Penulis
Intisari-Online.com - Mendapatkan rempah-rempah dari Asia tidaklah mudah bagi bangsa Eropa.
Mereka harus melalui jalur perdagangan yang panjang dan berbahaya.
Hingga kemudian ada suatuperistiwa yang mendorong bangsa-bangsa Eropa mencari langsung daerah penghasil rempah-rempah.
Peristiwa ini mengubah peta politik global dan membatasi akses bangsa Eropa ke Asia.
Oleh karena itu, bangsa-bangsa Eropa mencari jalan alternatif untuk mencapai daerah penghasil rempah-rempah secara langsung.
Mereka menjelajahi samudra dan menemukan wilayah-wilayah baru, termasuk Nusantara.
Bagaimana kisah penjelajahan bangsa-bangsa Eropa ke Nusantara? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel ini.
Peristiwa yang Mendorong Bangsa-bangsa Eropa Mencari Langsung Daerah Penghasil Rempah-rempah
Bangsa Eropa tidak datang ke Nusantara secara kebetulan.
Mereka memiliki latar belakang sejarah yang mendorong mereka untuk menjelajahi samudra dan mencari wilayah baru.
Latar belakang tersebut adalah perubahan struktural yang terjadi di kawasan Laut Tengah pada abad ke-15.
Baca Juga: Ini 4 Hasil Bumi yang Mendukung Kehidupan Masyarakat Mataram Kuno
Perubahan ini dipicu oleh suatu peristiwa sejarah yaitu jatuhnya Konstantinopel ke tangan Dinasti Ottoman.
Peristiwa ini memicu terjadinya penutupan jalur perdagangan antara Asia dan Eropa oleh penguasa baru tersebut.
Hal ini menyebabkan bangsa Eropa mengalami kesulitan ekonomi dan politik, serta merangsang semangat penjelajahan mereka.
Konstantinopel adalah ibukota Kekaisaran Romawi Timur yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dunia.
Rempah-rempah sangat dibutuhkan oleh bangsa Eropa karena memiliki berbagai manfaat, seperti bumbu masak, obat, atau pewangi.
Konstantinopel juga merupakan pelabuhan transit yang menghubungkan Asia dan Eropa.
Namun, pada tahun 1453, kota ini berhasil ditaklukkan oleh Sultan Usmani Muhammad II yang dikenal sebagai "Al Fatih" (sang penakluk).
Ia adalah penguasa Dinasti Ottoman, sebuah kerajaan Islam yang berkuasa di kawasan Laut Tengah.
Ia kemudian memindahkan ibukotanya dari Andrianopel ke Konstantinopel atau Istanbul yang berarti "Tahta Islam".
Memburu Wilayah-wilayah Baru
Dengan jatuhnya Konstantinopel, peta politik global pada abad ke-15 berubah.
Baca Juga: 3 Contoh Adopsi dan Akulturasi Kebudayaan Jalur Rempah yang Masih Bisa Ditemui di Masa Kini
Dinasti Ottoman menjadi kekuatan baru yang menguasai kawasan Laut Tengah.
Mereka memberlakukan beberapa peraturan yang membatasi aktivitas bangsa Eropa di kawasan tersebut.
Salah satunya adalah melarang bangsa Eropa untuk berdagang rempah-rempah di Istanbul.
Hal ini mengancam kehidupan ekonomi bangsa Eropa, baik Barat maupun Timur.
Mereka tidak dapat lagi mendapatkan rempah-rempah dengan mudah dan murah dari Asia.
Untuk mengatasi masalah ini, bangsa Eropa mencari jalan alternatif untuk mencapai Asia.
Mereka ingin mendapatkan rempah-rempah secara langsung dari sumbernya tanpa harus melalui perantara.
Mereka juga ingin menguasai wilayah-wilayah baru yang dapat memberikan keuntungan ekonomi dan politik bagi negara mereka.
Untuk itu, mereka memanfaatkan berbagai teknologi yang telah mereka temukan, seperti kompas, teropong, dan peta.
Teknologi-teknologi ini mempermudah mereka dalam berlayar di samudra dan menemukan daerah-daerah baru.
Bangsa yang pertama kali mempelopori penjelajahan samudra adalah Portugis. Mereka memiliki pengalaman berperang dengan Moor, sebuah kelompok Muslim yang berasal dari Afrika Utara.
Mereka juga memiliki pelabuhan-pelabuhan besar yang dapat digunakan sebagai basis pelayaran.
Selain itu, mereka memiliki angkatan laut modern dan kuat, serta hubungan dagang dengan pelabuhan di Mediterania dan negara-negara Eropa Utara.
Dengan modal ini, Portugis berhasil mencapai Nusantara pada tahun 1511 dan menjadi bangsa Eropa pertama yang datang ke wilayah ini.
Demikianlah ulasan tentang peristiwa yang mendorong bangsa-bangsa Eropa mencari langsung daerah penghasil rempah-rempah di Asia pada abad ke-15. Peristiwa ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sejarah Nusantara dan dunia.