada nama diyakini menjadi salah satu ciri bahwa seseorang adalah penganut Hindu secara penuh.

Itulah kenapa Kudungga tidak dianggap sebagai wangsakarta di Kerajaan Kutai.

Berikut isi prasasti Yupa yang menerangkan silsilah raja Kutai:

śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ

Artinya:

Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarmman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.

Artikel Terkait